Bunyi mesin penunjang hidup terdengar nyaring ditelinga. Seseorang yang sejak dua hari lalu terbaring taksadarkan diri, kini membuka mata. Memandang langit-langit putih, ia mencoba bangkit melepas paksa jarum infus ditangan. Darah segar mengalir dari tangan pemuda itu.
Kakinya menapak di lantai tanpa mengunakan alas kaki. Tubuhnya terlihat segar bugar tidak terlihat seperti orang yang baru bangun dari koma.
Pemuda itu meraih sebuah benda pipih di atas nakas, untuk memastikan sudah berapa hari ia terbaring di sini. Ada banyak sekali panggilan masuk dari Tuan Max, Tuan Aditama, dan Kai.
Karena penyakit sialan itu Arsel lagi-lagi terbaring tak sadarkan diri. Ia menekan salah satu nomer, tidak ada jawaban, pesan yang ia kirim juga tak kunjung dibalas. Waktu menunjukkan pukul sepuluh siang. Arsel berjalan tanpa alas kaki, tidak ada yang menyadari jika ia meninggalkan ruangannya.
Ia pergi ke lantai limabelas untuk menemui Kai, tidak ada siapapun di ruangan itu. Di rasa Kai mungkin sudah pulang Arsel turun menggunakan lift. Semua orang dilantai dasar menatap aneh, pasalnya Arsel berjalan menggunakan piyama rumah sakit tanpa mengeteng infus dan memakai alas kaki.
Beberapa tenaga medis berlari menuju pintu utama. Dari kejauhan Arsel melihat dua ambulan tiba di depan rumah sakit. Sebuah brankar di turunkan dari dalam ambulan, terlihat samar-samar seorang pemuda berlumuran darah. Dengan tergesa-gesa para tenaga medis membawah pemuda itu menuju ruang IGD.
Pandangan Arsel tak luput dari itu. Para tenaga medis yang membawah pasien melewatinya. Ia sekilas melihat wajah korban yang sebagian tertutupi oleh darah segar.
Arsel tertegun, wajah pemuda itu tak asing. Tidak lama sebuah brankar di dorong kali ini di tutupi sebuah kain putih. Arsel menghentikan tenaga medis yang mendorong brankar itu, dengan cepat ia membuka kain putih yang menutupi.
Arsel tertegun melihat siapa sosok di balik kain putih itu. “apa anda mengenal korban?”
“iya..., dia Sakya, Sakya Zavar,” ucap Arsel tanpa mengalihkan pandangan.
“kami akan mengurus mayat korban.” Kain putih itu di tutup kembali, berankar didorong menuju ruang jenazah.
Arsel tersadar. Jika itu Sakya kemungkinan besar didalam duang IGD benar-benar Kai. Lampu IGD menampakkan warna merah, operasi sedang berlangsung. Arsel terduduk di kursi tunggu, ia masih tak percaya apa yang ia lihat barusan. Kai yang terbaring lemah di penuhi darah dan Sakya yang sudah tak bernyawa.
Rasa cemas akan kehilangan dan kekhwatiran teringat keadaan Kai yang jauh dari kata baik melanda memenuhi pikiran.
Tuan Max datang dengan seorang wanita di belakang dan beberapa bodygurd, berburu-buru berjalan kemari. Tuan Max sedikit terkejut melihat Arsel sudah di sana.
....Sudah satu setengah jam operasi berjalan tapi lampu itu tak kunjung berubah. Operasi masih berjalan, entah seberapa parahnya luka Kai, hingga membutuhkan waktu lama untuk operasi.
Warna beruba menjadi hijau, menandakan operasi berjalan lancar. Seorang Dokter keluar, ketiga orang mendekat dengan wajah cemas. “dengan keluarga pasien?”
“kami orang tuanya.”
“operasi berjalan lancar, luka korban cukup seriun hingga mengenai organ vitalnya. Untuk sementara pasien akan kami pindakan di ruang ICU untuk memantau perkembangan.”
....Pemakaman Sakya dilakukan keesok harinya, kedua orang tua Sakya yang berada di Italia langsung terbang kemari. Tangisan tak terbendung dari semua orang yang hadir, walaupun Sakya terlihat kejam di balik itu ia tak sekejam yang orang fikir.
Banyak kebaikan yang Sakya lakukan tanpa orang ketahui. Dulu ia membuat sebuah perkumpulan yang di nama kan geng STARLIGH itu bertujuan untuk membasmi kejahatan di kota ini karena banyaknya kasus pembunuhan, pembegalan, dan pemerkosaan yang terjadi di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEL (B×B) END✓
ActionGue Kai. Kainal Ezill seorang yang di paksa mengantikan tokoh utama yang telah pergi. Kisah gue memang sedikit rumit, bisa di bilang gue suka sama orang yang telah menghilangkan nyawa Abang gue dan lebih parannya, dia masih terjebak dengan orang yan...