Seorang pelayan tengah mendorong roda makanan yang berukuran cukup besar dan tertutup kain. Pelayan itu melewati penjaga dengan santai. Saat ini dapur terlihat tidak terlalu sibuk dan hanya ada beberapa pelayan yang tengah bersih-bersih.
Dapur istana terlihat sangat bersih dan luas. Pelayan tadi mendorong roda makanannya dan terlihat sedikit mengerutkan keningnya. Ia merasa roda makanannya terasa lebih berat dari sebelumnya. Pelayan itu pun memilih berhenti sejenak dan perlahan membuka kain penutup roda itu untuk mengecek.
SRET!
Kain itu terbuka dan hanya memperlihatkan beberapa piring kosong dan juga beberapa bahan makanan di rak bawahnya. Pelayan itu pun menghela nafasnya pelan dan kembali menutup kain itu,
"Mungkin hanya perasaanku saja" ucap pelayan itu pada dirinya sendiri.
Dan, tanpa pelayan itu sadari, seorang wanita muda baru saja keluar dari roda makanannya tadi dan bersembunyi di bawah sebuah meja. Gadis itu menghela nafas leganya sambil menyentuh dadanya,
"Untung aku bergerak cepat" bisik Mery lega pada dirinya sendiri.
Sebelumnya, Mery memang diam-diam telah masuk ke dalam roda pelayan tadi dengan Christy sebagai umpannya. Mery menyuruh Christy menahan pelayan tadi dan berpura-pura tersesat sambil menanyakan arah jalan ke istana barat. Dan disaat pelayan itu lengah, Mery diam-diam masuk ke dalam roda pelayan itu agar dirinya bisa masuk ke dalam dapur.
Mery mengintip dari bawah meja dan melihat ada beberapa pelayan di dapur yang tengah bersih-bersih. Gadis itu terlihat berpikir dan mencoba mencari jalan keluar dari dapur tersebut.
Setelah melihat para pelayan itu tengah sibuk dan membelakangi posisinya, Mery pun bergegas sedikit merangkak dan melihat jalan keluar dari dapur tersebut. Mery berhasil keluar dari dapur dan dengan segera berdiri lalu bersembunyi di balik tembok.
Gadis itu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memperhatikan beberapa pelayan yang berlalu lalang di koridor. Mery sangat berharap ia bisa melihat ibunya disini, tetapi sepertinya cukup sulit karena pelayan disini cukup banyak.
Mery pun memilih kembali mengendap dan berbelok ke sebuah lorong. Ia kembali bersembunyi di balik tembok dan memperhatikan beberapa pelayan yang tengah berjalan menuju sebuah ruangan lain yang berada di seberang dapur.
Mery mengernyitkan keningnya dan melihat bangunan lain di seberang dapur istana yang terlihat seperti susunan ruangan yang bertingkat. Seketika Mery pun terbelalak saat menyadari bahwa kemungkinan bangunan itu adalah tempat tinggal atau kamar untuk para pelayan.
Ada dua bangunan terpisah yang memisahkan antara tempat tinggal pelayan pria dan wanita. Mery dapat mengetahui hal itu karena beberapa pelayan wanita masuk ke bangunan kanan dan pelayan pria ke bangunan sebelah kiri.
Mery pun memfokuskan pandangannya ke bangunan kanan dan mencoba melihat wajah-wajah pelayan yang keluar masuk bangunan itu. Ia sangat berharap dapat melihat ibunya disana.
Namun, nihil..
Sudah hampir satu jam lebih ia berdiri dan bersembunyi disana, Mery tidak juga menemukan ibunya. Gadis itu terlihat kecewa dan terduduk lemas di balik tembok. Mata Mery perlahan mulai berkaca-kaca. Mery menggigit bibirnya dan mulia menangis,
"Sebenarnya ibu ada dimana?" lirihnya sedih.
Hari sudah hampir tengah malam, Mery yang meratapi dirinya sejak tadi perlahan menghapus air matanya dan mencoba untuk bangkit.
Saat Mery sudah berdiri, tiba-tiba gadis itu mendengar teriakan seorang wanita yang memanggil sebuah nama yang sangat tidak asing di telinganya,
"Hey Helena! Cepat ambil ini!!" teriak seseorang dengan cukup keras yang membuat jantung Mery seketika berdegup kencang.
Mery seketika membalikkan tubuhnya dan mengintip di balik tembok. Dari tempatnya bersembunyi Mery dapat melihat dua orang wanita paruh baya dengan pakaian pelayan tengah melemparkan sesuatu pada seorang pelayan yang di panggil Helena tadi. Mery memfokuskan pandangannya kearah sana dan melihat punggung seorang wanita paruh baya lain yang tengah membelakanginya.
Dua orang pelayan yang berteriak tadi mendekati wanita yang di panggil Helena itu dengan tatapan angkuh mereka,
"Cucikan ini untukku! Dan, aku tidak mau tau, besok harus sudah kering dan bisa aku pakai kembali!!" ucap pelayan wanita yang cukup berisi itu dengan keras
Pelayan itu pun berlalu pergi bersama rekannya dan menabrak dengan sengaja bahu pelayan yang ia teriaki tadi dengan cukup keras. Si pelayan yang di lempari tadi terdiam di tempatnya sambil menunduk. Mery menatap punggung itu dan entah mengapa jantungnya semakin berdegup kencang,
"I.. Ibu?" bisik Mery sedikit ragu.
Punggung pelayan itu memang tidak terlalu sama dengan punggung ibunya karena terlalu kurus. Bahkan Mery dapat melihat tulang bahunya yang menonjol, jadi Mery sedikit ragu. Rambut pelayan itu juga terlihat di gulung dan ditutupi kain berwarna putih.
Perlahan pelayan yang memunggunginya itu memungut satu kain yang terjatuh dan berbalik kearah Mery,
DEG!!
Seketika itu juga nafas Mery terasa sesak dan jantungnya bagai dihantam batu yang sangat besar. Mata gadis itu terbelalak dan seketika meneteskan air mata. Mery merasa sekujur tubuhnya bergetar dengan lemas melihat penampilan wanita paruh baya yang selama ini ia cari,
"I.. Ibu.." lirihnya lagi dengan rasa percaya dan tidak percaya.
Benar! Pelayan itu adalah ibunya! Pekik Mery dalam hati.
Mery pun dengan cepat hendak berlari menghampiri sang ibu, namun terlihat beberapa penjaga berjalan kearah lorong dan menghalangi pandangan Mery.
Mery yang mulai panik dan menangis mencoba menunggu penjaga itu lewat sambil kembali bersembunyi. Setelah para penjaga itu pergi, Mery pun dengan cepat berbalik.
Mery melangkah keluar dari persembunyiannya. Gadis itu terlihat berlari dengan panik saat tidak menemukan sang ibu,
"Ibu.. Ibu!" sahut Mery sambil berlari dengan linglung.
Gadis itu mencoba kembali mencari dan nihil, ia tidak menemukan kembali sang ibu. Beberapa penjaga terlihat dari kejauhan melihat kearah Mery. Mery yang sadar pun seketika berlari dan mencoba bersembunyi.
Gadis itu berlari tak tentu arah dengan pikiran yang sangat kacau. Di dalam kepalanya kembali terekam wajah sang ibu. Air mata Mery semakin mengalir deras saat menyadari bahwa sang ibu terlihat sangat kurus dan juga tertindas.
Mery terus berlari dengan perasaan kacau. Hatinya sangat sakit melihat keadaan sang ibu. Mery menghapus air matanya dan kembali bertekad di dalam hati untuk segera membawa ibunya pergi dari istana ini.
Mery tidak peduli dengan apapun selain ibunya. Ia yakin ibunya sudah sangat menderita di dalam istana ini. Mery tidak akan menunggu lagi, ia akan segera bertindak dan membawa ibunya pergi. Setidaknya dia sekarang tau dimana ibunya berada.
Mery masih berlari dan air mata terus mengalir di kedua pipinya,
'Ibu.. Tunggu aku.. Aku akan membawa ibu pergi dari tempat ini..' lirihnya penuh tekad dalam hati.
Saat Mery sudah keluar dari area dapur istana dan hendak berbelok, tiba-tiba tubuhnya pun bertabrakan dengan seseorang dan membuat tubuh Mery hampir oleng dan terjatuh. Namun dengan sigap sebuah tangan menahan pinggangnya,
BRUK!!
"Akkkhhh!" pekik Mery tertahan.
Wajah Mery bersandar di dada seseorang. Tangan yang besar namun terasa lembut menahan pinggang Mery. Mery seketika menjauhkan tubuhnya dan mengangkat wajahnya untuk melihat siapakah seseorang yang telah ia tabrak.
Mata Mery yang sedikit bengkak dan basah seketika terbelalak melihat siapa yang tengah menahan pinggangnya saat ini,
"Pa.. Pangeran.." lirihnya pelan.
Bersambung..
Halo, jangan lupa kasih vote dan komen di cerita ini ya, bantu share juga 😊🙏
![](https://img.wattpad.com/cover/369360479-288-k916507.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Palsu Tawanan Sang Pangeran
RomanceMery, gadis berusia 17 tahun yang mempunyai tekad kuat untuk pergi dan masuk ke dalam istana Pearland, untuk menemukan ibunya yang di culik oleh para penjaga istana 2 tahun yang lalu. Mery pun rela mengorbankan dirinya dibawa oleh penjaga istana unt...