KENANGAN

7.7K 195 7
                                    

💙Selamat membaca💙

Gue Kai. Kainal Ezill seorang yang di paksa mengantikan tokoh utama yang telah pergi. Kisah gue memang sedikit rumit, bisa di bilang gue suka sama orang yang telah menghilangkan nyawa Abang gue dan lebih parannya, dia masih terjebak dengan orang yang telah tiada.

"Kehidupan memang sebuah pilihan, dan bodohnya gue memilih kehidupan yang menyebalkan ini."

Flashback ON
'kak Asel bedala hikss, mama kak Asel bedala...' Isak anak kecil yang memakai baju bergambar Bus biru.

'ehh kok nangis!'

'kak Asel bedala hiks... Kalena Kai hiks'

'aku nggak papa kok. Kai jangan nangis ya, nanti tambah jelek lo...' ujar anak kecil dengan meta berbinar nya.

'ahhh mama kak Asel bilan Kai jelek hiks'

'ehh kok tambah nangis si!!'

Flashback OFF
Langit biru indah menghiasi pagi yang cerah di kota ini, kota yang sudah 10 tahun di tinggalkan dengan kenangan yang tak akan pernah terlupakan.

"Tuan muda kita sudah tiba." Membuka mata memandang bangunan megah dari balik kaca mobil.

Membuka pintu mobil, seketika bayangan 10 tahun lalu muncul, di mana masa kebahagiaan itu hadir.

'Abang Ar, Kai sayang sekali dengan Bang Arya'

'Abang juga sayang dengan Kai'

'Sayang banyak-banyak, jangan tinggalin Kai ya Bang'

'Iya Adik Abang'

"Kenapa Abang berbohong, kita bahkan belum sempat bertemu Bang"

"Anak Papa udah datang" gue menoleh ke asal suara.

Tersenyum manis memandang seseorang yang gue rindukan. Berlari kecil menerjang tubuh itu. "Kai rindu, Papa"

Usapan lembut gue rasakan di kepala. "Papa juga merindukanmu son."

Papa melepas pelukan kita. "Ayo masuk, kamu pasti lapar bukan?" ucap papa. Gue mengangguk, dan papa menarik tangan gue membawa masuk kedalam mansion.
....

"Ayah mau apa?"

"JANGAN SENTUH GUE ANJ*"

"ARGHH!"

"Ini sakit sekali Ma, Pa."

"...Maaf telah kotor"

Hhahaha~
Mimpi itu lagi...
Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa seperti ada yang gue lupakan?

Brak!

Pintu di buka dengan kerasnya menampilkan seorang pria paruh baya. Rasa cemas terlihat di wajahnya.

"Apa yang terjadi Son?" Ucap Papa berjalan mendekat.

"Kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?" Tanya Papa meneliti tubuh gue.

"Hanya mimpi buruk." Papa terdiam menatap gue, dengan tatapan itu, tatapan yang paling gue benci. Terdapat rasa kasihan di dalamnya.

"Pa!!" Papa tersadar dari lamunannya. "Jangan menatapku seperti itu"
....

Butiran bunga mawar gue taburi di atas gundukan tanah. "Maaf baru datang Bang."

"Habisnya Mama melarang Kai menemui Abang. Abang tau? Akhirnya setelah bertahun-tahun kita berpisah Mama mengijinkan Kai kembali ke kota ini" ini sakit tapi kenapa gue nggak bisa nangis?

"Abang jangan khawatir di sana, Kai akan temani Papa di sini" ucap gue mengelus batu nisan Bang Arya.

"Son ayo pulang. Sepertinya sebentar lagi turun hujan." ajak Papa. Gue berdiri, berjalan meninggalkan makam Bang Arya.

Di perjalanan gue tidak sengaja melihat seseorang menangis dalam keheningan, terlihat jelas dari bahunya yang bergetar di depan makam yang terlihat baru.

Tetesan air turun membasahi bumi.

"Son, ayo."Papa menarik pergelangan tangan. Berjalan cepat menuju mobil.

Dari sini gue lihat orang tadi masih berada di sana, tidak peduli hujan deras menerjang tubuhnya. Padahal tadi cuacanya cerah tapi kenapa sekarang malah mendung dan turun hujan.

"Sebentar Pa" mengambil dua payung yang ada di mobil, turun memakai salah satu payung itu.

"Hujan tidak baik untuk kesehatan" ujar gue setelah tiba di belakang orang tadi.

Orang itu menoleh. Kesedihan, kehancuran, dan penyesalan lah yang terlihat dari matannya.

Dia berdiri, berjalan menerjang tubuh gue sampai-sampai payung terjatuh dari tangan, memeluk dengan erat seolah tak ingin di tinggalkan. "Niko" ucapnya dengan lirih.

"Jangan tinggalkan saya Niko, maaf telah membuatmu menunggu lama"

Gue mengernyitkan dahi, mencerna apa yang di maksud orang ini. Mencoba melepaskan pelukannya, tetapi tidak berhasil dia memeluk begitu erat.

"Kamu siapa?" Ucap orang dari belakang, itu suara Papa.

Orang itu melepaskan pelukannya. "Apa kau mengenal putraku?" tanya Papa.

Orang itu melihat lama ke gue, dan menjawab. "Maaf saya salah orang."

Gue mengambil payung yang terjatuh, dan memberikan payung satunya ke orang itu. "Ini, jangan hujan-hujanan nanti sakit." Beritahu gue lalu pergi dari sini.

''Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian''

....

ARSEL (B×B) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang