GUE BUKAN ANAK KECIL LAGI

796 39 0
                                    

Kak Arsel membawa gue ke motornya. Dia menyerakan helm nya, menerima, “motor gue gimana?”

“bawahan Tuan Max yang akan mengurusnya.”

Itu berarti Tuan Max yang menyuru Kak Arsel menjemput gue bukan Papa. Kak Arsel sudah mengunakan helm dan sudah berada di atas motornya, “kenapa diem?”

“gue nggak mau pulang.”

Kak Arsel mematikan mesin motornya, “kenapa?”

“masih mau di sini,” gue menoleh ke belakang. Mereka masih di sana. “Kak Arsel pulang duluan saja. Bilang pada Tuan Max jangan pernah ngatur-ngatur gue lagi, gue nggak suka diatur.” Menatap mata tajam Kak Arsel yang nampak menusuk.

“lo dulu ga gini.” Ucap Kak Arsel, melepas helm full fack nya.

“bukan hanya Tuan Max yang khawatir sama lo. Om Aditama juga khwatir, Kai.”

“gue bukan anak kecil lagi.”

“lo akan selalu jadi anak kecil bagi kita.”

“gue juga punya kehidupan sendiri,”

“gue tahu, lo boleh mersenang-senang dengan mereka. Tapi, lo juga harus tahu ada bokap lo di rumah yang selalu mencemaskan lo, Kai.”

Kak Arsel benar, di mension masih ada Papa yang selalu mencemaskan gue. Gue memakan helm yang di berikan Kak Arsel. Senyuman nampak di raut wajah Kak Arsel.
....

Papa terus saja memaksa gue agar mau ikut makan malam bersama Tuan Max, dan juga putra nya. Gue dengan langka malas berjalan di belakang Papa.

Di sana tuan Max sudah menunggu bersama seorang pemuda.

Gue tahu betul siapa pemuda itu.
Apa dia benar-benar putra dari Tuan Max?

Tuan Max mempersilahkan kita untuk duduk. Di sini sepi, hanya ada pelayan dan beberapa pria berpakaian serba hitam, tidak seperti lantai bawah yang ramai pelangan.

“saya sudah memesankan beberapa menu, mungkin akan datang beberapa menit lagi,” ucap Tuan Max.

“ohh iya, ini Bara putra sulung ku.”

Deg!

Seolah di sambat petir, rasanya nyeri. Tuan Max memperkenalkan Bara sebagai putranya.

Ingatan asing tiba-tiba berputar di kepala.

“Akhh!!”

“kai, Kai ada apa, Kai?”

“tubuh lo udah bikin gue gila, Kai”

“LEPAS A-akhh!!”

“lucuti pakaiannya”

“PERGI!”

“terus Kai, teruslah mendesah untuk gue.”

“apa yang terjadi pada putraku?”

Pelukan hangat gue rasakan, “sakit Pa!”

“Pa, suruh orang itu pergi!!”

Semua terasa sakit, air mata mulai melucur dari kelopak mata. Semua orang nampak khawatir, suara isakan tanpa sadar keluar dari sudut bibir.

“tidak apa, ada Papa di sini,” mata gue sayu, kesadaran mulai hilang dan semua gelap.





....

ARSEL (B×B) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang