KABUR

902 37 0
                                    

Dua bulan kemudian. Keadaan Kai sudah membaik, ingatan buruk itu sudah benar-benar hilang.

Tuan Max masih saja berusaha meluluhkan hati Kai. Tapi Kai hanya meganggapnya angin lalang. sedangkan Bara sudah tidak pernah menampakkan diri.

Kelakuan Kai semakin hari semakin liar, saperti saat ini Kai sedang memanjat pagar agar bisa kabur dari mansion. Sedangkan di balik jendela kamar sebelah nampak seorang pria yang diam-diam melihat semua aksi Kai barusan.

Pria di balik jendela menghela nafas, sudah puluhan kali Kai kabur di tengah malam dengan memanjat. Ia raih ponsel yang ada di atas kasur, menekan salah satu nomer. Hanya memerlukan tiga dering, yang di sebrang mengangkat, "dia kabur lagi" ucap pria itu yang tak lain adalah Arsel.

Arsel di perintahkan langsung oleh Tuan Max untuk selalu mengawasi Kai, anak itu selalu saja membangkang.

"baik"

Tutt..
Panggilan di matikan dari sebrang.
Arsel mamasukkan ponselnya ke saku celana, meraih jaket yang tergeletak di atas kasur. Tidak lupa mengambil kunci motor yang ada di atas meja.

Sampainya di garasi, Arsel langsung saja menungani motornya. Menyalakan mesin motor, menyusul Kai yang baru saja kabur mengunakan motor juga. Arsel berhenti, ia merogok saku nya mengeluarkan ponsel, "di sana rupanya!"
....

Pov Kai
Akhirnya gue bisa bernafas laga, semoga saja Kak Arsel tidak menemukan keberadaan gue. Di belakan sudah ada Bang Zaki, Bang adit, dan Bang Fariz. Mereka sengaja menunggu di pertigaan jalan.

Perjalanan sekitar 25 menit yang kita tempuh, akhirnya tiba juga. Kami memarkirkan motor di area parkiran. Kali ini kita tidak akan balapan, tapi ke klub. Ini pertama kalinya gue ke tempat ini.

"ayo" Bang Zaki dan Bang Adit berjalan lebih dulu, sementara gue dan Bang Fariz membuntuti.

"seperti biasanya." Ucap Bang Zaki ke bartender.

"empat?" tanya bartender itu.

Bang Zaki memandang gue, "lo mau?" gue mengangguk ragu.

"oke"

Bang Zaki kembali memimpin ke suatu ruangan yang tertutup, hanya ada kita ber empat di sini, mungkin mereka sudah memboking ruangan ini.

Tidak lama minuman kami datang bersama beberapa cemilan. "untuk malam minggu yang indah." Kita mengangkat gelas dan bersorak. Ini pertama kalinya gue minum minuman ber-alkohol. Rasanya aneh, tapi entah kenapa malah gue teguk habis.

"mau tambah?" Bang Fariz menawarkan.

Entah sudah berapa tegukan yang gue minum, gue nggak tau. Kepalah gue seakan-akan ingin pecah, kesadaran gue mulai menghilang. Terakhir yang gue inget ada seseorang yang memaksa masuk, orang itu mirip sekali dengan Kak Arsel.
....

Remang-remang cahaya masuk mengusik tidur. Mengerjabkan mata, menyesuaikan cahaya yang masuk, kepala gue sakit. Seperti ada seseorang yang memeluk gue dari samping.

"ngapain Kak Arsel di sini?" batin gue.
Kak Arsel masih terlelap, gue tatap kelopak matanya yang terpejam. Gue bisa melihat wajah Kak Arsel dari dekat.

Kelopak mata itu tiba-tiba terbuka, Kak Arsel memiliki mata tajam dengan bola mata sedikit coklat. Tak ada pergerakan, gue mengagumi ketampanan Kak Arsel, hidung mancung, alis tebal dan bibir tidak terlalu tebal atau terlalu tipis. Tanpa sadar gue mengusap setiap sudut bibirnya.

Kak Arsel begitu sempurnah, orang yang mendapatkan Kak Arsel sangat beruntung. Dia menghentikan tangan gue. Di kecupnya tangan gue, entah kenapa suhu kamar tiba-tiba memanas, pipi gue seolah terbakar.









....

ARSEL (B×B) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang