🦋 Part 19

36 2 0
                                    

Hati ini bingung untuk terus berjuang atau berhenti, karena banyak hati yang juga berjuang untuk sampai di tujuan yang sama.
•••

"Bohong kali itu dia, padahal mah aslinya balikan," ujar Tina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bohong kali itu dia, padahal mah aslinya balikan," ujar Tina.

"Kayanya gak deh, kalau misalnya iya balikan aturan Nanda-nya lengket ke Alfan," ujar Mely membantah ucapan Tina.

Tina menghela napas kesal, ia melirik ke arah Mely sinis, "gak gitu, pasti kan mereka tutup-tutupi. Ya kan De?" tanyanya pada Dea yang sedari tadi diam.

Dea menghela napas pelan, lalu ia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan memakan batagornya, "gak tau," ucapnya pelan.

Tina berdecak sebal, ia memukul lengan Mely dengan kencang, "nyebelin."

"Lo yang nyebelin!! Tangan gue dipukul!!" kesal Mely pada Tina.

"Dea!!"

Dea menoleh ke asal suara, begitupun Tina dan Mely yang juga ikut menoleh. Dea mengerjapkan matanya saat Alfan berlari menghampirinya.

"Hai Dea," sapa sambil tersenyum manis.

"Hm?" Dea menatap Alfan yang menghampirinya tanpa berkedip.

Plakk

"Aduh." Dea menoleh ke arah Tina yang memukul kepalanya. Lalu menatap sebal temannya tersebut.

Sedangkan Tina hanya mengedikkan bahunya tak acuh dan memakan makanannya. Ia melirik Mely sekilas lalu mengabaikan ketiga temannya itu.

"Kenapa?" tanya Dea kepada Alfan.

"Gue udah kirim tugasnya ke email lo, coba cek," ucap Alfan.

Dea langsung mengambil ponselnya dan membuka email. Ia menunjukkan layar ponselnya pada Alfan, "ini?"

Alfan menganggukkan kepalanya beberapa kali, "iya bener yang itu. Coba lo cek dulu ya, kalau ada yang kurang kasih tau gue," ujarnya.

"Oke, nanti gue cek," ucap Dea seraya tersenyum manis pada Alfan.

"ALFAN!!"

Alfan menoleh ke asal suara, ia mengangguk pada ketiga temannya. Lalu beralih kembali menatap Dea, "gue duluan," ucapnya.

"Oke." Dea menganggukkan kepalanya pelan.

Setelah itu Alfan berlari menuju ketiga temannya. Ia menepuk bahu Kiki dan mendorongnya pelan untuk menjauh dari area kantin.

"Katanya lo udah move on? Kok liat Alfan kaya gitu banget," tanya Mely pada Dea.

"Belum dia," jawab Tina.

Dea mendengus sebal dan menatap sinis Tina, "udah, cuman kaya ada sesuatu yang gak bisa gue lupain gitu."

"Apa?"

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang