🦋 Part 12

32 2 0
                                    

Jika semua orang membenciku, aku masih bisa bertahan. Tapi jika kamu yang membenciku, aku menyerah.
•••

"Dea?" Alfan memasuki ruang UKS dengan perlahan, ia menghampiri Mely dan Tina yang sedang berbicara, "Dea mana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dea?" Alfan memasuki ruang UKS dengan perlahan, ia menghampiri Mely dan Tina yang sedang berbicara, "Dea mana?"

Tina menunjuk ke arah Dea dengan dagunya, "tuh."

Alfan menoleh ke arah Dea yang masih memejamkan matanya. Lalu ia menghela napas pelan dan beralih menatap Tina serta Mely, "kok bisa ke siram air panas? Ceritanya gimana?"

Tina berdecak sebal, ia sangat kesal dengan kejadian di kantin tadi, "gue sama Dea bawa makan masing-masing, Dea bawa soto dan gue bawa batagor. Kita lagi mau cari meja buat makan. Terus tiba-tiba dari arah depan, Fadel nabrak Dea kenceng banget. Sampai Dea jatuh dan kuah sotonya ke dia semua, bahkan ada yang sampai kena matanya," jelas Tina panjang lebar pada Alfan.

Alfan meringis mendengar penjelasan dari Tina. Ia menghembuskan napasnya pelan, "ya udah, nanti gue izinin Dea buat balik dulu." Lalu ia beralih ke arah Dea yang masih memejamkan matanya, "terus nanti Dea pulang sama siapa?" tanyanya.

"Bokapnya bakal ke sini," jawab Mely yang sedari tadi hanya diam.

Alfan menganggukkan kepalanya mengerti, "oke, gue ke meja piket dulu buat minta surat izin," ujarnya seraya berlalu pergi dari ruang UKS.

Tina menghela napas pelan dan melangkah menuju tempat Dea yang sedang berbaring, "De... lo tidur apa sadar?"

"Hm," jawab Dea dengan deheman.

"Sebentar lagi Bokap lo dateng, Sabar dulu ya. Matanya masih perih gak?"

"Hm." Hanya deheman singkat yang Dea kembali keluarkan.

Sedangkan Tina dan Mely tidak berani lagi untuk membuka suara. Mereka menunggu kedatangan orang tua Dea dengan berdiam diri di dalam UKS.

Sedangkan Dea masih memejamkan matanya, ia benar-benar takut untuk membuka matanya saat ini. Takut jika matanya masih terasa perih. Hal yang paling ia takutkan yaitu jika ada permasalahan pada matanya nanti.

"Dea?! Dea mana?!"

Tina dan Mely yang berada di dalam UKS menoleh ke arah pintu masuk. Mereka bisa melihat Rama datang dengan wajah panik seraya memanggil nama Dea.

"Kenapa?" tanya Tina saat Rama sudah di depan mereka.

"Bokap Dea udah dateng, Fadel lagi kena ulti sekarang," ujar Rama dengan napas yang tidak beraturan, "aduh napas gue."

"Kok Bokapnya Dea bisa langsung tau Fadel?" tanya Mely bingung.

Rama menggelengkan kepalanya tidak tau, "gue tadi nemenin Kiki buat ke kamar mandi. Pas keluar dari kamar mandi, lapangan rame banget. Pas gue sama Kiki liat, ternyata Fadel lagi diomelin sama Bapak-bapak. Terus nyebut nama Dea terus," jelas Rama pada Mely dan Tina.

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang