🦋 Part 16

34 2 0
                                    

Semesta memang memberikan kesempatan pada kita untuk terus bersama, tapi semesta juga memberikan cobaan dan rintangan pada kita setiap harinya.
•••

"Serius dia ngomong begitu sama lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serius dia ngomong begitu sama lo?"

Dea menganggukkan kepalanya mengiyakan. Ia menatap Tina dan Mely yang berada di depannya. Kedua temannya saat ini terlihat sangat kesal setelah ia menceritakan kelakuan Feby yang mempermalukan dirinya.

"Harusnya lo permaluin lagi," ujar Tina dengan kesal.

Dea menghela napas pelan, lalu ia menggelengkan kepalanya, "gak deh, males nyari gara-gara gue."

"Bukan gara-gara Dea, tapi lo lagi mempertahankan harga diri lo. Kan gak mungkin lo diem doang abis dipermalukan begitu," kesal Mely seraya menggelengkan kepalanya heran, "lo nya diem doang sih, jadi mereka yang puas-puas aja ganggu lo," lanjutnya dengan perasaan yang masih kesal.

Tina menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Mely. Ia masih kesal karena temannya tersebut tidak melawan, "bener kata Alfan, harusnya lo ngelawan. Biar mereka gak seenaknya."

"Ya udahlah, lagian udah kejadian ini."

Mely menghela napas pelan, "untung Bokap lo jemput pake mobil. Langsung diem kan jadinya."

"Iya... gue puas banget, double kill dia. Udah kena ulti Alfan, eh kena ulti Bokap lo juga."

"Nah itu, gue gak bales karena udah ke ulti sama mereka berdua. Jadi gue diem aja deh," jelas Dea membela diri.

"Ya tapi lo salah karena diem aja."

"Betul."

Dea menghela napas pelan mendengar ucapan kedua temannya, "lebih ke syok sih gue. Soalnya dia ngomong begitu di depan banyak orang. Bukan cuman anak sekolahan kita doang yang denger. Orang tua murid, tukang jualan, Abang-abang ojek online, sampai yang cuman lewat pun denger. Gue syok dan bingung harus gimana. Apalagi kan gue gak suka digituin di tempat umum, mana diliatin banget lagi," jelas Dea dengan nada penuh kekesalan.

"Iya sih bener." Mely menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Dea. "Kalau dipikir-pikir lagi, Dea bener. Gue kalau jadi Dea pasti bakal diem, lebih ke nangis juga sih. Soalnya nyakitin kata-katanya."

Tina menghela napas pelan, "kita yang dengerin dari lo aja berasa sakitnya. Apalagi lo waktu sama Feby kemaren. Bonus diliatin orang banyak lagi," ujarnya.

"Sebenernya keribetan lo tuh karena satu hal tau De," ucap Mely tiba-tiba.

"Apa?"

"Suka sama Alfan."

"Bener juga." Tina menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Mely. "Kalau lo gak suka Alfan ya beda lagi pasti. Mungkin aja lo berteman baik sama Feby."

Dea menghela napas pelan, ia menatap kedua temannya tersebut, "kalian inget Deva kan?"

Mely dan Tina langsung beralih menatap Dea. Setelah itu ia mereka menganggukkan kepalanya bersamaan.

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang