TIDAK TAHAN PEDAS

755 37 0
                                    

Tidak cukup bermain ice skating saja, kita melanjutkan mengelilingi mall ini. “Kak mau makan itu.” Tunjuk gue ke salah satu restoran yang menyajikan berbagai makanan korea.

Kak Arsel langsung menyetujui keinginan gue. Dengan senang nya gue memilih menu yang terlihat menggiurkan, “kak Arsel mau yang mana?”

“samakan saja.” Apa Kak Arsel belum pernah mencoba korean food ya?

“masing masing dua ya Kak!”

“baik Kak.”

Tidak lama makanan tiba. Gue menelan ludah, sepertinya enak. Gue memakanya dengan lahap, rasa pedasnya sangat pas, gue suka makanan pedas. Sepertinya berbeda dengan Kak Arsel, wajahnya memerah minumanya juga sudah habis. Kak Arsel memang tahan banting tapi tidak tahan pedas, memang di mansion gue nggak pernah melihat Kak Arsel memakan makanan yang pedas.

Kebanyakan cowok memang gini ya, tidak tahan pedas? Gue salah satu yang beda!

Wajah yang sedang menahan kepedasan itu sangat lucu, berbeda dari biasanya yang nampak dingin dan hanya sedikit ekspresi. Gue terkekeh pelan, Kak arsel yang frustasi meminta air minum kepada pelayan.

“pesan makanan  yang lain saja, Kak.” Memang makanan yang gue pesan itu pedas semua. Kak Arsel menolak. Karena gue nggak tega jadi gue pesenin aja.
....

Tidak terasa hari semakin malam. Setelah makan tadi Kak Arsel mengajak ke alun-alun kota, katanya dia merindukan taman-temannya di sana.

Gue merebahkan badan di atas sofa, “hufff.” Menghela nafas, lumayan capek tapi menyenangkan.

Kak Arsel ikut duduk di samping gue, “capek?”

“sedikit.”

Gue mengeser badan, menaruh kepala di atas paha Kak Arsel, tangan Kak Arsel gue bawah ke kepala. Dia yang mengerti mengelus lembut surai rambut gue.

“Kakak tidak capek?”

“sedikit.”

“Kak?”

“hmm?”

“Kakak udah punya pacar?” tanya gue spontan.

Kak Arsel menghentikan tanganya, “tidak ada yang mau.”

“benarkah?” orang gila mana yang menolak Kak Arsel cobak? “kalau seseorang yang Kakak suka, ada?”

Kak Arsel menunduk menatap gue. “ada!”

“siapa orangnya? Apa dia juga menyukaimu?” Kak Arsel tidak menjawab, dia melanjutkan mengelus rambut gue.

“lo akan tau, tapi tidak hari ini.”

Gue menghela nafas kecewa. Padahal gue ingin tahu siapa orang yang berhasil mendapatkan hati Kak Arsel?

“apa kakak sangat menyukai orang itu?”

“lebih dari menyukai.” Kak Arsel tersenyum matanya juga ikut tersenyum, “gue sangat mencintainya.”

“antara suka dan cinta. Bukankah itu sama saja Kak?”

“itu berbeda, Kai. Suka belum tentu cinta tapi cinta sudah pasti suka.”

Di awal-awal gue tidak mengerti tapi sekarang gue mengerti. “apa yang membuat Kak Arsel jatuh cinta padanya?”

Kak Arsel mencoba berfikir, “gue nggak tau.”

Gue terkekeh, “Kak Arsel aneh! Bilangnya cinta tapi tidak tahu alasan mencintai.”

“tidak membutuhkan alasan untuk mencintainya, hanya melihatnya bahagia itu sudah cukup.”

Gue beranjak duduk. “benarkah? Lalu bagaimana dengan perasaan Kak? Apa dia mengetahui itu?”

Kak Arsel tidak menjawab, justru dia berbalik bertanya. “lalu bagaimana denganmu?”

“gue nggak tau, Kak. Gue bingung.”

Tingtong.....

Bel berbunya, sepertinya ada tamu.

Seorang bodygurd datang, “maaf Tuan, ada yang ingin bertemu Tuan muda.”

“siapa?”

“saya tidak tau tuan.”

“bawah dia kemari.” Perintah Kak Arsel. Sepertinya itu bukan Tuan Max, jika Tuan Max kak Arsel pasti tahu.

Seorang pria paruh baya datang. Dada gue sesak, tangan gue juga gemetar, gue tahu betul siapa dia, tidak mungkin gue melupakan wajah itu.

“lama tidak bertemu, Niel.”











....

ARSEL (B×B) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang