Angin berhembus cukup kencang, membuat suasana Kota Jakarta Selatan hari itu menjadi sejuk.
Namun, atmosfer tersebut tidak dapat mengukir seulas senyuman di wajah Callie. Tidak sedikitpun.
"Looking for something?"
Suara berat yang terdengar cukup asing di telinga Callie berhasil menarik perhatian gadis itu.
Ia melihat ke arah sumber suara, dan netranya melekat pada sepasang bola mata berwarna cokelat tua.
"Lo siapa?" Callie menaikkan alisnya keheranan.
Bukannya menjawab, pria tak dikenal itu malah menaikkan bahunya acuh tak acuh.
"Nanti juga tau sendiri." Ucapnya dengan seringaian khas yang membuat Callie semakin ingin melayangkan satu pukulan di wajah lelaki bertubuh kekar itu.
"Dang, you make me wanna slap you on the face." Sebal Callie sambil mengepalkan tangannya, menahan agar tidak melayangkan pukulan itu ke wajah yang berada di hadapannya.
Dibalas dengan tawa remeh oleh sang lawan bicara.
"Feisty, huh?" Ia tertawa kecil. "I like it." Terusnya dengan seringai jahat.
"Gak usah nakut-nakutin," peringat Callie, "gua gak bakal takut."
"Siapa juga yang mau nakutin lo? Gua cuma nanya, loh."
"Bukan urusan lo." Callie berbalik badan untuk berjalan sejauh-jauhnya dari lelaki tak dikenal itu.
Pergelangan tangannya dipegang, membuat langkah kaki gadis itu terhenti. Ia membalik badan, dan melihat pria itu sudah semakin dekat.
"Semua tentang lo, itu urusan gue." Ujarnya dengan suara berat sambil menatap Callie tajam.
"Apaan sih?!" Bentak Callie mencoba melepaskan cengkraman di tangannya itu.
Alih-alih melepas, pria itu malah semakin menguatkan genggamannya pada pergelangan tangan Callie. Ia berjalan semakin mendekat, dan ....
RINGGGGG....!!
Callie terbangun.
Syukurlah, semua itu hanya sebatas mimpi buruk.
Untuk memastikan, Callie melirik pergelangan tangannya.
Keningnya langsung membentuk kerutan saat mendapati bekas cengkraman merah di pergelangan tangannya itu.
Gadis itu langsung berpikir, benarkah hanya 'Mimpi' tak berarti? Ataukah ini pertanda lain?.
Sempat terdiam beberapa saat, Callie akhirnya memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya dan mulai berjalan menuju kamar mandi miliknya.
Saat hendak menyikat gigi, ia tersadar jatah terakhir memakai pasta giginya semalam.
Singkatnya, pasta giginya itu habis.
Dengan begitu, Callie berjalan menuju salah satu lemari penyimpanan yang berada tak jauh dari kamar mandinya.
Matanya membulat sempurna saat mendapati keberadaan kertas yang sudah lusuh tak berbentuk. Layaknya kertas yang telah disimpan selama bertahun-tahun.
44335557 633
Angka-angka itu tertulis di permukaan kertas tersebut. Tulisannya hampir memudar, mungkin efek dari lama terpendam.
Tetapi, apakah mungkin Callie baru menyadari keberadaan kertas itu sekarang? Bagaimana bisa dia tak melihat benda itu sebelum ini?.
Dengan catatan, kalau memang dari dulu sudah ada.
"Angka apa ini?" Callie kebingungan, "kok tiba-tiba ada di sini, dah?"
Tak mau menghiraukan, meski dalam hatinya ia benar-benar penasaran, Callie menyimpan kertas tersebut di dalam salah satu buku yang berada di atas meja belajar miliknya.
Setelah menyelesaikan rutinitas pagi yang membosankan seperti biasanya, perempuan itu duduk di kursinya dan menekan tombol untuk menyalakan komputernya.
Jemari lentiknya mengetikkan sesuatu di papan ketik berwarna hitam itu.
"Biodata Evan Antonie"
Telusurnya di kolom pencarian.
"Unavailable? Unknown?"
Callie keheranan. Seorang detektif ternama, namun kasus yang telah diselesaikannya tidak tercantum.
"Aneh." Ia menghapus ketikannya tadi untuk menelusuri hal lain.
"Kasus Evan Antonie"
Alisnya terangkat secara refleks.
"Benar-benar tidak masuk akal." Callie menggelengkan kepalanya dalam bentuk tak menyangka.
"Gimana cara nulis kalau gak ada info apa-apa?" Cibirnya.
Kemudian, ia melirik kertas yang tadi dia selipkan pada salah satu buku kuliahnya.
~To Be Continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDIRECTED: "Where Are Them?" | A Thriller-Fantasy [END]
Mystery / ThrillerSatu kalimat, dua patah kata, dan 1.001 makna yang masih belum dapat dipastikan, "Cari Mereka." Semua ini dimulai saat Callie Aurelie, seorang mahasiswi sekaligus penulis, tanpa disadari terjebak ke dalam masalah rumit dengan begitu banyak petunjuk...