"I.. Ibu" gumam Mery dengan wajah terkejut dan tidak percaya.
Gadis itu dengan refleks hendak pergi mengikuti wanita yang ia yakini adalah ibunya tadi. Namun Christy yang memperhatikan Mery sejak tadi dengan cepat menahan tangan gadis itu,
"Nona, anda mau kemana?" bisiknya pelan.
Mery menatap Christy dengan resah dan terburu-buru,
"Christy! Aku melihat ibuku disana!" bisik Mery dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku harus mengikutinya sekarang!" ucapnya lagi mencoba untuk melepaskan tangan Christy.
Namun Christy lagi-lagi menarik tangan Mery dengan cepat,
"Iya Nona, tapi jangan sekarang.. Mereka akan curiga jika Nona tiba-tiba pergi seperti ini" bisik Christy lagi sambil menatap orang-orang di depan mereka.
Mery yang sudah berkaca-kaca seketika mengarahkan pandangannya pada orang-orang di depannya. Tidak, dia tidak bisa diam saja. Ini kesempatannya untuk bisa bertemu dengan sang ibu, pikir Mery resah dalam hatinya.
Mery pun kembali menatap Christy dengan tatapan memohonnya,
"Kumohon Christy.. Aku benar-benar harus bertemu ibuku" ucapnya memohon.
Disisi lain, Charlote yang tengah berbicara di depan seketika mengarahkan pandangannya pada Mery yang terlihat resah,
"Ekhem.. Putri Melisa, apa ada sesuatu yang terjadi? Apa ada hal yang ingin di tanyakan?" tanyanya yang membuat Mery langsung membalikkan tubuhnya dan menatap Charlote dengan gugup.
"Ah.. Maaf.. Aku.." jawab Mery dengan gelagapan.
"Aku.. Aku rasa aku harus ke kamar mandi sekarang. Bolehkah... Aku izin pergi ke kamar mandi sebentar?" lanjutnya mencoba untuk tidak terlihat mencurigakan.
Charlote terdiam sejenak dan mengangguk pelan,
"Tentu saja Nona.. Apa anda butuh diantar oleh pelayan istana?" tanyanya yang membuat Mery langsung menggeleng.
"Ah.. Tidak perlu, aku akan ditemani oleh pelayanku saja" jawab Mery cepat sambil menggandeng tangan Christy.
Charlote pun mengangguk dan tersenyum pelan,
"Baiklah Nona, kita masih akan berada disini sekitar 30 menit lagi" ucapnya.
Mery pun mengangguk dan tersenyum pelan,
"Terimakasih, aku akan segera kembali" jawab Mery lalu berbalik pergi sambil menarik tangan Christy.
Mereka pun berjalan meninggalkan taman dan dengan cepat Mery berlari kecil menelusuri lorong yang dilewati oleh wanita paruh baya yang ia yakini adalah ibunya tadi,
"Ibu kau dimana??" bisik Mery bergetar.
Mata gadis itu terus menelisik tanpa lelah untuk mencari keberadaan ibunya. Christy terlihat sedikit kewalahan mengikuti langkah cepat Mery. Saat mereka hendak berbelok melewati lorong, seketika beberapa pengawal yang tengah berjaga langsung menatap kearah Mery.
Pengawal itu melihat penampilan Mery dan membungkuk pelan,
"Selamat pagi Nona, ada yang bisa kami bantu?" tanya pengawal itu.
Mery mencoba terlihat santai dan berdehem pelan,
"Ah.. Tidak perlu. Aku hanya ingin pergi ke kamar mandi" jawab Mery.
Para pengawal itu pun mengangguk dan kembali membungkuk pada Mery. Mery dan Christy pun kembali berjalan melewati para pengawal tadi. Tanpa sadar Mery menghela nafas leganya setelah ia melewati para pengawal tadi.
Christy mengusap dadanya dengan lega dan kembali mendekati Mery,
"Nona, kuharap Nona jangan terlalu gegabah dan bertingkah mencurigakan. Jika Nona terlihat seperti itu aku takut penyamaran Nona benar-benar akan terbongkar" bisik Christy.
Mery pun diam dan menghela nafasnya dengan frustasi,
"Tapi aku baru saja melihat ibuku Christy! Aku harus bertemu dengannya sebelum aku benar-benar akan diusir dari istana ini" balas Mery dengan sedikit bergetar.
Christy diam mendengar ucapan Mery dan menyentuh bahu gadis itu untuk menenangkan. Lalu, Mery kembali mengangkat wajahnya dan seketika menatap seorang wanita paruh baya yang mirip seperti ibunya tadi.
"Ibu!" ucap Mery lagi lalu kembali berlari mengikuti wanita pelayan yang tidak jauh dari posisinya.
Christy terlihat terkejut melihat Mery yang langsung berlari dan berusaha mengikutinya,
"Nona! Nona tunggu!!" ucap Christy yang seketika kehilangan jejak Mery saat mereka berbelok di koridor.
Christy terlihat panik sambil mengarahkan pandangannya ke sekitar,
"Nona! Nona!" panggil Christy lagi.
Christy mencoba mengatur nafasnya sambil menyentuh keningnya dengan frustasi,
"Ya Tuhan, aku kehilangan jejaknya!" ucap Christy panik yang tidak melihat keberadaan Mery lagi.
Disisi lain,
Mery terlihat berlari ke sebuah koridor dan menatap punggung pelayan yang ia ikuti tadi. Dengan cepat Mery kembali berlari dan menyentuh bahu pelayan itu dengan nafas yang memburu,
"Ibu?" ucap Mery.
Pelayan di depannya seketika berbalik dan menatap Mery dengan kening yang berkerut. Mery pun seketika terlihat terkejut dan terdiam saat melihat wanita paruh baya di depannya itu bukanlah ibunya,
"Maaf Nona, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan paruh baya itu pada Mery.
Setetes air mata mengalir di pipi Mery dan dengan cepat Mery menghapusnya dengan perasaan kecewa,
"Ah.. Ti.. Tidak.. Tidak ada" jawab Mery pelan.
"Maaf.. Sepertinya aku salah orang" ucap Mery lagi mencoba tersenyum.
Pelayan itu pun terdiam sejenak dan mengangguk pelan,
"Kalau begitu, saya permisi dulu" balas pelayan itu sambil membungkukkan tubuhnya pada Mery lalu berlalu pergi.
Mery seketika terduduk dengan lemas dan kembali menangis,
"Ternyata.. Ternyata itu bukan ibu.." bisiknya bergetar.
Mery pun menundukkan kepalanya dan mulai menangis dalam diam,
"Ibu.. Ibu kau dimana?" bisiknya dengan nada yang akan membuat orang lain iba mendengarnya.
~~
Setelah menangis cukup lama, Mery pun terlihat kembali berjalan tanpa arah di area belakang istana dengan tatapan kosong. Mata gadis itu terlihat sedikit bengkak dan hidungnya sedikit memerah karena menangis.
Mery saat ini berada di pekarangan istana yang dekat dengan area berkuda. Ia sejak tadi berjalan tak tentu arah dengan tatapan kosongnya. Gadis itu menatap pekarangan luas di depannya dengan mata yang kembali berkaca-kaca. Hatinya saat ini terasa sangat sedih karena ia kembali gagal untuk menemukan ibunya. Padahal, ia sudah berada di istana, tetapi.. Mengapa rasanya masih tetap sulit untuk mencari keberadaan sang ibu.
Angin berhembus meniup rambut dan wajah Mery dengan lembut. Gadis itu mencoba menutup matanya dan menikmati tiupan angin yang sedikit membuat hatinya merasa lebih baik.
Saat ini, dirinya membutuhkan ketenangan untuk mengobati kekecewaan dan kesedihan di hatinya. Mery bahkan sekarang tidak peduli lagi dengan kompetisi menjadi Permaisuri itu. Ia bahkan memilih tidak kembali ke taman tadi.
Mery tidak peduli jika dia akan dikeluarkan atau di diskualifikasi, yang terpenting sekarang, ia ingin segera menemukan sang ibu dan membawanya pergi dari sini.
Mery menghela nafasnya dalam dan masih menutup matanya untuk mencari sebuah ketenangan. Dan, tanpa Mery sadari.. seseorang sejak tadi tengah memperhatikannya dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Sepertinya.. istana ini begitu sempit, sampai-sampai aku selalu bertemu dengannya.." ucap seseorang itu pelan.
Bersambung..
Jangan lupa kasih vote dan komen di cerita ini ya 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Palsu Tawanan Sang Pangeran
RomanceMery, gadis berusia 17 tahun yang mempunyai tekad kuat untuk pergi dan masuk ke dalam istana Pearland, untuk menemukan ibunya yang di culik oleh para penjaga istana 2 tahun yang lalu. Mery pun rela mengorbankan dirinya dibawa oleh penjaga istana unt...