🦋 Part 18

21 2 0
                                    

Kenapa perasaan ini tanpa sadar selalu meminta kepastian? Padahal belum tentu perasaannya terbalas.
•••

Minggu ini kelas duabelas sudah dihadapkan oleh tryout tahap pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu ini kelas duabelas sudah dihadapkan oleh tryout tahap pertama. Beberapa persiapan mereka lakukan untuk dapat mengerjakan soal tryout yang diberikan.

Pelaksanaan tryout sudah dimulai, terutama pada kelas Dea saat ini. Di dalam ruang komputer tempat kelas Dea melakukan ujian, terlihat tampak sepi dan fokus.

Beberapa siswa dengan tanpa rasa takut menanyakan jawaban pada teman sebelahnya. Beberapa lagi mengerjakan dengan tenang soal yang diberikan tanpa bertanya pada teman-temannya yang lain. Sisanya hanya menatap soal tanpa berniat untuk mengerjakan.

Begitupun dengan Dea, ia menatap soal di depannya dengan malas. Sudah beberapa soal ia jawab saat ini. Dea memegang kepalanya pusing, ia menghela napas pelan karena masih ada beberapa soal yang harus ia selesaikan.

Alfan yang duduk dan terhalang satu orang di samping kanannya menoleh ke arah Dea. Ia melirik sebentar ke arah penjaga ujian, lalu beralih menatap ke arah Dea kembali.

"Dea," panggilnya.

Dea menoleh ke arah Alfan dengan malas. Begitupun satu orang yang duduk diantara mereka.

"Apa?" tanya Dea pelan.

"Udah selesai belum?"

Dea menggelengkan kepalanya pelan, "belum."

Alfan menganggukkan kepalanya lalu kembali menatap soal di depannya. Tinggal beberapa soal lagi yang belum ia jawab. Hari semakin siang, dan waktu ujian pun hampir selesai.

Dea berdecak sebal, ia kembali menatap layar komputer di depannya, "gue kira dia mau kasih jawaban."

Seseorang yang duduk di samping kanan Dea menepuk bahunya pelan. Dea menoleh ke arah orang tersebut dengan tatapan bertanya.

"Gak, cuman nyuruh sabar doang," ucapnya.

Dea berdecak sebal, lalu ia kembali fokus pada soal di depannya. Waktu ujian terus berjalan dan sebentar lagi akan berakhir. Ia harus menyelesaikannya sebelum bel ujian selesai berbunyi.

Tidak peduli jawaban yang ia jawab salah atau tidak. Setidaknya Dea sudah berusaha semaksimal mungkin untuk ujian hari ini. Walaupun otaknya tetap tidak bisa diajak untuk kerja sama.

Tak lama bel waktu ujian telah selesai berbunyi. Suara lega dan bahagia dari beberapa murid kelas duabelas terdengar. Begitu juga dengan Dea yang sempat menyimpan semua jawabannya.

"Kalau sudah langsung keluar. Jangan dimatikan komputernya, untuk murid jurusan IPS karena abis ini mereka yang ujian."

Mendengar perintah tersebut beberapa murid langsung keluar dari ruang komputer. Dea menghela napas dan mencari kedua temannya yang mendapat bagian duduk di belakang.

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang