Treffen

234 15 4
                                    

"Maaf aku terlambat" ucap seseorang dari balik pintu yang membuat tubuh Mery seketika membeku.

Gadis itu terdiam beberapa saat dan memberanikan dirinya menatap kearah pintu. Para permaisuri lain pun seketika mengarahkan pandangannya ke arah pintu dan seketika wajah Laura pun memancarkan senyuman lembutnya.

Rebecca terlihat terkejut dan senang bukan kepalang melihat sang putra yang telah tiba. Wanita paruh baya itu seketika berdiri dan menghampiri Devon,

"Ya Tuhan, syukurlah kau telah tiba" ujarnya bersemangat.

Rebecca berdiri di hadapan para calon permaisuri sambil menautkan tangannya ke siku Devon,

"Pangeran Devon, perkenalkan.. Mereka adalah para calon permaisurimu" ucap Rebecca.

Devon terlihat masih memasang wajah datanya dan tidak menatap kearah para calon permaisuri yang tengah menatap kearahnya dengan tatapan terpesona, kecuali Mery.

Mery terlihat sedikit menunduk dan tidak berani menatap kearah Devon. Entah mengapa, ia merasa sedikit canggung dan takut menatap kearah Devon karena kejadian terakhir mereka bertemu.

Laura tiba-tiba berdiri dari duduknya dan menatap kearah Devon,

"Aku merasa terhormat karena akhirnya dapat bertemu dengan Pangeran. Namaku Laura Maria Devonca dari kerajaan Luminia. Senang bertemu dengan anda, Pangeran" ucap Laura dengan senyuman penuh arti.

Devon menatap Laura dengan tatapan tanpa ekspresinya. Namun Laura dapat melihat sedikit keterkejutan di mata Devon saat melihat dirinya. Mereka sudah sering bertemu sejak kecil, jadi sedikitnya Laura bisa membaca ekspresi Devon yang selalu terlihat datar dan dingin di luar, tetapi.. Jika orang yang sudah mengenalnya dengan baik, ia pasti bisa membaca ekspresi Devon dari tatapannya.

Pria itu pasti terkejut karena Laura benar-benar mencalonkan diri menjadi calon istrinya. Devon memang selalu menganggap Laura seperti kerabat biasa, bahkan seperti saudara perempuannya sendiri, tetapi.. Pria itu tidak tau bahwa Laura telah menyimpan perasaan yang cukup dalam padanya sejak dulu..

Devon menatap Laura dan mengangguk pelan,

"Senang bertemu denganmu juga, Putri Laura" balas Devon pelan.

Lalu tidak lama Putri Anna yang duduk di hadapan Laura pun seketika berdiri dan ikut menyapa Devon dengan senyumannya,

"Ah, Perkenalkan, Namaku Anna Gloria Serenina dari kerajaan Confesia. Senang sekali bisa bertemu dengan anda, Pangeran.." ucapnya dengan ekspresi malu-malu.

Devon mengarahkan pandangannya pada Anna dan kembali mengangguk pelan,

"Senang bertemu denganmu juga, Putri Anna" balas Devon pelan.

Lalu tatapan Devon pun seketika beralih pada Mery yang masih sedikit menunduk dan tengah duduk di samping kursi Putri Anna. Mery yang merasa di perhatikan pun seketika mengangkat wajahnya dan menatap Devon dengan sedikit canggung.

Gadis itu perlahan berdiri dan membungkuk pelan pada Devon,

"Namaku.. Melisa Hienna Griger dari kerajaan Vixyland. Senang bertemu dengan anda, Pangeran.." ucap Mery pelan.

Devon menatap Mery cukup lama, namun ia pun kembali membuang wajahnya dan berdehem pelan,

"Senang bertemu denganmu, Putri Melisa" balas Devon sambil menatap Mery sekilas.

Rebecca menatap ekspresi Devon dan seketika merasakan ada hal yang berbeda. Wanita paruh baya itu mencoba untuk kembali fokus dan mengajak Devon untuk duduk di kursi yang berada di depan meja makan,

"Ayo kita nikmati makan malam hari ini" ajaknya.

Devon pun duduk di kursinya. Para pelayan dengan segera menyusun makanan dan memberikan menu pembuka di atas meja. Makan malam hari ini terasa sedikit berbeda dan menyenangkan menurut Rebecca.

Permaisuri Palsu Tawanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang