Hari sudah menunjukkan pukul 12 malam. Devon terlihat masih berada di ruangannya. Pria itu mengambil beberapa berkas dan mencoba untuk membacanya. Namun, seketika Devon meletakkan kembali berkas itu cukup keras di atas meja dengan ekspresi jengkel,
"Sial! Ada apa denganku!!!" geramnya pada diri sendiri.
Entah mengapa sejak tadi bayangan rasa bibir Mery yang manis masih terbayang di kepalanya. Tubuh Devon pun bahkan terasa aneh saat ini jika kembali mengingat kejadian tadi.
Devon bahkan merasa bingung pada dirinya sendiri, mengapa ia harus mencium gadis itu tadi? Pikirnya tidak habis pikir. Devon juga merasa bingung pada dirinya karena ia merasa tidak senang dan kesal saat Mery mengatakan bahwa gadis itu tidak tertarik menjadi calon istrinya dan terpaksa mengikuti seleksi karena permintaan orang tuanya.
Devon menghela nafasnya kasar dan memijat kepalanya pelan,
"Sepertinya aku harus mengalihkan pikiranku" gumamnya.
Devon pun dengan segera mengambil mantel miliknya dan berjalan keluar dari ruangannya...
Dan..
Disinilah Devon saat ini..
Di bar tempat dirinya biasa menghabiskan malam sambil meminum wine. Pria itu memesan sebotol wine dan meneguknya dengan cukup cepat.
Beberapa wanita berpakaian terbuka terlihat senang dengan kehadiran Sang Pangeran, karena sudah beberapa hari ini pria itu tidak pernah datang lagi ke bar.
Salah satu wanita dengan berani mencoba mendekati Devon. Wanita itu sebelumnya pernah menemani Devon minum, jadi ia merasa percaya diri saat ini untuk mendekati pria itu lebih dulu,
"Yang Mulia.." sapa wanita itu dengan nada suara yang dibuat sedikit mendesah dan lembut.
"Sudah lama aku tidak melihatmu.. Senang rasanya Yang Mulia bisa kembali kemari" lanjut wanita itu sambil duduk di samping Devon.
Devon meneguk wine nya dan melirik sekilas wanita di sampingnya itu dengan tatapan tidak tertarik. Wanita itu terlihat sedikit kecewa namun ia tidak menyerah untuk menarik perhatian Devon,
"Apa.. Yang Mulia butuh teman minum malam ini?" tanya wanita itu sambil berbisik lembut.
Devon kembali meneguk wine nya dan terlihat diam. Di dalam pikirannya masih ada wajah Mery dan ciuman mereka tadi. Devon mengeram pelan dan seketika menatap wanita di sampingnya,
"Lakukan sesukamu" balas Devon dengan nada dinginnya.
Seketika wanita itu tersenyum senang dan mulai menyentuh tangan Devon,
"Aku sangat merindukanmu Pangeran.. Terakhir kali kita bertemu adalah satu bulan yang lalu. Dan.. Aku masih ingat saat kita berciuman" bisik wanita itu dengan nada menggoda.
Devon hanya diam dan tidak mengingat bahwa dirinya pernah berciuman dengan wanita itu. Pria itu kembali meneguk winenya dan menatap wanita di sampingnya dengan tatapan dingin. Entah pengaruh alkohol atau tidak, tetapi seketika wajah wanita itu sekilas berubah menjadi wajah Mery..
Devon kembali mengeram pelan dan kembali meneguk winenya dengan cepat,
"Ambilkan aku satu botol lagi!" ucap Devon tajam.
Pelayan pun dengan cepat mengambil satu botol wine dan meletakkannya di meja Devon. Wanita di samping Devon menatap pria itu dengan kening yang berkerut,
"Apa.. Pangeran sedang ada masalah?" tanyanya lembut.
"Aku bisa menjadi tempat berbagi jika Pangeran mau.. Aku bisa menyimpan rahasia" lanjut wanita itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/369360479-288-k916507.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Palsu Tawanan Sang Pangeran
RomanceMery, gadis berusia 17 tahun yang mempunyai tekad kuat untuk pergi dan masuk ke dalam istana Pearland, untuk menemukan ibunya yang di culik oleh para penjaga istana 2 tahun yang lalu. Mery pun rela mengorbankan dirinya dibawa oleh penjaga istana unt...