Mery Azalea Wilding

1.4K 40 0
                                    

Seorang gadis dengan pakaian sederhana dan cukup kumuh tengah berjalan di sebuah pasar yang terlihat ramai pagi ini.

Wajah gadis itu sebenarnya sangat cantik. Tetapi karena ada noda debu di wajahnya dan juga bajunya yang lusuh, membuat penampilan gadis itu menjadi tidak menarik.

Gadis itu menatap pedagang roti di depannya dengan tatapan tergiur dan lapar. Ia pun mengambil sesuatu dari balik saku bajunya dan melihat hanya ada beberapa koin di dalam sana.

Ia menghela nafasnya putus asa. Sepertinya uangnya tidak akan cukup untuk membeli roti itu, pikirnya.
Ia pun beralih menatap salah satu roti yang paling kecil di rak penjual itu. Seketika senyuman kecil pun terpancar di wajahnya. Setidaknya ia tidak akan kelaparan hari ini, pikirnya.

Gadis itu pun menghampiri penjual roti di depannya,

"Permisi... Aku ingin membeli roti yang ini" ucapnya pada pedagang roti itu.

Si pedagang roti menatap gadis itu dari atas hingga bawah dengan tatapan mencemooh. Ia pun mengambil roti yang ditunjuk si gadis dan melemparnya,

BRUK!!!

"Itu, ambilah!!!! Sekarang cepat pergi dari sini!!! Kau membuat pembeli disini merasa tidak nyaman!!" usirnya pada gadis itu dengan tatapan jijik.

Gadis itu seketika terdiam dan melihat roti yang sudah terjatuh di tanah itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ia menyeringai pelan dan mulai mengambil roti itu dari tanah. Gadis itu memandangi roti tersebut dan mengelap sedikit kotoran yang menempel pada roti tadi dengan pakaiannya.

Lalu ia pun menatap penjual roti itu dengan tajam. Si penjual roti itu balas menatap tatapan gadis tersebut dengan tak kalah tajam,

"Apalagi?? Cepat pergi dan bawa roti itu!!!" usir sang penjual lagi.

Gadis itu mengepalkan tangannya dan dengan cepat melemparkan koin yang ia pegang tadi kearah sang penjual roti,

PRANG!!!

Si penjual roti itu terlihat terkejut saat koin-koin tadi terlempar kearahnya. Dan dengan geram ia pun menatap gadis di depannya,

"APA-APAAN KAU????" teriaknya tidak terima.

Gadis itu tersenyum sinis dan menatap si pedagang roti tadi dengan berani,

"Itu bayaranmu!!! Aku bukan pengemis!!!" ujarnya tajam lalu berlalu pergi.

Si gadis mengabaikan teriakan dan makian si penjual tadi dan berjalan terus meninggalkan tempat itu.

Setelah berjalan cukup jauh gadis itu pun terdiam di tempatnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Pandangannya pun seketika mengarah pada sebuah istana yang cukup jauh dari tempatnya dengan tatapan yang sulit diartikan,

"Ibu.... Aku merindukanmu...." bisiknya lirih.

"Apakah ibu tidak merindukanku????" lanjutnya lagi yang mulai meneteskan air matanya.

Gadis itu.. bernama Mery, dia adalah seorang gadis yatim sejak umurnya 5 tahun.

Mery adalah putri satu-satunya dari pasangan bernama Helena dan Charles. Mereka adalah keluarga biasa yang tinggal di Desa Pearland. Ayah Mery bekerja sebagai seorang pengawal di kerajaan Pearland. Ia meninggal saat kerajaan Pearland berperang dengan kerajaan Flonidia.

Saat ayahnya meninggal, kehidupan Mery dan ibunya sangat terpuruk. Ibunya adalah seorang penjahit baju di salah satu toko pakaian di dekat kota. Tetapi, pada suatu malam... saat usia Mery menginjak 15 tahun. Ibunya tiba-tiba tidak pulang ke rumah..

Pada malam itu padahal Mery sudah sengaja membuat kue sederhana untuk merayakan ulang tahunnya bersama sang ibu. Namun, ibunya tak kunjung pulang dan membuat Mery khawatir.

Permaisuri Palsu Tawanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang