PENYAKIT CIPA

867 45 0
                                    

Tiga puluh menit berlalu. Kami sudah tiba di rumah sakit sejak dua puluh menit lalu.

Kak Arsel menerima 37 jahitan di tangannya. Luka gue juga udah di obati, itu tidak parah hanya luka goresan saja.

“apa itu sakit Kak?”

“tidak”

“bagimana tidak?”

“aku tidak merasakan apapun,”

“... Mereka menyebutnya Cipa”

“Cipa?”

“iya”

Bagaimana bisa Kak?

Sedikit yang gue ketahui dari penyakit itu.

Cipa adalah penyakit yang penderitanya tidak bisa merasakan sakit, ataupun suhu. Kebanyakan orang menklam itu anugrah, tapi mereka tidak tau jika penyakit Cipa bisa membunuh tanpa menyakiti penderitanya.

Dan tidak ada obatnya!

Waktu kecil saat Kak Arsel terluka dia diam saja, seolah tidak ada yang terjadi. Jadi ini ya alasannya?!

Kita hanya diam dalam keheningan.

Dalam keheninagan dinding putih, kaki ini melangkah, menerjang tubuh yang nampak tegap itu. “Kak Arsel tidak sendirian, ada gue di sini, Kak”

“jangan bersikap seolang-olah gue akan mati.” Kak Arsel membalas pelukan gue.

“luka lo gimana?”

“cuman luka goresan saja.”

....
POV AUTHOR

Cahaya bulan sabit menembus gorden putih dengan bau obat menyerbak.

Tiupan angin mampu memberantakkan helaian rambut hitam pekat itu, jika orang lain maka ia akan kedingina di bawah angin malam ini, tapi tidak dengan pria bermata tajam itu, bahkan jika pakaian di lepas dari tubuh atletis nya ia tidak akan bisa merasakan dinginya angin malam ini.

“semua akan berakhir.” Hanya tiga kata, tapi mampu membuat ujung bibir nya terangkat.

Di bawah sana ada puluhan mobil hitam yang baru saja memeberhentikan diri di depan gedung rumah sakit. Seorang pria berstelan jas hitam lengkap keluar, pria itu mendongakkan kepala, seolah tau ada seseorang yang sedang mengawasinya.

Mereka bertatap mata seolah sedang mengisyaratkan sesuatu.

Pandangan Arsel teralihkan oleh suara pintu terbuka. Nampaklah seorang pria manis yang sebawah bingkisan di tangannya.

“Kak?”

“hmm”

“jika ada yang bertannya tentangku, jawab saja kakak tidak mengenalku,” Kata pria manis itu.

Arsel mengerutkan kening lalu bertanya, “memangnya kenapa jika gue menjawab sebaliknya?” tidak biasanya pria manis di depannya meminta hal yang aneh menurut Arsel.

“tidak apa, tapi akan lebih baik kakak menjawab apa yang gue minta.”

Pemuda berpakaian piyama rumah sakit itu menaruh kecurigaan, pada pria manis di depanya.

“apa sesuatu terjadi?”
















....

ARSEL (B×B) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang