🦋 Part 25

22 3 0
                                    

Perasaan ini tidak salah, tapi perasaan ini muncul di waktu yang salah.
•••

"Kata Mely lo kemaren diajak ngobrol ya sama Nanda, ngobrol apaan?!" tanya Tina saat ia baru saja duduk di kursinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kata Mely lo kemaren diajak ngobrol ya sama Nanda, ngobrol apaan?!" tanya Tina saat ia baru saja duduk di kursinya.

Dea menghela napas pelan, lalu menatap Mely yang melangkah ke arahnya dengan tersenyum, "ngadu lo," ucapnya pada Mely yang baru saja tiba di mejanya.

"Ngobrol apaan aja? Gue kepo."

Dea menghela napas pelan, lalu ia menatap kedua temannya bergantian, "dia minta gue jauhin Alfan."

"Terus? Reaksi lo gimana?" tanya Mely ingin tau.

"Emang dia siapa bisa ngomong gitu? Orang tuanya aja bukan," ucap Tina dengan kesal.

"Gue nolak lah, terus dia marah-marah."

"Marah-marah gimana?"

Dea menghembuskan napasnya pelan, ia mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin, "terus dia bilang kalau gue penyebab dia sama Alfan gak bisa balikan." Lalu ia menatap kedua temannya secara bergantian, "emang iya?" tanyanya.

Tina dan Mely serempak menggelengkan kepalanya cepat. Mereka saling tatap lalu menatap sinis ke arah meja Nanda.

"Lo aja deket atau banyak interaksi sama Alfan setelah kejadian isi buku diary lo itu, itu pun setelah mereka berdua putus," jelas Tina.

Mely menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Tina, "bener, kenapa tiba-tiba dia nyalahin lo?!"

"Mungkin aja karena dia gak balikan sama Alfan, terus dia marah dan gak tau marah sama siapa. Jadinya dia melampiaskan ke Dea," ujar Tina.

Mely menganggukkan kepalanya mengerti dengan ucapan Tina, "bener juga."

Dea menghela napas pelan, lalu menggelengkan kepalanya tidak mengerti, "terserah deh."

"Terus abis itu lo ngapain?!"

"Gue bilang kalau dengan sikap dia yang kaya begitu, pantes aja diputusin sama Alfan."

"Reaksi dia gimana?!"

"Marah," ucap Dea pelan.

"Terus-terus?"

Dea menggaruk pipinya pelan, mencoba untuk mengingat apa yang ia obrolan bersama Nanda kemarin, "terus gue bilang kalau dia tetep jadi perempuan yang egois dan tetep ngejar Alfan, dia bisa kaya cewe murahan," ujarnya dengan suara pelan.

"HAH?! SERIUS LO?!"

"SUMPAH GILA BANGET LO!!"

Dea meringis tidak enak, lalu ia menatap Tina dan Mely secara bergantian, "gue kasar gak ya sama dia."

"Kalau dibilang kasar sih kasar, tapi dianya aja begitu sama lo. Seenggaknya dia udah dikasih tamparan yang keras, biar gak seenaknya," ujar Mely.

Tina menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Mely, "bener, dia suka seenaknya sama lo. Masa digituin doang kena mental, ya bagus sih kalau kena mental sadar diri. Tapi kalau semakin menjadi apa yang liat gak gila?!"

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang