24. Trust Yourself

91 28 9
                                    

Pagi berikutnya, suasana di ruang briefing masih tegang dengan kehadiran Julian Alden yang ikut dalam diskusi. Evan memulai pertemuan dengan memberikan laporan terbaru tentang perkembangan operasi mereka.

"David berhasil mengumpulkan lebih banyak informasi tentang sindikat ini," kata Evan dengan serius. "Mereka memiliki beberapa basis operasi di berbagai negara, dan kita perlu bekerja sama dengan pihak internasional untuk melumpuhkan mereka sepenuhnya."

Shenia menambahkan, "Aku menemukan beberapa transaksi mencurigakan yang mengarah ke organisasi amal palsu. Mereka mungkin menggunakan organisasi ini untuk mencuci uang."

Evan mengangguk tegas. "Kita perlu menyelidiki ini lebih dalam. Shenia dan aku akan mengambil peran dalam menyusun strategi untuk membongkar aktivitas mereka. Callie, James, saya butuh kalian untuk fokus pada hubungan internasional. Pastikan kita memiliki dukungan penuh dari pihak berwenang di negara-negara terkait."

Callie dan James mengangguk serius, siap untuk melanjutkan koordinasi dengan Interpol dan agensi keamanan internasional lainnya.

Sementara itu, Shenia dan Evan memusatkan perhatian mereka pada organisasi amal yang dicurigai. Mereka menelusuri jejak dana dan mencoba mengungkap jaringan donatur fiktif yang terlibat dalam aktivitas ilegal ini.

"Evan, kita butuh untuk memiliki strategi komunikasi yang solid untuk saat kita siap mempublikasikan temuan kita," ujar Shenia dengan serius.

Evan mengangguk. "Aku akan menghubungi David dan memastikan dia siap untuk meluncurkan artikel investigasi kita begitu kita memiliki semua bukti yang kita butuhkan."

David memberi mereka penegasan bahwa dia akan siap membantu, meskipun menyadari risiko besar yang ada.

Sementara itu, Callie dan James menerima informasi dari Interpol tentang lokasi potensial markas besar sindikat di Eropa dan Asia. Mereka segera mulai merencanakan operasi bersama dengan pihak berwenang setempat.

"Evan, kami siap bergerak," kata Callie dengan semangat. "Operasi kami di Asia akan dimulai secepatnya."

Evan memberikan instruksi terakhir. "Baiklah, aku akan berangkat ke Eropa sekarang juga. Shenia, pastikan semua informasi dan komunikasi berjalan lancar di pusat komando. Kita akan menghancurkan sindikat ini satu langkah demi satu."

Degan itu, mereka bersiap menuju helikopter yang telah disiapkan oleh Jean dan Julian bersamaan.

"Aku harap kita tak perlu waktu lama untuk ini." Ujar Callie setelah memasang sabuk pengaman dengan erat.

"Aku juga berharap begitu," Balas James.

"Ini semester terakhirku di kuliah, aku tidak mau melewatkan kelasku." Gadis itu menghela nafasnya. "Aku bahkan belum menyelesaikan skripsiku."

"Benarkah?" James terdengar tidak percaya. "Kamu berada di sini karena ingin menulis cerita dengan latar kisah nyata yang belum terpecahkan, bukan?"

Callie menatap rekannya itu dan mengangguk.

"Aku bersumpah, kamu penulis paling niat yang pernah aku lihat."

Bagaimana tidak? Callie sampai rela mempertaruhkan nyawanya dan banyak menyita waktu hanya untuk menyelidiki kasus yang ingin ia tulis sebagai naskah.

Padahal, dia bukan siapa-siapa selain seorang mahasiswi semester akhir berusia 22 tahun yang gemar menulis kisah-kisah misteri.

Dan selama ini fiksi, namun ingin mencoba hal baru.

Callie tertawa hampa. "Tidak. Aku telah merusak semuanya." Ia menggeleng.

Mendengarnya, James tidak setuju. "Maksudmu?"

"Seharusnya, aku tidak mencari tahu tentang hal yang tak perlu aku ketahui. Masalah besar tak terpecahkan, dan jejaknya juga sudah lama hilang dari awak media—,"

"You've saved them."

Callie mengangkat kedua alisnya heran. "Dari mana?"

"Are you sane, Miss?" James bergurau sendiri. "It's very obvious, Cal. Kamu sudah membuka rahasia gelap mengenai hal-hal kriminal tak terduga. Banyak nyawa orang yang terancam, misi yang direncanakan oleh ilmuwan gila, pemaksaan, dan sekarang pencucian uang."

"Who will care about all that if you don't pave the way?"

Callie terdiam mendengar perkataan James.

"Seriously, though. Can you please stop underestimate yourself? You're an amazing person. You should be proud of yourself!" James menjalankan tangannya ke bahu Callie. "Kalau aku itu kamu, aku pasti sudah pamer ke seluruh penjuru dunia siapa diriku."

"You're a hero. A real-life superhero with superpowers to solve all problems clearly, the powers that not everyone can have even if they wish they had."

Perlahan, seulas senyuman terukir di wajah cantik Callie Aurelie.

Jantung yang semulanya berdetak dengan perasaan campur aduk dan dikuasai oleh anxiety, kini menjadi sedikit lebih tenang.

"Terima kasih banyak, James."

"Just saying the truth, M'lady."

Mata Callie membelalak lebar saat mendengar panggilan yang baru saja dilontarkan James padanya.

"What did you call me?"

"M'lady."

James terkekeh tipis setelah mengulangi petname-nya pada Callie. "Why, haven't got used to it yet?"

Callie menggeleng.

"Then, I'll make you."

"James, are you flirting right now?"

Pria itu tertawa kecil. "Don't blame me, okay? You're damn adorable when you're all flustered."

"Shut up."

"Make me."

"Start the engine, please." Callie mengalihkan pembicaraan dengan berpura-pura berbicara pada sang pengemudi helikopter.

Melihat aksi Callie, James kembali terkekeh tanpa suara. "Aw, you're no fun." Candanya dengan fake-pout yang pertama kali dibuat oleh seorang James Archie William yang selama ini selalu serius.

Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka? Callie juga tidak tahu.

~To Be Continued~

.

Ini siapa yang buka kandangnya?🐊🐊

Ini siapa yang buka kandangnya?🐊🐊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kandangin lagi dong, aku ga kuat🙏

RUN, CALLIE, RUNNN❗️🏃‍♀️🏃‍♀️

Wkwk, lanjut misinya next chapter yaa... Love you babe💋💖

UNDIRECTED: "Where Are Them?" | A Thriller-Fantasy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang