SRET!
"Dimana cincinmu?" tanya Devon tiba-tiba dengan nada tajamnya.
Mery yang terkejut refleks terdiam membeku dan menatap jemari tangannya. Posisi mereka yang begitu dekat membuat Mery merasa sulit bernafas dan semakin panik ketika ia menyadari bahwa ia telah melepaskan cincin pertunangan itu dan meletakkannya di sembarang tempat kemarin malam,
"I.. Itu.." jawab gadis itu dengan gugup.
Devon menarik kembali tangan Mery dan membuat gadis itu terdorong ke pangkuan Devon yang duduk di depannya,
GREP!
Mery semakin membelalakkan matanya dan mencoba menahan dada Devon dengan sebelah tangannya, sedangkan sebelah tangannya lagi masih berada di genggaman Devon yang kuat. Mery sedikit merintih dan mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Devon,
"Lepaskan!" ucap gadis itu mencoba melepaskan diri.
Namun, tenaga Devon tetaplah tak sebanding dengannya. Tatapan Devon semakin tajam menatap Mery,
"Apa kau menghilangkannya?" tanya pria itu lagi dengan tajam.
Mery kembali mencoba memberontak dan menggeleng cepat,
"Ti.. Tidak, aku tidak menghilangkannya! Aku.. aku melepaskannya saat sedang mandi tadi dan lupa memasangnya kembali" jawab Mery cepat.
Devon menahan tangan Mery yang mencoba memberontak dan mengaitkan jemari mereka dengan sangat erat sambil menatap mata Mery dengan tajam,
"Kuharap kau tidak mencoba memberontak dan mencari masalah! Ikuti saja permainanku ini dan jangan bertindak gegabah" ucap Devon memperingati dengan nada tajamnya.
"Jika kau membuat masalah, maka.. aku tidak akan hanya menghukum mu saja.. tapi juga ibumu" desis Devon lagi yang membuat Mery seketika terdiam dengan perasaan marah.
Mery menatap mata Devon dengan tatapan yang berani sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Devon,
"Sudah ku katakan jangan membawa ibuku dalam masalah ini! Dia tidak tau apapun!" ucap Mery cukup keras.
Saat ini ketakutannya pada Devon seperti menghilang begitu saja kerena ucapan Devon barusan. Ia merasa sangat marah karena Devon membawa ibunya dalam masalah mereka,
"Jika kau ingin menghukum ku maka hukum saja aku! Bunuh saja aku jika itu membuatmu senang! Karena.. karena sampai kapanpun.. aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya padamu!" lanjut Mery dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
Devon menatap Mery untuk beberapa saat dan dengan cepat mengangkat tubuh Mery keatas meja dan mengurungnya. Sebuah gelas terdorong jatuh menyebabkan air di dalamnya tumpah di atas meja. Sebelah tangan mereka masih bertaut dan sebelah tangan Mery yang lain mencoba menahan tubuhnya yang hampir terjungkal ke belakang. Mery sedikit terpekik dan menatap Devon yang berjarak sangat dekat di depannya,
"Menjauh dariku!" pekik gadis itu mencoba mendorong dada Devon dengan sebelah tangannya.
Devon tak bergeming dan menggenggam sebelah tangan Mery yang lain. Pria itu menatap tajam pada mata Mery,
"Kau kira aku akan membunuhmu dengan semudah itu?" tanyanya dengan nada rendah yang terdengar dingin dan tajam.
"Kau tau.. aku sangat benci dengan seorang pembohong. Dan, hukuman mati tidak sebanding untuk membalasnya" lanjut pria itu lagi yang membuat Mery membeku.
Mery mencoba menahan air matanya dan membalas tatapan Devon,
"Jadi.. mempermainkan ku seperti ini membuatmu puas?" tanya gadis itu dengan sedikit bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Palsu Tawanan Sang Pangeran
RomanceMery, gadis berusia 17 tahun yang mempunyai tekad kuat untuk pergi dan masuk ke dalam istana Pearland, untuk menemukan ibunya yang di culik oleh para penjaga istana 2 tahun yang lalu. Mery pun rela mengorbankan dirinya dibawa oleh penjaga istana unt...