🦋 Part 56

27 2 0
                                    

Kenangannya akan selalu teringat di dalam hati, baik itu kenangan buruk sekalipun. Semua kenangannya akan tersimpan rapih, sebagai masa lalu.
•••

Setelah hari di mana Dea dan Alfan bertengkar, mereka tidak pernah terlihat berkomunikasi lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah hari di mana Dea dan Alfan bertengkar, mereka tidak pernah terlihat berkomunikasi lagi. Alfan yang selalu sibuk dengan Mely, dan Dea yang sibuk dengan persiapan ujian.

Ujian akhir pun telah terlaksana beberapa hari. Tetapi Alfan dan Dea tidak pernah bertegur sapa. Dea menoleh ke arah kanan, di mana tempat Alfan berada. Ia menghembuskan napasnya pelan saat Alfan sudah benar-benar membencinya.

"Dea jangan nengok-nengok," bisik teman sebelah Dea.

"Hm." Dea menganggukkan kepalanya mengerti dan kembali mengerjakan beberapa soal di depannya.

Hari ini merupakan hari terakhir dari ujian yang harus kelas duabelas laksanakan. Terlihat beberapa murid mengerjakan secara malas dan tidak sabar untuk pulang.

Dea kembali menghembuskan napasnya pelan saat selesai mengerjakan beberapa soal. Ia kembali melihat ke arah Alfan, pemuda itu masih sibuk mengerjakan soal-soal yang ada di layar komputer.

Dea menyandarkan tubuhnya dan menatap layar komputer di depannya dengan tatapan menerawang. Entah kenapa Dea tidak bisa membenci Alfan begitu saja. Padahal ucapan Alfan saat itu benar-benar menyakiti hatinya.

Anak haram

Bodoh

Anak yang bermasalah

Jijik

Semua perkataan yang Alfan katakan benar-benar menyakitkan hatinya. Tapi anehnya ia tidak membenci Alfan, ia hanya kecewa dengan Alfan. Sebut saja dirinya bodoh saat ini, ia masih berharap jika Alfan berbalik menatap ke arahnya dan menjelaskan semuanya.

Untuk kesekian kalinya, Dea kembali menghembuskan napasnya pelan saat rasa sakit di dadanya datang. Ia berusaha mencoba untuk melupakan semua yang terjadi antara dirinya dan Alfan. Tetapi semakin ia mencoba untuk melupakan, semakin sakit hatinya karena harus menghilangkan perasaan secepat itu.

"Jangan lupa disimpan jika sudah selesai, agar jawaban kalian terekam oleh pusat."

Dea mengalihkan tatapannya ke arah pengawas yang berada di depan ruangan. Ia menatap semua soal yang terpampang nyata di layar komputer. Ia menyimpan semua jawaban yang sudah ia kerjakan. Mencoba menyelesaikan ujian terakhir di masa SMA ini.

Tak lama bel tanda ujian hari terakhir berbunyi nyaring. Semuanya bernapas lega karena beban masa sekolah telah mereka lalui semua. Begitupun dengan Dea, hatinya terasa senang dan sedih secara bersamaan. Senang karena ia akan melanjutkan hidupnya di langkah berikutnya, dan sedih karena ia akan berpisah dengan semua teman sekolahnya.

Beberapa murid telah beranjak dan keluar dari ruangan. Begitupun Alfan yang langsung keluar dari ruangan bersama Mely. Dea yang melihat hal tersebut hanya menghembuskan napasnya pelan. Mencoba menguatkan hatinya yang masih terasa tidak rela.

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang