JALAN BERDUA

712 29 0
                                    

"udah bangu hm?" tanya Kak Arsel.

"kenapa Kak Arsel ada di sini?"

"tidak ingat?" gue mengerutkan kening.

Astaga gue beru ingat, bukannya kemarin gue di klub? Ternyata Kak Arsel berhasil menemukan gue.

"anak nakal," ledek Kak Arsel, di elusnya rambut gue.

"huek!" gue buru-buru beranjak ke kamar mandi meningalkan Kak Arsel.

Mengeluarkan isi perut, sepertinya kemarin terlalu banyak meminum alkohol. Ada seseorang yang memijat tengkuk gue, itu Kak Arsel.

"ahhh leganya!"

"sudah?" gue hanya bisa mengangguk, rasanya lemas sekali Tuhan.

Kak Arsel membantu untuk berdiri, membopong menuju kasur. "tetaplah di sini," perintahnya lalu berjalan ke arah pintu.
Tidak lama Kak Arsel datang membawa segelas air putih, dan sepiring nasi beserta lauk nya. Kak Arsel menyuapi gue, gue sama sekali tidak menolak.

Lima suapan berhasil masuk, rasanya masih mual. Gue mengeleng, "makan sedikit lagi Kai!" bujuk Kak Arsel, gue menutup mulut rapat dan terus saja menggeleng.

Kak Arsel menghela nafas. Memberikan segelas air putih, langsung gue teguk. "habiskan," perintah Kak Arsel. Suaranya tegas dan sedikit mengerikan.

"istirahatlah. Om Aditama sudah meminta Pak Rafan untuk tidak mengajar selama beberapa hari."

Pak Rafan adalah guru privat gue selama satu bulan ini.
"Papa tau semunya?"

"jika beliau tidak tahu bagaimana gue bisa bawah lo kesini," jawab Kak Arsel lalu pergi meninggalkan gue sendiri di sini.

"istirahatlah, gue ada urusan sebentar."
....

Sinar matahari menerjang bumi suhu panas dan sedikit hembusan angin, padahal siang sudah berganti sore tapi sang mentari masih setia bersinar terang di langit.

Kata Papa tadi, Papa akan pergi ke luar negri untuk satu minggu. Jujur gue sedih, tapi tidak apa masih ada Kak Arsel yang menemani di sini. Karena bosan di mansion kita memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke luar, udah lama kita tidak berpergian.

Gue membeli banya jajanan dipinggir jalan, yang bayarin tentu saja Kak Arsel, itu sudah biasa setiap kali kita jalan berdua.

Setelah puas memakan jajanan yang kita beli, "mau pergi ke mana lagi?"

Gue berfikir sejenak, "udah lama gue nggak main ice skating," batin gue.

"mau main ice skating!"

Tidak jauh tempat untuk bermain ice skating. Kita menganti sepatu dengan sepatu khusus yang sudah di sediakan.
Kak Arsel bersujud didepan gue, mengulurkan tangan. "ayo" gue tersenyum hangat, meraih tangan Kak Arsel yang lebih besar dari tangan gue.

Sepertinya banyak orang yang melihat kita, tapi gue tidak memperdulikanya begitupun Kak Arsel.

Ingatan gue berputar di mana pertama kalinya kita bermain ice skating bersama, sejak saat itu gue udah nggak pernah bermain sendiri lagi, Kak Arsel selalu saja menemani.

Gue suka semua tentang ice skating!

Entah kenapa akhir-akhir ini gue merasa senang saat berada di dekat Kak Arsel. Kira-kira Kak Arsel juga merasakannya nggak ya?

"ada apa?"

"tidak ada." Di keramaian gue seperti melihat seseorang yang gue kenal, tapi tidak mungkin orang itu ada di sini.








....

ARSEL (B×B) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang