🦋 Part 42

8 2 0
                                    

Akhirnya, aku akan tetap bertahan dengan perasaan ini.
•••

Tina, Mely, dan Dea melangkah bersama di koridor sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tina, Mely, dan Dea melangkah bersama di koridor sekolah. Ketiganya membawa sepasang sepatu milik masing-masing di tangan. Wajah mereka terlihat lelah dan tidak bersemangat. Ujian hari ini membuat mereka harus mengeluarkan segala pikiran agar hasil maksimal.

"Lo udah balikin jaket Alfan De?" tanya Tina pada Dea.

Dea menggelengkan kepalanya pelan, "belum, nanti pulangnya aja," ucapnya dengan nada lelah.

Tina menganggukkan kepalanya mengerti dengan jawaban Dea, "oh gitu."

"Lo tadi katanya dipanggil bu Sari ya?" tanya Mely ingin tau.

"Iya," jawab Dea singkat.

"Lo belum cerita loh kenapa bisa dipanggil," ujar Tina.

Dea menghela napas pelan, lalu menatap kedua temannya bergantian, "biasalah," ucapnya dengan malas.

"Soal yang lo dikatain itu?" tanya Mely dengan pelan.

"Hm." Dea menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Kata bu Sari kepala sekolah udah tau soal berita itu." Lalu ia mengedikkan bahunya tak acuh, "kayanya gue bakal dikeluarin dari sekolah deh," ucapnya dengan asal.

"Matamu," kesal Tina.

"Ya kan gak ada yang tau Tina," ucap Dea membalas kekesalan Tina.

Tina mendengus sebal dan menatap malas Dea, "sekolah mana yang mau terima murid pindahan di detik-detik siswanya mau lulus. Minggu depan kita udah praktik. Terus Minggu depannya kita akan ujian sekolah. Satu minggunya lagi kosong, dan satu minggunya lagi kita ujian akhir," jelas Tina pada Dea dengan nada sedikit kesal.

Dea menghembuskan napasnya pelan, "apa gue bakal dicap murid yang membawa nama buruk sekolah ya."

"Kok lo berpikiran begitu?!"

Dea mengedikkan bahunya tak acuh, "itu kan ke sebar di menfess ya, lo kepikiran gak sih kalau ada anak baru nanti baca itu. Apa gak lebih tercemar nama lo di sekolah," jelasnya.

Tina dan Mely menganggukkan kepalanya mengerti. Benar apa kata Dea, berita itu tersebar di menfess sekolah. Jalan satu-satunya agar tidak tersebar lagi yaitu dengan menghapus menfess tersebut.

"Gue udah minta hapus menfess itu, di X sih udah ke hapus ya. Tapi yang di Instagram masih terpampang nyata di akun menfess sekolah," ujar Dea dengan nada kesal.

Tina yang berada di samping Dea hanya menepuk bahu temannya itu beberapa kali dengan pelan, "nanti gue bantu DM menfess-nya," ucapnya menenangkan.

Mely menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Tina, "gue juga nanti bantuin lo. Lagian sekelas menfess gitu harusnya bisa memilih dan memilah apa yang mau diupload. Kalau merugikan salah satu pihak atau semua pihak kan dia bisa kena undang-undang." Lalu Mely menatap kedua temannya secara bergantian, "kan ada undang-undang pencemaran nama baik. Kalau Dea beneran gak terima bisa banget pelaku dipidana," jelasnya.

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang