BUKAN WAKTU YANG TEPAT!

1.5K 84 1
                                    

Dia tersenyum smirk, “sepertinnya ada yang ber-khianat di sini?”

Tangannya terangkat menepuk pipi gue. “ini bukan waktu yang tepat, Kai.”

Kedua tangannya beralih memegang bahu gue, mendekatkan wajahnya di telinga. “sampai jumpa di pertemuan selanjutnya, Kainal.” Bisiknya di telinga.

Lalu pergi, meningalkan berbagai pertanyaan.

Sebenarnya dia itu siapa?

Kenapa dia begitu membenci gue?

Apa Bang Arya ada kaitannya dengan semua ini?
....

Waktu berjalan dengan begitu cepatnya, gue melangkah meninggalkan gedung sekolah. Di depan gerbang gue lihat ada lima motor berjejeran dengan orang yang duduk di masing-masing motor itu.

Melangkah melewati mereka. “Kainal Ezill Bramasta!!”

Gue menghentikan langkah, setelah mendengar ada seseorang yang memangil mengunakan nama lengkap.

Seseorang mendekat, “lo Kainal kan! Adiknya Arya?” tannya salah satu dari mereka.

“iya, kenapa ya?”

Dia menjulurkan tangannya, “gue Zaki.” Ujarnya memperkenalkan diri.

“Kaii” ucap gue tanpa menjabat tangannya.

Mereka semua yang tadinya ada di motor kini ikut berdiri di depan gue.

“Dan mereka, para angota inti Black Fire.”

“Welcome to the Black Fire Gang, Kai.” Ucap orang yang memakai kacamata bening, “gue Fariz.” Sambungnya memperkenalkan diri.

“lo masih inget sama kita?” tannya seseorang bermata hazel.

Gue mengelengkan kepala.

Dia menghela nafas pelan, “kita yang kawal lo waktu pulang dari rumah sakit” beritahu orang itu.

“ohhh...”

“btw gue Dewa.”

“lo blasteran ya?” tanya gue penasaran. Mana ada orang sini punya mata hazel!.

“iya, papa asli indo sedangkan Mama asli spanyol.”

“pantesan.”

“ohh iya, masih ada dua curut lagi ni. Yang di sebelah kiri Rama yang sebelah kanan punya tahi lalat di hidungnya itu... namanya Adit.”

“Kai” ucap gue memperkenalkan diri.

“kita para angota inti Black Fire ingin menjalankan tugas dari ketua, yaitu menjaga dan melindungi seseorang...”

“... dan orang itu adalah lo Kai. Lo berliannya Black Fire, alasan Black Fire harus tetep bertahan walaupun tanpa ketua.”

“gue nggak ngerti maksud lo apa?”

“suatu saat lo akan mengerti dengan sendirinnya, Kai...”

“izinkan kita menjaga Lo dari mereka.”

“mereka?”

“iya, mereka. Kita jelasin semua di markas.” Ucap mereka dengan sirius.
....

Hari semakin larut, sangking asiknya gue bersama mereka sampai-sampai lupa tidak memberi tau Papa.

Semoga saja Papa tidak marah.

Mengendap-endap bagaikan maling di rumah sendiri, saat ini jam menunjukkan pukul 23:32 gue harap Papa udah tidur.
Berjalan perlahan memastikan langkah tak terdengar keras di mansion yang sunyin ini. Semua lampu sudah di matikan dan hanya menyisakan sedikit cahaya dari lampu hias yang terlihat unik.

"kemana saja kamu?"

Deg!

Pandangan gue tertuju di mana suara itu berasal, yaitu di sofa ruang keluarga.

“Papa tanya sekali lagi, dari mana saja kamu Kai?”

“dari rumah teman, Pa.” Jawab gue dengan gugup.

Papa beranjak dari duduknya. “teman kamu atau teman Abang kamu?!”

Entah kenapa bibir gue kalut untuk menjawab, “t-teman Abang.”

“jauhi mereka.” Perintah Papa dengan sedikit meninggikan suara.

“memangnya kenapa, Pa?”

Ketakutan dan kemarahan yang gue lihat dari mata Papa.

“mereka akan membawa pengaruh buruk untukmu.”

Gue mengerutkan kening. “jika hanya itu alasan Papa. Kai tidak mau.”

“mereka tidak baik untukmu, Son. Papa mohon jangan berhubungan lagi denga mereka.”

“apa semua itu karena kematian bang Arya?” Cukup lama Papa terdiam.

“untuk kali ini saja menurutlah.”

“jadi benar ya! Kematian Bang Arya ada hubunganya dengan mereka?”

Urat nadi Papa nampak menonjol, Papa semakin marah.

“JIKA ITU BENAR KAU MAU APA? MEMENJARAKAN ORANG YANG TELAH MELENYAPKAN ABANG-MU??”

Gue mengigit bawah bibir, mencoba manghilangkan rasa takut ini. Ini pertama kalinnya Papa bentak gue.

"Kai ingin tau semuannya, tanpa terkecuali..."











....

ARSEL (B×B) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang