Memikirkan

253 15 0
                                    

"APA??? Bagaimana bisa??" tanya Christy yang terkejut dan syok mendengar ucapan Mery.

Mery kembali menutup wajahnya dan menggeleng frustasi,

"Aku.." ucap Mery sedikit bergetar.

"Aku tidak tau kalau pria itu adalah Pangeran" lanjutnya yang kembali menunduk dalam.

Christy seketika menghela nafas dalamnya dan menyentuh pundak Mery,

"Sudah Nona, tenangkan dirimu dulu" ucapnya mencoba menenangkan Mery walau dirinya sendiripun masih terkejut.

Mery kembali mengangkat wajahnya dan menatap Christy dengan frustasi,

"Sudah selesai.. Semua sudah berakhir sampai disini Christy" ujarnya bergetar.

"Aku pasti akan langsung di diskualifikasi.." lanjutnya lagi sambil menutup wajahnya.

Christy terdiam dan mencoba menenangkan Mery,

"Tenang Nona.. Lagipula.. Bagaimana bisa Nona tidak mengenali Pangeran Devon dan menamparnya??" tanyanya terdengar tidak habis pikir.

Mery menata Christy dengan mata yang berkaca-kaca,

"Bagaimana bisa aku tau?? Kau bahkan tidak pernah menunjukkan fotonya padaku! Seumur hidupku, aku tidak pernah tau bagaimana rupa Pangeran itu" ucap Mery frustasi dan sedih.

Christy sedikit menganga mendengarkan ucapan Mery. Bagaimana bisa ada orang yang tidak mengenali  Pangeran? Pikirnya takjub.

"Semuanya sudah berakhir... Pangeran itu pasti sangat marah dan akan mengeluarkan ku. Aku.. Aku tidak akan pernah bisa menemukan ibuku.." bisik Mery yang mulai meneteskan air matanya.

Christy menatap iba pada Mery dan mengusap bahunya dengan lembut,

"Jangan bersedih Nona.. Masih ada aku disini.. Aku akan tetap membantu Nona untuk menemukan ibu Nona" ucapnya tulus.

"Sekarang.. Jangan menyerah dulu, jika memang.. Nona akan di keluarkan nanti, aku akan tetap membantu Nona" lanjutnya sambil mengusap pipi Mery yang basah.

Mery menatap Christy dan langsung memeluknya,

"Terimakasih Christy.." bisiknya pelan.

~~~

Malam ini, Devon terlihat duduk di sebuah kursi kerja pribadinya yang berada di dalam perpustakaan istana. Pria itu sejak tadi mencoba untuk membaca dengan fokus namun pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi yang masih belum bisa ia lupakan.

Seketika wajah Mery kembali muncul di pikirannya dan membuat konsentrasinya hilang begitu saja. Devon berdecak kesal dan menutup bukunya dengan cukup keras,

BRAK!

"Sial! Ada apa denganku!!" geramnya pada diri sendiri.

Bagaikan kaset yang terus berputar, ekspresi polos Mery saat melihatnya lalu berubah marah dan menamparnya terus berputar di kepala Devon. Devon mengusap wajahnya dan bangkit dari duduknya sambil membawa sebotol wine yang sejak tadi belum ia teguk.

Devon berdiri di depan jendela besar dan menatap kearah langit sambil meneguk winenya dengan cepat. Entah mengapa, ada rasa bersalah di hatinya saat kembali mengingat kejadian tadi pagi.

Jika melihat tatapan Mery, Devon merasa gadis itu sedang tidak berpura-pura ataupun berakting tidak mengenalinya. Dan, saat gadis itu mendengar Billie memanggilnya dengan sebutan Pangeran, terlihat jelas wajah Mery berubah terkejut, panik dan ketakutan.

Devon menghela nafasnya kasar dan kembali meneguk winenya. Entah mengapa malam ini dia juga tidak sama sekali tertarik untuk pergi ke bar. Pikirannya di penuhi dengan Mery..

Permaisuri Palsu Tawanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang