Find The Truth

238 17 32
                                    

Devon tengah berada di ruangan pribadinya sambil memeriksa beberapa berkas yang harus ia periksa. Sebenarnya, pria itu harusnya istirahat hari ini, karena.. besok adalah hari dimana pria itu akan memilih calon istrinya.

Memikirkan calon istri, entah mengapa membuat Devon merasa hatinya menghangat saat ini. Ia.. Telah menentukan pilihannya.. Dan, pilihannya adalah seseorang yang telah membuatnya merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya.

Semalam ia berbincang dengan John dan meminta pendapat pria itu. Awalnya, Devon hanya ingin bertanya tentang pertemuan pria itu dengan Mery. Dan, John menceritakan cerita yang sama dengan yang pernah Mery katakan padanya bahwa mereka tidak sengaja bertemu di sungai saat itu.

Devon meminta pendapat John tentang Mery, dan John mengatakan bahwa Mery adalah pilihan yang baik untuk Devon. Walaupun awalnya Devon sempat curiga dengan tatapan John pada Mery, tetapi John telah menegaskan bahwa dirinya hanya menganggap Mery sebagai teman tidak ada perasaan apapun.

Devon percaya dengan ucapan John dan telah bulat dengan keputusannya. Pria itu menghela nafasnya pelan dan berjalan kearah jendela, ia menatap langit yang terlihat begitu cerah pagi ini.

Tiba-tiba pikirannya kembali membayangi wajah Mery.. Devon telah benar-benar jatuh cinta, dan ia yang selalu berpikir secara logika kini telah kalah dengan hatinya. Bahkan tubuhnya pun mengatakan hal yang sama, dia menginginkan gadis itu untuk menjadi istrinya, teman hidupnya..

Tok..

Tok..

Tiba-tiba pintu ruangan Devon terketuk. Pria itu menatap kearah pintu dan kembali duduk di kursinya sambil menyahut,

"Masuk"

Pintu terbuka dan memperlihatkan Billie yang masuk sambil membungkuk pelan,

"Selamat pagi Tuan" sapa pria itu sambjl berjalan masuk.

Devon hanya mengangguk pelan,

"Tumben sekali kau datang pagi ini, aku tidak memanggilmu" ucap Devon datar seperti biasa.

Billie tersenyum kikuk sambil mengusap tengkuknya,

"Sebenarnya, aku kemari ingin memberikan surat dari Putri Laura" balas Billie dengan tatapan sedikit takut.

Devon mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Billie,

"Laura? Untuk apa dia memberikan surat padaku?" tanya Devon terlihat tidak tertarik.

Billie memberikan surat yang ia bawa kepada Devon,

"Aku tidak tau, tapi.. Putri Laura memintaku untuk memberikannya pada Pangeran. Dia bilang itu sangat penting dan berharap Pangeran membacanya dengan segera" jawab Billie.

Devon menatap surat itu untuk beberapa saat dan mengambilnya,

"Akan ku baca nanti, kau bisa kembali" ucapnya yang langsung diangguki oleh Billie.

Billie pun kembali membungkuk dan pergi meninggalkan ruangan Devon. Devon meletakkan surat milik Laura dan kembali memeriksa berkas-berkasnya tanpa membaca langsung surat tersebut..

Disisi lain,

Mery terlihat tengah termenung di taman belakang istana. Gadis itu sejak tadi pagi terlihat banyak termenung dan tak banyak bicara. Christy yang memperhatikan tingkah Mery seketika berdehem pelan,

"Masih memikirkan ibu Nona?" tanyanya pelan.

Mery menghela nafasnya dalam dan mengangguk,

"Aku sedang memikirkan cara untuk melarikan diri dari istana ini" balas Mery yang membuat Christy cukup terkejut.

Permaisuri Palsu Tawanan Sang PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang