"Hanya itu satu-satunya cara" ucap Mery lagi.
Gadis itu pun menatap sang penjual dan menyentuh tangannya,
"Terimakasih telah memberitahuku beberapa informasi tentang istana. Dan, terimakasih juga telah mengkhawatirkan ku.. aku bisa menjaga diriku sendiri. Yang terpenting.. aku harus bisa menemukan ibuku dan membawanya keluar dari istana" ucap Mery pada penjual itu.
Penjual itu pun hanya dapat menghela nafasnya dan menyentuh tangan Mery dengan erat,
"Baiklah jika kau bersikeras.. Aku hanya bisa membantumu dalam doa. Semoga.. kau berhasil menemukan ibumu dan selalu dalam lindungan Tuhan" ucap penjual itu dengan tatapan prihatinnya.
Mery pun mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca,
"Terimakasih.. kalau begitu, aku akan pergi. Senang bisa bertemu dengan anda.. Nyonya??" ucap Mery dengan tatapan bertanya.
"Nyonya Maria.. Kau bisa panggil aku Maria saja" ucap penjual itu.
Mery pun tersenyum dan mengangguk pelan,
"Terimakasih Maria" ucap Mery tulus.
Gadis itu pun merapihkan tudung kepalanya dan berbalik pergi. Maria menatap punggung Mery dengan tatapan sendunya. Ia jadi teringat dengan putrinya yang sudah meninggal 12 tahun yang lalu.. Jika putrinya masih hidup.. pasti putrinya sudah seusia Mery saat ini.
Pandangan Maria seketika terarah pada liontin saphire blue yang di pegang Mery tadi. Seketika Maria mengambil liontin itu dan berlari ke pintu depan sambil memanggil Mery kembali,
"Mery! Tunggu sebentar!" teriaknya yang di dengar Mery.
Mery membalikkan tubuhnya dan melihat Maria yang sedikit berlari menghampirinya,
"Ini, ambilah" ucap Maria yang memberikan liontin itu pada Mery.
Mery terlihat terkejut dan menatap Maria,
"Ah, tidak.. tidak usah" tolaknya.
Namun Maria bersikeras dan menggeleng,
"Ambilah.. Aku tulus memberikan ini untukmu. Aku, telah menemukan seseorang yang cocok memakai liontin ini. Dan.. orang itu adalah kau" ucapnya sambil tersenyum tulus.
Maria pun dengan cepat memasangkan kalung itu pada Mery. Ia pun tersenyum melihat kalung itu terlihat sangat cocok untuk Mery,
"Aku berharap.. hidupmu selalu dikelilingi orang-orang baik dan keberuntungan serta, kebahagiaan turut menyertaimu" ucapnya dalam.
Mery menyentuh kalung di lehernya dan menatap Maria lalu memeluknya,
"Terimakasih banyak" bisiknya dalam.
Maria membalas pelukan Mery dan tersenyum lembut,
"Hati-hati, semoga kau bisa menemukan ibumu" bisik Maria.
Mery pun mengangguk pelan dan melepaskan pelukannya lalu berlalu pergi meninggalkan toko milik Maria dengan tekad yang kuat untuk bisa menemukan sang ibu..
'Ibu.. tunggu aku' ucapnya dalam hati.
~~~
Malam ini Devon terlihat tengah berada di bar sambil meminum wine nya dengan sedikit frustasi. Pria itu meneguk wine miliknya dengan sekali teguk.
Para wanita sexy dan cantik sejak tadi sudah berusaha mendekatinya, namun sayang, entah mengapa malam ini Devon sama sekali tidak tertarik bermain-main dengan para wanita murahan disana.
Devon memang sering pergi ke bar dan bersenang-senang dengan wanita, namun ia tidak pernah sampai meniduri satu pun wanita disana. Hal paling jauh yang dilakukan Devon bersama para wanita penghibur hanya sekedar berciuman dan menyentuh tubuh mereka.
Devon bisa membuat para wanita itu klimaks dengan tangannya. Namun, ia tidak mengizinkan satu wanita pun menyentuh tubuh sensitifnya. Dan, jika ada wanita yang nekat melakukannya, Devon pasti akan marah dan seketika mood baik nya akan hilang.
Walaupun ia terlihat brengsek, tetapi di dalam hati Devon, ia masih menyadari posisinya sebagai seorang pangeran. Pria itu juga memiliki keinginan untuk bercinta dengan orang yang benar-benar ia sukai. Lagipula, sejauh ini belum ada wanita yang membuatnya tertarik.
Devon kembali meneguk wine nya dengan sekali teguk. Dari kejauhan, seorang wanita memperhatikan Devon sejak tadi dan memberanikan diri untuk mendekati pria itu lalu duduk di sebelahnya,
"Kau terlihat sangat tertekan" ucap wanita itu tiba-tiba dengan cukup berani.
Devon seketika mengarahkan pandangannya ke samping dan menatap wanita yang tidak asing di sampingnya dengan seringai tipisnya,
"Apakah sangat terlihat??" tanya Devon balik pada wanita di sebelahnya.
Wanita di sebelah Devon menatap pria itu dan tersenyum pelan,
"Cukup terlihat" jawabnya singkat.
Wanita itu pun mengambil gelas Devon dan menuangkan wine di gelas itu lalu meneguknya. Devon menatap wanita di sampingnya dan menghela nafasnya pelan,
"Kau benar-benar tidak sopan" ucap Devon datar.
Wanita di samping Devon tidak mengindahkan ucapan pria itu dan hanya tersenyum,
"Bukankah akan sangat berbahaya jika orang tau bahwa lady dari kerajaan Luminia berada di bar tengah malam dan minum minuman keras??" tanya Devon sedikit mencibir.
Wanita di samping Devon terdiam sejenak dan menyeringai pelan,
"Tentu saja tidak.. karena.." ucap wanita itu terhenti sejenak sambil menatap Devon dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Karena aku saat ini sedang bersama denganmu. Bukankah akan lebih menarik lagi jika orang-orang berpikir bahwa putri dari kerajaan Luminia dan Pangeran dari Pearland tengah minum bersama?? Mereka mungkin akan beranggapan bahwa kita sedang memiliki suatu hubungan" ucap wanita itu memancing.
Devon meneguk wine nya dari botol dan tersenyum pelan,
"Mungkin jika ibuku mendengarnya, maka aku akan langsung dipaksa untuk menikah denganmu" balas Devon dengan tatapan datarnya.
Seketika wanita di samping Devon langsung terdiam dan menatap Devon dengan penuh arti,
"Kurasa itu ide yang bagus" ucapnya sambil meneguk sisa wine yang ada di gelas Devon.
Devon menatap wanita itu dan tidak menanggapi. Pria itu menyentuh keningnya dan memijatnya pelan,
"Jadi.. apa yang membuatmu terlihat begitu tertekan malam ini pangeran?? Bahkan kau menghiraukan para wanita yang sejak tadi terlihat menatapmu dengan tatapan lapar mereka" tanya wanita itu.
Devon terdiam sejenak dan melipat tangannya di atas meja bar,
"Ibuku.. membuat sayembara untuk mencarikan aku seorang istri" jawab Devon yang membuat wanita di sampingnya terdiam membeku.
Wanita itu terdiam beberapa saat dan tersenyum pelan sambil menatap Devon,
"Jadi.. itu yang mengganggumu sejak tadi??" tanyanya lagi.
Wanita itu menuangkan wine di gelas Devon dan meneguknya,
"Apa yang kau khawatirkan?? Apa kau khawatir tidak bisa pergi ke bar lagi dan bermain dengan para wanita??" tanya wanita itu meledek.
Devon hanya diam dan mengambil botol wine nya lalu meminumnya lagi secara langsung,
"Aku belum mau menikah" ucap Devon datar.
"Lagipula.. mencari istri itu bukanlah hal yang mudah" lanjutnya.
Wanita di samping Devon terdiam dan menghela nafasnya pelan,
"Kau benar.. mencari wanita baik-baik itu memang tidak mudah. Apalagi, kau harus memilih satu diantara mereka yang bahkan belum kau kenal" sahut wanita itu.
Devon menghela nafasnya,
"Aku tidak mau membuang-buang waktu untuk itu!" ucap Devon sedikit tajam.
Wanita di samping Devon terdiam beberapa saat dan mencengkram gelas di tangannya dengan erat,
"Jika begitu.." ucapnya terhenti sejenak.
"Bagaimana.. kalau kita menikah saja??" lanjut wanita itu yang membuat Devon langsung menatap kearahnya.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Palsu Tawanan Sang Pangeran
RomansaMery, gadis berusia 17 tahun yang mempunyai tekad kuat untuk pergi dan masuk ke dalam istana Pearland, untuk menemukan ibunya yang di culik oleh para penjaga istana 2 tahun yang lalu. Mery pun rela mengorbankan dirinya dibawa oleh penjaga istana unt...