Penjelasan

219 19 2
                                    

Pagi ini Laura terlihat berjalan di koridor istana dengan terburu-buru. Wanita itu berjalan menuju ruangan Devon untuk meminta penjelasan tentang pemilihan calon permaisuri kemarin. Ia sama sekali tidak terima! Apapun alasan Devon, memilih gadis itu menjadi calon istrinya bukanlah hal yang benar!

Wanita itu mencoba mengatur nafasnya dan mengetuk pintu ruangan Devon,

Tok.. Tok..

"Devon, ini aku Laura. Bolehkah aku masuk? Ada hal yang harus kita bicarakan" ucapnya dengan sedikit tidak sabar.

Setelah menunggu beberapa detik, seorang pengawal pun membukakan pintu dan mempersilahkan Laura untuk masuk. Laura melangkah cepat dan menatap Devon yang terlihat tengah duduk di kursinya sambil membaca sebuah berkas.

Laura berdiri di hadapan Devon dan menunduk pelan,

"Maaf jika aku menganggu, tapi.. ada hal penting yang harus kau jelaskan padaku" ucapnya tanpa berbasa-basi.

Devon masih membaca berkasnya dengan datar dan menyahut pelan,

"Duduklah" ucap pria itu.

Laura pun menghela nafasnya dan duduk di hadapan Devon,

"Aku tidak akan berbasa-basi lagi, kau pasti tau maksudku datang pagi-pagi buta seperti ini untuk menemui mu" ucapnya cepat.

"Kenapa? Kenapa kau memilih gadis penipu itu untuk menjadi calon istrimu? Mengapa dia juga bisa datang ke pesta pemilihan kemarin? Bukankah dia seharusnya ada di penjara?" tanyanya bertubi-tubi.

"Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan Devon? Kau memintaku merahasiakan masalah gadis itu tapi kau malah memilihnya menjadi calon istrimu! Bukankah itu tidak adil untukku?" lanjutnya lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Devon meletakkan berkasnya dan menatap Laura,

"Aku memilihnya bukan tanpa alasan Laura" balas Devon sedikit dingin.

Laura mencoba menahan kekesalannya dan kembali menatap Devon,

"Apa alasannya?? Memangnya kau harus sampai memilihnya menjadi calon istri??" tanyanya tidak terima.

Devon menegakkan tubuhnya dan menatap Laura dengan serius,

"Aku melakukannya untuk memancing siapa pelaku dibalik penipuan gadis itu" ucapnya.

Laura menghela nafasnya dan menggeleng keberatan,

"Memangnya tidak ada cara lain? Aku bisa membantumu menemukan siapa pelaku sebenarnya, kau tidak perlu melakukan hal sejauh ini Devon" ucap Laura bersikeras.

Devon menatap Laura dengan tatapan dinginnya,

"Ini masalahku, kuharap kau tidak ikut campur terlalu jauh" balasnya cukup tajam.

"Aku hanya memintamu untuk merahasiakan masalah ini" lanjut Devon yang membuat Laura terdiam.

Laura mengepalkan tangannya dan kembali menatap Devon,

"Baiklah, sampai kapan kau akan memainkan permainan ini? Apa sampai kau benar-benar menikahi gadis itu? Kau tidak mungkin menikahinya bukan?" tanyanya lagi dengan nada yang sedikit lembut.

Devon terdiam untuk beberapa saat dan kembali mengambil berkasnya,

"Jika harus menikahinya untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.. Aku akan melakukannya" balas Devon dingin yang membuat Laura terbelalak tidak percaya.

Wanita itu seketika berdiri dan menggeleng tidak terima,

"Kau gila! Apa hanya karena masalah ini kau sampai mau menikahi gadis tidak jelas itu?? Dia seorang penipu Devon! Dia gadis licik yang tidak tau asal-usulnya! Dia hanya anak seorang pelayan!" ucap Laura cukup keras.

Devon menatap Laura dengan tatapan tajamnya,

"Laura, kuharap kau tidak terlalu ikut campur dengan masalah pribadiku. Aku akan sangat menghargai jika kau hanya membantuku merahasiakan masalah ini saja" ucap Devon tegas.

Laura menahan air matanya mendengar ucapan Devon,

"Devon, apa menurutmu pernikahan itu sebuah permainan? Jangan bertindak sejauh itu.. Aku akan tetap tutup mulut dan membantumu mencari tau siapa orang yang berada di balik kebohongan gadis itu.. Aku akan melakukannya tanpa kau minta. Jadi, kumohon.. pilihlah calon istri yang benar-benar akan kau nikahi" ucapnya memohon.

Devon menutup matanya sejenak dan kembali menatap Laura,

"Laura, apa yang kau harapkan dariku? Bukankah pernikahan juga permainan untukmu?" tanya pria itu balik yang membuat Laura terdiam.

"Kau mengatakan padaku jika kita menikah maka kita akan saling menguntungkan. Kau juga mengikuti kompetisi calon permaisuri ini untuk menghindari diri dari perjodohan dengan seseorang yang telah dipersiapkan oleh kedua orang tuamu bukan?" lanjutnya dingin.

Laura meneteskan air matanya dan terdiam. Ia mengepalkan tangannya dengan rasa sakit mendengar ucapan Devon,

"Bukankah aku sudah mengatakan... bahwa aku sudah tertarik padamu? Tidak mungkin aku melangkah sejauh ini hanya untuk bermain-main!" sanggah Laura.

Devon meletakkan berkasnya dan mulai berdiri,

"Tolong biarkan aku menyelesaikan masalahku saat ini" ucapnya dengan nada yang rendah namun terdengar tegas.

Devon melangkah hendak keluar dari ruangannya namun, Laura menahan tangan pria itu dan memeluknya dari belakang,

GREP!

Devon terdiam di tempatnya dan merasakan pelukan Laura yang erat di belakang tubuhnya. Tubuh wanita itu sedikit bergetar karena menangis,

"Kenapa.. Kenapa kau senang sekali membuatku menangis dan patah hati.." lirih Laura.

"Aku.. Aku mencintaimu Devon, sejak pertama kali kita bertemu.." lanjutnya bergetar.

"Kau tidak pernah menyadarinya.." ucap Laura lagi sambil menenggelamkan wajahnya di punggung Devon.

"Sekarang.. kau tau bagaimana perasaanku? Aku.. aku sangat sakit hati dan terluka saat kau memilih gadis penipu itu untuk menjadi calon istrimu.."

"Aku tau.. kau hanya bersandiwara untuk memancing kebohongan gadis itu. Tapi.. tapi tetap saja.. rasanya aku tidak rela dan cemburu" lirihnya lagi.

Devon hanya diam dan membiarkan Laura mengeluarkan semua apa yang ingin wanita itu keluarkan. Perlahan Laura melepaskan pelukannya dan menatap punggung Devon dalam,

"Jika, kau benar-benar melakukan ini semua untuk mencari tau siapa pelaku utama kebohongan gadis itu, maka.. maka aku akan membantumu, tidak peduli kau melarangnya atau tidak, yang jelas.. aku tidak ingin kau bersandiwara terlalu jauh" ucap Laura dalam.

Wanita itu menghapus air matanya dan melangkah ke hadapan Devon. Ia mengangkat kedua tangannya dan menyentuh wajah Devon dengan tatapan dalamnya,

"Mukai sekarang, tatap aku seperti wanita dewasa lainnya. Aku.. aku akan selalu ada untukmu Devon. Dan, dan aku benar-benar tulus mencintaimu" ucapnya sedikit bergetar.

Lalu tanpa aba-aba Laura pun mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Devon. Devon hanya diam di tempatnya dan tidak memberikan respon apapun atas ciuman Laura, ia juga bahkan tidak mendorong tubuh Laura menjauh.

Laura menutup matanya dan mencium Devon dengan tulus. Bagaimanapun caranya, ia akan membuat semua sandiwara Devon berakhir dan membuat dirinya yang akan menjadi calon istri masa depan Devon yang sesungguhnya.

Perlahan Laura melepaskan ciumannya dan tersenyum lembut pada Devon,

"Aku akan tetap tutup mulut, aku berjanji.. Aku tidak akan mengecewakanmu" ucap Laura dalam.

Setelah itu Laura pun berjalan mundur dan berbalik pergi meninggalkan ruangan Devon dengan tekad untuk segera mencari tau siapa orang dibalik kebohongan Mery. Dia tidak akan membiarkan gadis miskin itu bersandiwara dengan Devon seujung kuku pun. Melihat gadis itu kemarin saja sudah membuat Laura marah, jadi.. dia tidak akan membiarkan Devon berpura-pura mencintai gadis itu lagi.. Ia akan pastikan Mery segera dihukum mati oleh pihak kerajaan!

Bersambung..

Jangan lupa tinggalkan jejak ya 😊❤️🙏

Permaisuri Palsu Tawanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang