Callie menatap James dan Detektif Terry dengan rasa curiga yang semakin dalam. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya.
Ketidakpercayaan mulai merayapi pikirannya, menciptakan jarak di antara mereka yang sebelumnya bersatu oleh tekad yang sama.
"Kalian berdua, aku butuh jaminan bahwa kita semua ada di pihak yang sama," kata Callie dengan suara tegas, memecah keheningan.
James menghela napas panjang, menatap Callie dengan mata yang penuh keletihan. "Callie, kita sudah melalui banyak hal bersama. Apa yang membuatmu ragu sekarang?"
"Semua ini terasa terlalu rapi. Bukti-bukti, serangan-serangan. Seperti ada yang mengarahkan kita," balas Callie.
Detektif Terry meletakkan rokoknya dan menatap Callie dengan serius. "Apa yang kamu maksud, Callie? Kamu berpikir ada pengkhianat di antara kita?"
Callie tidak langsung menjawab, pikirannya berputar mencari celah logis dari semua kejadian. "Kita harus berhati-hati. Tidak ada salahnya memeriksa ulang semua yang kita punya. Bahkan rekan terdekat bisa punya agenda tersembunyi."
James mengangguk pelan, menyadari kebenaran dalam kata-kata Callie. "Baik, kita akan melakukan pemeriksaan ulang. Tapi kita harus tetap bersatu."
Saat malam semakin larut, ketiganya terus memeriksa bukti-bukti yang mereka miliki.
Callie mencatat setiap detail, mencari inkonsistensi yang mungkin terlewatkan. Sementara itu, James dan Detektif Terry mulai menyusun strategi baru untuk menghadapi ancaman yang terus meningkat.
Pada saat yang sama, di sebuah tempat yang tersembunyi, seorang pria duduk di depan layar komputer, mengamati gerakan mereka.
Pria itu adalah bagian dari kelompok kriminal yang mereka buru, dan dia telah merencanakan setiap langkah mereka dengan cermat.
Senyum sinis terukir di wajahnya saat dia melihat ketidakpercayaan mulai tumbuh di antara Callie, James, dan Detektif Terry.
"Bagus," gumamnya pelan. "Biarkan mereka saling meragukan. Semakin mereka terpecah, semakin mudah untuk kita menghancurkan mereka."
Keesokan harinya, Callie bangun dengan perasaan tidak nyaman.
Dia memutuskan untuk mengunjungi tempat persembunyian rahasia yang pernah disebutkan oleh ayahnya.
Mungkin di sana, dia bisa menemukan jawaban lebih banyak tentang siapa yang sebenarnya bisa dipercaya.
Dengan hati-hati, Callie menyusuri jalan-jalan sepi menuju gudang tua yang disebutkan dalam surat ayahnya. Ketika dia tiba, suasana di sekitarnya terasa menekan. Dia merasakan adanya pengawasan, tetapi dia tidak melihat siapa pun.
Di dalam gudang, Callie menemukan peti kayu lain yang tersembunyi di balik tumpukan barang-barang lama. Di dalamnya, dia menemukan beberapa berkas dan rekaman video yang menunjukkan pertemuan rahasia antara Julian dan beberapa pejabat tinggi.
Saat Callie memeriksa rekaman tersebut, sebuah kenyataan mengerikan mulai terungkap.
Detektif Terry ternyata terlibat dalam konspirasi itu. Dia adalah salah satu dari mereka yang berusaha menutupi jejak dan mengalihkan kecurigaan dari dirinya sendiri.
Dengan perasaan campur aduk antara marah dan kecewa, Callie menyadari bahwa dia harus segera memberitahu James.
Tapi sebelum dia sempat bergerak, suara langkah kaki terdengar dari luar gudang.
Callie bersembunyi, berusaha menenangkan detak jantungnya yang kencang.
"Callie, aku tahu kamu di sini," terdengar suara Detektif Terry. "Kita perlu bicara."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDIRECTED: "Where Are Them?" | A Thriller-Fantasy [END]
Mystery / ThrillerSatu kalimat, dua patah kata, dan 1.001 makna yang masih belum dapat dipastikan, "Cari Mereka." Semua ini dimulai saat Callie Aurelie, seorang mahasiswi sekaligus penulis, tanpa disadari terjebak ke dalam masalah rumit dengan begitu banyak petunjuk...