🦋 Part 21

33 2 0
                                    

Ketika semua orang selalu berusaha menjatuhkan aku, tapi berbeda dengan kamu yang membantu aku untuk tetap bertahan.
•••

Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring di setiap sudut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring di setiap sudut. Beberapa murid langsung keluar dari kelas untuk membebaskan diri mereka. Begitu pun kelas Dea yang langsung ramai.

Alfan berlari menghampiri Dea, ia menepuk bahu Dea beberapa kali dengan pelan, "Dea," panggilnya.

Dea menoleh ke arah Alfan dengan bingung, "iya?"

"Ayo."

Dea menggaruk pipinya bingung, ia menatap Alfan dengan tatapan tidak enak, "serius Fan? Gue beneran gak enak sama lo," ucapnya pelan.

Alfan menggelengkan kepalanya cepat, "gak, ini gue maksa. Sebagai tanda terima kasih gue ke lo."

"Udah sana ikut Alfan," ucap Tina seraya mendorong tubuh Dea pelan.

Dengan pelan dan perasaan yang tidak menentu, Dea menganggukkan kepalanya menerima ajakan Alfan, "oke deh."

Alfan tersenyum senang, ia menepuk kedua bahu Dea secara bersamaan, "tunggu di sini, gue mau beresin barang-barang dulu," ucapnya setelah itu ia berlalu pergi ke mejanya.

Dea hanya menganggukkan kepalanya pelan dan menatap Alfan yang sedang berbicara pada ketiga temannya. Entah apa yang pemuda itu bicarakan, tetapi Dea bisa melihat jika Alfan memberikan laptopnya pada Kiki.

Dea menoleh ke arah Mely yang melangkah ke arahnya. Ia tersenyum tipis karena merasa tidak enak dengan temannya itu, "Mel, lo pulang sendiri ya?"

Mely mengerutkan keningnya bingung, "kenapa?"

"Dia mau jalan sama Alfan," ucap Tina tiba-tiba.

Mely menganggukkan kepalanya pelan, lalu ia mengangkat ibu jarinya sebagai tanda mengerti dan mempersilahkan Dea untuk pulang bersama Alfan, "oke... hati-hati, besok jangan lupa ceritain ke kita ya."

Dea menghela napas malas dengan ucapan temannya itu, "hm... iya, kalau gak lupa."

"Dih."

"Ayo De," ajak Alfan kepada Dea.

Dea menganggukkan kepalanya lalu beralih menatap kedua temannya, "gue duluan ya," pamitnya.

"Oke."

"Dah... selamat bersenang-senang."

Dea menghela napas pelan, ia melangkah mengikuti Alfan di belakangnya. Kedua tangannya saling menggenggam karena jantungnya yang terus berdetak tidak karuan. Mereka memasuki area parkiran sekolah yang terdapat banyak kendaraan dan murid yang keluar dari area tersebut.

"ALFAN!!"

Alfan menoleh ke asal suara ketika ada yang memanggilnya. Begitu pun dengan Dea yang ikut menoleh ke asal suara. Dari jauh Nanda berlari mendekat ke arah Alfan dengan tersenyum senang.

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang