Trouver

206 18 3
                                    

"AKAN KU BUNUH KAU SIALAN!!!" teriak pelayan itu sambil mencengkram kuat kerah pakaian Mery dan mendorongnya kuat.

Mery yang hampir kehabisan nafas terdorong ke belakang dengan kuat. Gadis itu terlihat menutup matanya dan pasrah jika ia harus terjungkal ke belakang.

Namun, tiba-tiba sepasang tangan menahan tubuh Mery dari belakang,

GREP!!

Mery yang menutup matanya seketika perlahan membuka matanya kembali saat tubuhnya tidak merasakan sakit. Gadis itu menatap ke depan dan melihat dua pelayan tambun yang menyerangnya tadi terlihat menunduk ketakutan, begitu juga dengan ibunya yang menunduk sambil terduduk di tanah.

"Apa yang kalian lakukan!" ujar seseorang yang berada di belakang tubuh Mery dengan nada yang sangat tajam dan dingin.

DEG!

Seketika mata Mery terbelalak saat dirinya merasa sangat familiar dengan suara seseorang yang berada di belakangnya.

Tubuh Mery seketika menegang saat menyadari bahwa orang tersebut tengah memeluk pinggang dan bahunya.

'Ya Tuhan.. Matilah aku' ucap Mery dalam hatinya dengan takut.

"Apa kalian tidak dengar?? Pangeran sedang bertanya!!" ucap seseorang yang tidak lain adalah Billie.

Para pelayan tambun itu semakin menunduk dan ketakutan,

"Ti.. Tidak terjadi apa-apa Pangeran. Hanya ada kesalahpahaman disini. Benarkan??" jawab pelayan itu sambil menarik ibu Mery berdiri dan memberikan kode pada ibu Mery untuk mengangguk.

Seketika Mery menatap marah pada pelayan itu,

"Bohong!! Mereka tadi menyerang ku!! Mereka memang suka menindas pelayan lain dan memperlakukan mereka dengan buruk!! Mereka juga melakukan kekerasan fisik!!" ucap Mery cukup keras dengan emosi.

Kedua pelayan tambun itu menatap Mery dengan tatapan emosi,

"Bohong!! Dia tengah mengada-ngada Pangeran, kami tidak melakukan apapun!" bantah pelayan itu.

Pelayan tambun itu diam-diam mencengkram tangan ibu Mery dan memberikan kode untuk mengatakan sesuatu agar ibu Mery membela mereka. Ibu Mery terlihat bimbang dan menatap kearah Mery.

Mery pun menggeleng keras,

"Tidak Pangeran! Mereka berbohong! Apa yang aku katakan itu benar! Mereka tengah mengancam pelayan paruh baya itu untuk berbohong! Lihat luka yang ada di tubuh pelayan tak berdaya itu, merekalah pelakunya! Mereka juga tadi menyerang ku!" ucap Mery.

Tanpa Mery sadari, sejak tadi Devon tengah menatapnya dengan tatapan dingin dan penuh arti. Walaupun penampilan Mery terlihat seperti seorang pelayan dengan rambut yang tidak tertata rapi, tetapi Devon tau siapa gadis itu sebenarnya.

Billie menatap Devon dan mengangguk pelan,

"Iya Pangeran, aku telah mencari informasi yang Pangeran minta tadi pagi, dan menurut beberapa pelayan lain, mereka berdua memang suka berbuat onar dan menindas pelayan yang lemah" ucap Billie.

Beberapa pengawal yang mengikuti Devon sejak tadi pun telah bersiap di belakang pria itu untuk mendapatkan perintah.

Seketika para pelayan tambun itu berlutut dan memohon ampun pada Devon,

"Ampuni kami Pangeran, kami tidak bermaksud seperti itu. Kami hanya sedikit memberikan pelajaran mental saja untuk mereka.. Selebihnya tidak ada maksud apapun.. Ampuni kami.." ucap salah satu pelayan memohon.

"Iya Pangeran.. Maksud kami ini baik. Kami berjanji, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi" sahut pelayan satunya sambil bersujud.

Mery menatap kearah Devon dengan tatapan memohon sambil menggeleng. Devon menatap kearah Mery dengan tatapan dinginnya dan mendengus pelan. Pria itu menatap kedua pelayan yang tengah bersujud itu dengan tatapan tajamnya,

"Bawa mereka ke penjara bawah tanah!" perintah Devon tajam yang membuat kedua pelayan itu terkejut bukan main.

"Pangeran!! Kumohon Pangeran.. Ampuni kami!!" ucap pelayan itu kembali memohon.

Namun, dengan segera para pengawal membawa kedua pelayan itu dan menyeret mereka dengan kasar. Terdengar suara memohon ampun dari kedua pelayan itu, namun Devon tidak mengindahkannya dan beralih menatap Mery dengan tajam.

"Kau.. Ikut aku!" ucap Devon tajam yang membuat gadis itu seketika bergidik.

Mery menghela nafasnya pasrah dan mengarahkan pandangannya pada sang ibu. Mery tersenyum dan menatap sang ibu yang menggeleng pelan kearahnya. Sang ibu mengucapkan sebuah kalimat yang kurang di mengerti oleh Mery.

Mery mencoba untuk kembali menatap sang ibu namun dengan segera Billie menuntunnya untuk segera mengikuti Pangeran.

Mery pun akhirnya hanya bisa pasrah dan sesekali menatap kearah sang ibu yang semakin menjauh. Mery menunduk pelan dan menatap punggung Devon yang berada cukup jauh di depannya.

'Tamat sudah semuanya.. Aku juga pasti akan dihukum..' ucap Mery sedih dalam hatinya.

Apa penyamarannya akan terbongkar hari ini??

Padahal, sedikit lagi dia bisa membawa ibunya pergi. Tapi.. Mery kembali mengingat ucapan sang ibu yang tidak terlalu jelas tadi. Seperti ada kata, jangan.. Dan juga..

Melisa..

Apa.. Ibunya tau tentang penyamarannya?? Pikir Mery penasaran.

Mery telah tiba di sebuah ruangan yang cukup luas namun dengan penerangan yang redup. Billie menuntunnya masuk ke dalam ruangan itu.

Dari kejauhan Mery dapat melihat Devon yang tengah duduk di sebuah kursi. Entah mengapa Mery merasa hawa di ruangan ini sekarang begitu mengintimidasi. Gadis itu hanya dapat menelan ludahnya dan pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti.

"Masuklah Nona" ucap Billie pada Mery.

Mery terlihat ragu masuk ke dalam ruangan itu dan perlahan menatap kearah Billie,

"Apakah terlalu jelas?" tanya Mery tiba-tiba pada Billie.

Billie sedikit mengerutkan keningnya dan perlahan tersenyum pelan,

"Sangat jelas.. Lain kali, Nona harus belajar lagi jika ingin menyamar" ucap Billie.

Mery pun menghela nafasnya dan perlahan masuk ke dalam ruangan itu. Pintu pun tertutup dan kini hanya ada dirinya dan Devon yang berada di ruangan itu.

Bulu kuduk Mery seketika berdiri saat dirinya semakin dekat kearah Devon. Devon membelakangi Mery dan Mery tidak tau apa yang akan pria itu lakukan padanya.

Apakah.. Pria itu akan menggantungnya di penjara bawah tanah? Pikir Mery ketakutan.

Mery berdiri di depan meja Devon dalam diam. Perlahan Devon terlihat membalikkan tubuhnya dan menatap Mery dengan tatapan dinginnya. Gadis itu perlahan menautkan kedua tangannya yang tiba-tiba terasa dingin. Pria itu benar-benar sangat mengintimidasi, pikir Mery dalam hatinya.

Devon belum berbicara dan membuat Mery semakin gugup. Gadis itu menelan ludahnya dan mencoba membuka mulutnya untuk bersuara. Ia tau saat ini ia harus meminta maaf dan mencari alasan yang masuk akal agar pria di depannya itu tidak curiga.

"Pa.. Pangeran.. Aku.." ucap Mery terputus saat tiba-tiba Devon berbicara tajam padanya.

"Kau tau apa yang kau lakukan?" tanya Devon dengan nada yang dingin dan tajam.

Mery seketika merasa bulu kuduknya kembali berdiri. Gadis itu menunduk dalam dan terdiam. Sial, pria itu membuatnya tak berkutik dan ketakutan seperti ini.

'Ayo Mery, beranikan dirimu. Jangan merasa takut seperti ini..' ucap Mery dalam hatinya.

Mery memberanikan diri mengangkat wajahnya dan menatap Devon. Namun, sebelum Mery menjawab, tiba-tiba Devon kembali bersuara sambil menatap Mery dengan tatapan yang sulit diartikan,

"Kau tau apa yang kau lakukan itu berbahaya untukmu?" tanya pria itu lagi dengan tajam yang membuat Mery seketika terdiam.

Bersambung..

Halo, jangan lupa beri vote dan komen di cerita ini ya, bantu follow author juga supaya lebih semangat nulisnya 😊🙏

Permaisuri Palsu Tawanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang