Draft

184 17 1
                                    

Devon menatap cukup lama mata indah Mery yang seakan menjeratnya dan membuatnya merasa ingin tenggelam kedalam sana. Pria itu memperdekat wajahnya pada Mery dan berucap cukup pelan dan dalam,

"Apa kau ingin aku cemburu?" tanya pria itu balik yang membuat jantung Mery seketika berdetak kencang.

Gadis itu merasa tubuhnya sedikit membeku namun masih berusaha untuk membalas tatapan intens Devon. Sebelum Mery membuka mulutnya untuk menjawab, Devon seketika kembali berbicara dengan tatapan yang semakin dalam,

"Aku akan terlihat sangat 'menyeramkan' jika aku sedang cemburu" lanjutnya lagi dengan suara beratnya.

Tanpa sadar Mery sedikit membuka mulutnya dan masih menatap Devon dengan jantung yang berdegup. Kenapa.. Kenapa rasanya tubuh gadis itu seketika membeku dan tak berkutik mendengar suara berat Devon.

Mery mencoba mengatur debar jantungnya dan membalas ucapan Devon dengan sedikit keberaniannya yang tersisa,

"Terdengar seperti sebuah tantangan untukku" balas Mery tanpa berpikir.

Devon terlihat cukup terkejut dengan jawaban Mery. Pria itu merasa Mery tengah menantangnya. Dan, Devon terlihat tidak senang jika membayangkan dirinya cemburu melihat Mery bersama pria lain.

Sebelum Devon membuka suara, tiba-tiba terdengar seruan dari arah belakangnya,

"Devon"

Mery terlihat lebih dulu memalingkan tatapannya dan melihat Laura yang tengah melangkah mendekati posisinya dan Devon. Devon berbalik dan menatap Laura dengan tatapan datar seperti biasa, sedangkan Laura melirik kearah Mery cukup tajam sekilas dan beralih kearah Devon dengan senyumannya.

"Kukira kau tidak ada di istana, aku tadi menitipkan sesuatu untukmu pada Billie, apa kau sudah menerimanya?" tanyanya dengan nada akrab dan lembut.

Mery terlihat cukup terkejut dengan kalimat Laura yang terdengar begitu akrab pada Devon, yah.. Bagaimanapun juga mereka memang sudah kenal sejak kecil, pikir Mery.

Devon memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan mengangguk tipis,

"Aku sudah menerimanya" balas Devon singkat.

Seketika senyuman Laura terlihat merekah,

"Kuharap kau menyukainya, dan.. Jika kau berkenan.. Kau bisa memakainya untuk pesta dansa malam ini" ucapnya sambil melirik Mery dengan tatapan percaya diri.

Mery ingin sekali memutar bola matanya mendengar ucapan Laura, namun ia mencoba menahan diri dan tersenyum. Jika wanita di depannya itu ingin pamer kedekatannya dengan Devon, maka.. ia juga bisa.

Mery menatap Devon dan tersenyum,

"Kalau begitu, sampai bertemu nanti malam Pangeran" ucap Mery yang membuat Devon kembali menatapnya.

Mery terdiam sejenak dan menatap Devon penuh arti,

"Dan.. Terimakasih untuk salep pemberian Pangeran. Itu sangat ampuh dan membuat kaki ku sembuh" lanjut Mery sambil melirik kearah Laura dengan tatapan yang sama seperti Laura tadi.

Senyuman Laura seketika menghilang dan di gantikan dengan tatapan sinis pada Mery. Mery pun membungkuk pelan dan berbalik pergi meninggalkan tempat itu.

Devon menatap punggung Mery sekilas dan menatap Laura,

"Terimakasih untuk hadiahmu Laura, tapi tentu saja aku tidak akan memakai hadiahmu di pesta nanti, karena itu melanggar aturan" ucap Devon datar yang membuat Laura menatapnya.

Laura tersenyum dan mengangguk,

"Jika aku tidak berkata demikian di depan Putri Melisa tadi, apa kau akan memakainya?" tanya Laura lagi.

Devon pun kembali menjawab,

"Tentu saja tidak, itu akan terlihat tidak adil karena aku harus memilih salah satu diantara para calon permaisuri nanti" balasnya lagi masih dengan tatapan datarnya.

Laura mengangguk pelan dan tersenyum,

"Aku tau.. Aku hanya memancing mu saja" balasnya.

"Kau.. Terlihat peduli padanya? Apa kau tertarik pada Putri Melisa?" tanya Laura tiba-tiba dengan nada sedikit tidak terima.

Devon menatap Laura dengan tatapan dinginnya,

"Kurasa pertanyaanmu terlalu berlebihan Laura. Aku berusaha untuk adil dan memperlakukanmu, Putri Melisa dan juga Putri Anna dengan sama. Walaupun kita sudah mengenal sejak kecil, itu bukan berarti aku harus memperlakukanmu dengan berbeda" jawab Devon tegas.

Laura hanya diam dan sedikit memalingkan wajahnya,

"Kalau begitu aku permisi" ucap Devon dan berlalu pergi.

Laura menatap punggung Devon dan sedikit mengepalkan tangannya,

"Aku tidak rela jika Devon bersama dengan wanita lain. Lagipula, aku sedikit curiga dengan Putri Melisa. Sarah bilang keluarga Putri Melisa adalah keluarga yang cukup tertutup. Dan lagi, Putri Melisa memiliki sesuatu penyakit yang membuatnya selalu terlihat pucat dan lemas. Tapi.. Mengapa sama sekali tidak terlihat demikian? Dia juga terlihat berani dan tidak pemalu" ucap Laura dengan penuh kecurigaan.

"Dan juga, setahu ku, saat aku melihat pameran lukisan Putri Melisa beberapa tahun lalu, disana ada lukisan seorang gadis muda dengan mata berwarna abu-abu, dan.. Orang bilang itu adalah Putri Melisa. Tapi.. Mengapa sangat berbeda?" bisiknya lagi semakin curiga.

~~

Hari sudah mulai gelap, istana terlihat sudah di dekorasi dengan begitu indah dan mewah. Para tamu terlihat mulai datang dan masuk ke area istana dengan gaun dan jas terbaik mereka.

Para tamu yang hadir hanyalah beberapa kerabat dan petinggi di istana. Raja dan Ratu sengaja melakukannya agar tidak tersebar dulu beberapa gosip tentang para calon permaisuri Devon.

Rebecca dan Charles terlihat telah berada di kursi mereka dan menikmati alunan musik yang dimainkan langsung secara merdu. Mereka juga menyapa beberapa rekan dan kerabat yang telah hadir.

Dari pintu masuk terlihat Selena mulai masuk bersama pelayan pribadinya. Selena mengarahkan pandangannya pada Rebecca dan Charles dengan tatapan tajam. Ada rasa kesal dan cemburu di dalam hati wanita itu.

Ia cemburu dengan keharmonisan rumah tangga Rebecca yang berbanding terbalik dengan dirinya. Wanita itu menatap Charles dengan cukup dalam. Bisakah ia merebut pria itu dari kakak tirinya? Pikirnya.

Selena pun menyeringai pelan dan melangkah dengan percaya diri. Wanita itu terlihat cantik dan menawan. Ia menghampiri Rebecca dan Charles untuk menyapa,

"Selamat malam Yang Mulia Raja dan Ratu" sapanya yang membuat Rebecca dan Charles berbalik menatap Selena.

Rebecca tersenyum dan menyentuh pundak Selena,

"Selamat malam Selena, kau terlihat luar biasa malam ini. Jangan se formal itu pada kami" balasnya ramah.

Selena hanya tersenyum dan balas memuji Rebecca,

"Kakak, bagaimanapun kau tetaplah Ratu di kerajaan ini. Kakak terlihat sangat luar biasa dan cantik malam ini" balas Selena sambil melirik Charles yang juga tengah tersenyum menyapanya.

"Pantas saja Raja sampai begitu setia pada kakak dan menolak memiliki seorang selir" lanjut Selena dengan nada bergurau.

Charles menatap Rebecca yang tengah terkekeh pelan dan memeluk pinggangnya,

"Kau benar, dia terlihat begitu cantik dan tidak akan ada wanita lain yang bisa menandingi kecantikannya di mataku" ucap Charles dengan tatapan penuh cinta pada sang istri.

"Ah.. Kau bisa saja" balas Rebecca sambil tertawa pelan dan menyandarkan tubuhnya pada dada sang suami.

Selena memasang senyum palsunya pada Charles dan Rebecca. 'Lihat sampai kapan kau bisa tertawa seperti ini.. Aku pasti akan mengambil semua yang kau miliki!' desis Selena dalam hatinya sambil menatap Rebecca cukup tajam.

Bersambung..

Jangan lupa kasih vote dan komen ya, bantu follow author abal-abal ini juga 😁🙏

Permaisuri Palsu Tawanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang