Saat ini Devon, Mery dan juga Billie sudah berada di pekarangan kuda. Seorang pelayan penjaga kuda mengeluarkan dua ekor kuda untuk Devon dan juga Mery.
Mery melirik kearah Devon dengan perasaan kesalnya. Dia akhirnya terjebak dan menerima tawaran Devon untuk bertaruh menunggangi kuda, bukan apa-apa, Mery hanya tidak ingin pria itu mengungkit masalah kemarin. Lagipula, Mery melakukan ini sebagai ucapan permintaan maafnya karena tidak mengenali Pangeran.
Dua ekor kuda berwarna putih dan hitam berada di hadapan Mery dan Devon. Devon sengaja tidak mengeluarkan Gregor agar permainan mereka sedikit adil karena memakai kuda yang sama-sama belum mereka kuasai.
Devon menatap Mery yang hanya diam sambil menatap kuda di hadapannya. Pria itu pun melangkah kearah kuda yang berwarna hitam,
"Agar permainan ini adil, kau boleh memilih kuda mana yang ingin kau tunggangi" ucap Devon sambil melirik Mery dengan tatapan datarnya.
Mery menghela nafasnya pelan dan menatap kedua kuda yang berada di hadapannya. Gadis itu pun mendekati kuda yang berwarna putih dan menyentuhnya,
"Aku pilih kuda ini" ucap Mery singkat.
Devon pun mengangguk pelan,
"Baiklah, kita akan menunggangi kuda dari sini sampai ke ujung pekarangan sana, kemudian.. kembali lagi kemari. Siapa yang berhasil lebih dulu maka dia pemenangnya" ucap Devon.
Mery menatap Devon sekilas dan hanya diam dengan pasrah. Billie perlahan menghampiri Devon dan berbisik padanya,
"Pangeran, apa anda yakin mengajak Putri Melisa untuk bertarung seperti ini?" bisiknya sedikit khawatir.
Devon menatap Billie dan mulai menaiki kudanya dengan acuh,
"Tentu saja" balasnya tanpa ekspresi.
Devon pun membalikkan kuda hitamnya agar mengarah lurus ke depan. Mery terlihat diam sejenak di tempatnya dan mulai menaiki kudanya dengan cukup lihai. Gadis itu berharap dirinya bisa menang, walaupun itu terdengar sangat mustahil. Tetapi setidaknya Pangeran itu tidak akan mengungkit lagi masalah kemarin, pikir Mery.
Seorang penjaga kandang istana berdiri di hadapan kuda Mery dan Devon sambil tersenyum, dia akan bertugas menjadi wasit dan menentukan pemenangnya,
"Baiklah, apakah Pangeran dan Putri Melisa sudah siap?" tanyanya sambil menatap Devon dan Mery.
Devon menatap lurus ke depan dan mengangguk dengan ekspresi seriusnya. Sedangkan Mery, gadis itu terlihat terdiam sejenak sebelum mengangguk dengan sedikit ragu,
"Baiklah kalau begitu, aku akan menghitung sampai tiga" ucapnya yang membuat Devon dan Mery mulai bersiap menggenggam tali kuda mereka.
"Satu.."
"Dua.."
"Tiga!!"
Kuda Mery dan Devon pun berlari dengan kencang di pekarangan istana yang luas. Kuda hitam Devon berlari sedikit lebih cepat dari kuda putih milik Mery. Mery terlihat semakin mengencangkan talinya dan mencoba menyusul Devon.
Jarak antara kuda Mery dan Devon cukup tipis. Mery dengan tekad kuatnya kembali menarik tali dan mencoba mengencangkan kembali laju kudanya. Devon terlihat tidak gentar dan fokus.
Saat kedua kuda itu sudah berada diujung sisi pekarangan, kuda milik Devon terlihat lebih dulu berbelok dan kembali melaju kencang kearah sebelumnya. Mery yang sedikit panik menarik tali kudanya dan mencoba menyusul laju kuda Devon yang terlihat lebih kencang dari sebelumnya.
'Sial, aku tidak bisa menyusulnya' pikir Mery yang terlihat mulai panik.
Kedua kuda itu kembali berjarak dengan tipis, namun kali ini Devon mulai menarik tali kudanya, dan dengan cepat kuda Devon melaju kencang meninggalkan kuda Mery dan berada lebih dulu di unjung pekarangan sebelumnya.
Billie bertepuk tangan dengan senang saat kuda hitam Devon kembali lebih dulu, sedangkan kuda Mery baru menyusul setelahnya. Devon turun dari kudanya dan menatap Mery dengan tatapan dinginnya. Sedangkan Mery terlihat kecewa dan mulai turun dari kudanya.
Penjaga kadang tadi berdiri di hadapan Mery dan Devon sambil tersenyum,
"Pemenangnya adalah Pangeran Devon, selamat Pangeran" ucapnya sambil membungkuk.
Devon tersenyum tipis dan mengangguk. Pria itu pun menatap Mery yang terlihat kecewa dan tidak menatapnya sama sekali. Devon menghampiri Mery dan berdiri di hadapan gadis itu.
Mery sedikit mengangkat wajahnya dan menatap Devon dengan pasrah,
"Jadi.. Apa hukumanku?" tanya gadis itu to the point.
Devon terdiam sejenak dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana sambil berpikir. Setelah menemukan hukuman apa yang cocok untuk Mery, Devon pun kembali menatap gadis di depannya itu,
"Hukumanmu adalah.." ucapnya terhenti sejenak.
"Kau harus memandikan kuda-kuda ini sekarang juga sebelum aku mengizinkanmu untuk pergi" lanjutnya yang membuat Mery terbelalak.
"Apa??? Aku harus memandikan kedua kuda ini??" tanya Mery cukup terkejut.
Devon pun mengangguk tanpa ragu,
"Benar" jawabnya singkat.
Devon menatap penjaga kandang istana tadi yang terlihat terkejut dengan ucapan Devon barusan,
"Pak Will, tolong sediakan selang air dan juga sabun untuk Nona Melisa. Dia akan memandikan Joe dan Peter hari ini, disini" perintahnya sambil menatap Mery.
Mery terlihat menganga dan terkejut mendengar hukuman yang diberikan Devon. Pria ini benar-benar keterlaluan! jerit Mery kesal dalam hati.
Billie juga terlihat terkejut dan mencoba berbicara pada Devon,
"Pa.. Pangeran, bukankah ini terlalu kejam? Anda menyuruh seorang Putri kerajaan untuk memandikan dua ekor kuda sekaligus" bisiknya terdengar tidak enak.
Devon tidak mengindahkan ucapan Billie dan kembali menatap Mery,
"Hukuman ini sangat ringan untuk seseorang yang telah menampar Pangeran tanpa alasan bukan?" ucap Devon menyindir.
Mery mengepalkan tangannya dan menatap Devon dengan kesal. Will pun membawa selang air dan juga sabun untuk memandikan kuda. Pria paruh baya itu meletakkannya di hadapan Mery dengan tatapan tidak enak.
Mery hanya dapat menutup matanya dan menghela nafasnya dalam. Gadis itu pun menatap Devon dan tersenyum pada pria itu,
"Hukuman yang sangat bijaksana 'Pangeran' " ucap Mery menyindir dengan penuh tekanan.
Mery pun mengambil selang airnya dan menghampiri kedua kuda tadi untuk di mandikan. Devon menatap punggung Mery dalam diam. Entah mengapa tatapan berani gadis itu membuat dirinya merasa tertarik.
Devon akui memang hukumannya cukup keterlaluan, tetapi, entah mengapa ia menyukainya.. Ia menyukai jika gadis itu menatapnya dengan tatapan berani seperti tadi. Selama hidupnya, tidak ada wanita yang berani menatapnya seperti tatapan Mery tadi.
Devon menyentuh keningnya dan mencoba menjernihkan pikirannya,
"Apa yang baru saja kupikirkan!" gerutu pria itu pelan.
Devon pun mulai berbalik dan menghampiri Pak Will,
"Pak Will, tolong awasi dia. Pastikan dia mengerjakan pekerjaannya sampai selesai" ucap Devon dengan tatapan dinginnya.
Pak Will pun dengan cepat mengangguk dan membungkukkan tubuhnya,
"Baik Pangeran" balasnya.
Setelah itu Devon pun pergi dengan diikuti Billie di belakangnya. Billie hanya bisa menghela nafasnya sambil melirik kearah Mery dengan prihatin, baru kali ini dia melihat Pangeran Devon seperti itu pada seorang wanita. Biasanya, Devon tidak mau berurusan panjang dengan wanita manapun.
Walau di bar sekalipun, pria itu hanya akan diam dan tidak merespon walaupun banyak wanita yang mendekatinya bahkan menciumnya. Tetapi kali ini, ia terlihat berbeda.. Walaupun caranya terlihat kejam, tetapi.. Sepertinya cara Pangeran Devon memperlakukan Putri Melisa terlihat berbeda..
Bersambung..
Jangan lupa kasih vote dan komen di cerita ini ya 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuri Palsu Tawanan Sang Pangeran
RomanceMery, gadis berusia 17 tahun yang mempunyai tekad kuat untuk pergi dan masuk ke dalam istana Pearland, untuk menemukan ibunya yang di culik oleh para penjaga istana 2 tahun yang lalu. Mery pun rela mengorbankan dirinya dibawa oleh penjaga istana unt...