28. Truth

79 25 10
                                    

Selama perjalanan, suasana dalam mobil cukup tegang. Masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikiran mereka sendiri, mencoba menganalisis kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Evan sesekali melirik ke arah David yang duduk di sebelahnya. "Menurutmu, kenapa Dr. Leonard selalu kembali ke tempat yang sama?"

David menghela napas panjang. "Sulit untuk dikatakan. Mungkin ada sesuatu yang sangat penting di tempat itu. Sesuatu yang membuatnya terus kembali, meskipun ia tahu risiko yang dihadapi."

Callie yang duduk di kursi belakang menambahkan, "Atau mungkin ada seseorang yang membantunya di sana. Bagaimana kalau dia punya kaki tangan?"

Evan mengangguk setuju. "Itu mungkin saja. Kita harus siap dengan segala kemungkinan."

Tak lama kemudian, mereka tiba di dekat kampus tempat Dr. Leonard dulu bekerja. Bangunan kampus itu tampak sunyi dan sepi. Evan memimpin kelompok itu masuk ke dalam kampus, menavigasi lorong-lorong yang dulu sangat dikenalnya.

"Tempatnya ada di sini," kata Evan, berhenti di depan sebuah pintu yang tampak sudah lama tidak digunakan. "Ini adalah laboratorium tempat Dr. Leonard sering menghabiskan waktu."

Jean memberi isyarat kepada yang lain untuk berhati-hati. Mereka memasuki laboratorium itu dengan hati-hati, memperhatikan setiap sudut ruangan. Namun, ruangan itu tampak kosong. Tidak ada tanda-tanda aktivitas atau bukti yang bisa menunjukkan keberadaan Dr. Leonard.

"Ada yang tak beres," gumam James, merasakan ada yang aneh.

Shenia yang sedang memeriksa meja kerja tiba-tiba berhenti. "Lihat ini," katanya sambil mengangkat sebuah kertas yang tampak tersembunyi di bawah tumpukan buku-buku. "Ini adalah catatan tentang penemuan terbaru Dr. Leonard. Tampaknya dia sedang mengerjakan sesuatu yang besar."

Evan mengambil kertas itu dan membacanya dengan seksama. "Jika kita bisa memahami apa yang dia kerjakan, mungkin kita bisa menemukan petunjuk tentang ke mana dia pergi."

David mengangguk. "Kita harus mengumpulkan semua bukti yang bisa kita temukan di sini dan menganalisisnya dengan cepat."

Dengan semangat baru, mereka mulai memeriksa setiap sudut ruangan, mencari petunjuk yang mungkin ditinggalkan oleh Dr. Leonard. Meskipun mereka tahu bahwa tugas ini tidak akan mudah, mereka semua bertekad untuk menemukan jawabannya dan mengakhiri pelarian Dr. Leonard sekali dan untuk selamanya.

Saat mereka terus mencari, Callie menemukan sebuah laptop tua yang tersembunyi di bawah tumpukan alat-alat laboratorium. "Ini mungkin milik Dr. Leonard," katanya, meletakkannya di atas meja.

Jean membuka laptop itu dan menyalakannya. "Semoga kita bisa menemukan sesuatu di sini."

Butuh beberapa menit, tetapi akhirnya laptop itu menyala. Mereka melihat berbagai file yang disimpan di dalamnya, kebanyakan berupa catatan penelitian dan data eksperimen. Namun, satu file menarik perhatian mereka—file berjudul "Proyek Alpha."

"Ini mungkin yang kita cari," kata Evan, membuka file tersebut.

Mereka melihat berbagai diagram, rumus, dan catatan yang kompleks. David membaca beberapa bagian dengan seksama. "Ini tampaknya adalah proyek penelitian yang sangat canggih. Jika Dr. Leonard berhasil, ini bisa memiliki dampak besar."

"Apakah ada informasi tentang ke mana dia mungkin pergi?" tanya Jean.

David menggeleng. "Tidak langsung. Tapi, mungkin jika kita bisa memahami apa yang dia kerjakan, kita bisa mendapatkan petunjuk."

Tiba-tiba, Shenia menemukan sesuatu yang lain. "Lihat ini," katanya, menunjuk ke sebuah kalender di dinding. Ada beberapa tanggal yang dilingkari dengan tinta merah. "Mungkin ini penting?"

Evan memperhatikan tanggal-tanggal tersebut. "Ini semua adalah tanggal pelariannya. Ada pola di sini."

Mereka melihat lebih dekat dan menyadari bahwa tanggal-tanggal tersebut membentuk pola tertentu, seperti sebuah kode. Callie berusaha memecahkan kodenya dengan cepat.

"Menurutku, ini adalah koordinat," kata Callie akhirnya. "Koordinat tempat dia akan pergi berikutnya."

Jean tersenyum tipis. "Kalau begitu, kita punya tujuan berikutnya."

Dengan informasi baru ini, mereka kembali ke mobil dan segera berangkat menuju koordinat yang telah mereka temukan. Jalan yang mereka tempuh membawa mereka ke sebuah area yang terpencil dan jauh dari pemukiman.

Setelah perjalanan yang panjang, mereka akhirnya tiba di sebuah bangunan tua yang tampaknya sudah lama ditinggalkan.

Evan berhenti sejenak, memandangi bangunan itu. "Ini pasti tempatnya."

Mereka memasuki bangunan itu dengan hati-hati, memastikan untuk tidak membuat suara yang bisa memperingatkan siapa pun yang mungkin ada di dalam. Ruangan-ruangan di dalamnya gelap dan berdebu, menambah kesan angker.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki. Mereka bergerak lebih dalam, mengikuti suara tersebut. Di salah satu ruangan di belakang, mereka akhirnya menemukan Dr. Leonard Vincent yang sedang bekerja dengan beberapa alat canggih.

Dr. Leonard tampak terkejut melihat mereka. "Bagaimana kalian menemukanku?" tanyanya, nadanya penuh ketidakpercayaan.

Jean melangkah maju. "Permainanmu sudah selesai, Dr. Leonard. Kami tahu apa yang kau lakukan dan kami akan menghentikanmu."

Dr. Leonard menghela napas panjang, tampak pasrah. "Kalian mungkin telah menemukanku, tetapi proyekku masih jauh dari selesai."

David menatapnya tajam. "Kami akan memastikan bahwa itu tidak pernah selesai."

Dengan Dr. Leonard di bawah pengawasan ketat, mereka kembali ke markas mereka, membawa serta semua bukti yang mereka temukan. Akhirnya, setelah bertahun-tahun pelarian, Dr. Leonard kini tidak lagi bisa melarikan diri.

"Jadi, Dr. Leonard ..., di mana adik-adikku?" Tanya Evan dengan nada mengancam.

"Aku tidak tahu."

"JAWAB AKU, DI MANA MEREKA??" Evan menaikkan nada suaranya.

"Di mana keberadaan Jayden, Jeffrey, Sadam, Rian, Erlan, dan Riko? JAWAB AKU."

Dr. Leonard tertawa kecil, suara yang penuh dengan keputusasaan dan kelelahan. "Kalian pikir kalian sudah menang, tapi ini baru permulaan. Mereka... mereka semua ada di tempat yang aman. Mereka adalah bagian dari eksperimenku, bagian yang tak terpisahkan."

Evan mendekat, wajahnya penuh dengan kemarahan. "Katakan di mana mereka sekarang, atau kau akan menyesal."

Dr. Leonard menatap Evan dengan tajam. "Aku sudah memberi mereka sesuatu yang lebih dari sekadar kehidupan biasa. Mereka adalah masa depan. Kalian tak akan mengerti apa yang telah aku lakukan untuk mereka."

Jean menarik Evan kembali, mencoba menenangkan situasi. "Evan, kita akan menemukannya. Kita hanya perlu menganalisis semua data yang kita punya."

David yang sedang memeriksa laptop Dr. Leonard dengan lebih mendalam, akhirnya berkata, "Ada beberapa file yang terenkripsi di sini. Jika kita bisa memecahkannya, mungkin kita bisa menemukan lokasi mereka."

Callie yang sedari tadi diam, tiba-tiba berbicara. "Aku bisa mencoba membukanya. Aku punya beberapa program yang bisa membantu."

Dengan hati-hati, Callie mulai bekerja pada laptop itu, mencoba memecahkan enkripsi yang melindungi file-file penting. Waktu terasa berjalan lambat saat mereka menunggu, suasana tegang memenuhi ruangan.

Setelah beberapa saat, Callie bersorak kecil. "Aku berhasil membukanya! Ini adalah koordinat lain, dan ada catatan tentang masing-masing dari mereka."

James mengintip catatan tersebut. "Dua lokasi berbeda, mereka sengaja dipisahkan?"

Evan menanggapi, "sejauh yang aku tahu, Sadam dan Rian berada di lokasi yang sama. Begitu juga dengan Jayden, Jeffrey, dan Riko."

"Erlan?" Shenia ikut bertanya.

"Aku ada rasa dia masih ada di seitar kawasan rumahku. Yang pertama kali memberiku petunjuk, kemungkinan besar adalah dia," Jawab Callie. "Kita hanya perlu sedikit tambahan waktu."

~To Be Continued~

UNDIRECTED: "Where Are Them?" | A Thriller-Fantasy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang