Devon melangkah menaiki tangga sambil menggendong Mery yang sejak tadi mulai mengoceh tidak jelas. Gadis itu bahkan meronta agar Devon menurunkannya sambil menarik kerah baju pria tersebut. Devon menghela nafasnya pelan dan mengancam Mery dengan nada dinginnya,
"Jika kau tidak bisa diam maka kita akan terjatuh berguling diatas tangga ini!" desisnya mengancam.
Mery tidak menggubris ancaman Devon dan masih menarik-narik kerah baju pria itu sampai terlihat kusut,
"Lepaskan aku! Dasar pria kejam!" ucapnya dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya.
Devon tetap berjalan menaiki tangga menuju kamar Mery. Mery yang merasa kelelahan pun akhirnya menyandarkan kepalanya di dada pria itu dengan kesadaran yang mulai berkurang.
Gadis itu kini memainkan kancing kemeja Devon dan bergumam tidak jelas,
"Pria keras kepala, pria kulkas, pria menyebalkan" gumamnya yang dapat di dengar oleh Devon.
Kini mereka telah berada di depan kamar Mery, dengan segera seorang pengawal membukakan pintu dan mempersilahkan Devon untuk masuk.
Devon melangkah menuju tempat tidur Mery dan merebahkan tubuh gadis itu. Saat Devon hendak melepaskan tubuh Mery, dengan segera Mery menahan kerah baju Devon dan menatapnya dengan tatapan sayunya. Gadis itu sepertinya telah mabuk dan tidak sadar dengan apa yang ia lakukan.
Mery menarik kerah baju Devon dan membuat posisi mereka terlihat sangat dekat dengan Devon yang berada di atasnya. Devon menatap mata Mery dan menunggu apa yang akan gadis itu lakukan.
Mery terlihat menggigit bibirnya dan menatap Devon dengan mata yang sedikit berkaca-kaca,
"Pangeran.." ucapnya setengah berbisik.
Devon masih terdiam dalam posisinya dan menunggu Mery menyelesaikan kalimatnya,
"Aku.. aku ingin pulang.." lanjut gadis itu dengan suara yang sedikit bergetar.
Devon tidak merespon dan hanya menatap mata Mery dalam diam,
"Aku tidak mau ada disini.." ucap Mery lagi sambil menatap Devon dengan tatapan memohonnya.
Devon terdiam untuk beberapa saat dan menatap Mery dengan tatapan yang sulit diartikan,
"Kau tau apa yang aku inginkan bukan?" tanya pria itu dengan suara dinginnya.
Mery mengerjapkan matanya dan membalas tatapan pria itu,
"Jika.. aku mengatakan apa yang kau inginkan.. Apa kau akan melepaskan ku?" tanya Mery pelan.
Devon menyentuh tangan Mery yang tengah meremas kerah kemejanya,
"Tergantung" jawab pria itu dengan nada yang lebih rendah.
Mery terdiam untuk beberapa saat dengan mata yang terasa semakin berat. Gadis itu menyentuh bibir Devon tanpa sadar dan menggeleng pelan,
"Aku tidak bisa mengatakannya" ucap Mery setengah berbisik.
Devon seketika tersenyum sinis mendengar jawaban Mery,
"Maka kau tidak punya pilihan lain" sahut Devon dingin.
Pria itu hendak menarik tubuhnya menjauh dari Mery namun, dengan cepat Mery kembali menarik kerah baju pria itu,
"Tolong.. Berikan aku pilihan lain.." ucap Mery lagi dengan mata yang semakin berat.
Devon menatap mata Mery dan mendekatkan wajahnya pada telinga gadis itu,
"Sayangnya.. aku tidak punya pilihan lain untukmu" bisik pria itu dalam dan dingin.
![](https://img.wattpad.com/cover/369360479-288-k916507.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Palsu Tawanan Sang Pangeran
RomanceMery, gadis berusia 17 tahun yang mempunyai tekad kuat untuk pergi dan masuk ke dalam istana Pearland, untuk menemukan ibunya yang di culik oleh para penjaga istana 2 tahun yang lalu. Mery pun rela mengorbankan dirinya dibawa oleh penjaga istana unt...