46• Persiapan dan Kelengkapan

902 117 16
                                        

"INI yakin banget jadi naik gunung?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"INI yakin banget jadi naik gunung?"

Raynzal, dengan kedua tangan yang tengah memegang trolly belanjaan dihadapannya kembali protes entah yang keberapa kalinya.

Pertanyaan yang tentu menghadirkan lirikan malas Arga, membuatnya sempat menghentikan aktivitasnya dalam memilih carrier bag demi menatap Raynzal.

"Kalo gak jadi, kita ngapain disini, Nyet?"

Jawaban yang membuat Raynzal menatap sekitar, menyadari kalau mereka tengah berada di sebuah Adventure store pusat kota. Memilih menggaruk tengkuknya yang padahal tak gatal.

"Ya maksud gue, harus banget naik gunung? Kitakan gak ada pengalaman hiking sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya maksud gue, harus banget naik gunung? Kitakan gak ada pengalaman hiking sama sekali."

Dari balik UV protection hat yang tengah cowok itu coba di kepala, Al menatap Raynzal tak paham, "Dia sukanya gunung, mau lo paksa main futsal?"

"Lagian kitakan pake guide, jadi aman aja kalo gak ada pengalaman juga." Tambah cowok itu santai.

Raynzal berdecak kesal. Ia benar-benar tak menyukai ide ini, entah mengapa. Menurutnya, hiking hanya upaya melelahkan untuk orang-orang yang memiliki semangat juang tinggi. Belum lagi bayangannya akan menanjak gunung yang curam.

Tidak dengan dirinya yang tak memiliki semangat barang sedikitpun. Jangankan semangat juang, berangkat ke sekolah saja ia malas.

"Lagian inikan untuk nemuin petunjuk juga, anggep aja tambahan olahraga dikit." Ikut Arkan di dalam perdebatan yang sepertinya tak perlu ini.

Sebelum cowok itu kembali pada catatan di ponselnya. Menceklis satu persatu barang yang sudah mereka beli dengan teliti.

"Carrier bag, jacket, sleeping bag, matras, sepatu boots, hiking sticks, tenda, senter, kompas, makanan instant, kotak p3k." Gumam Arkan pelan sembari menyamakan catatan dan barang-barang yang sudah tertumpuk di ke-lima trolley mereka.

"Obat-obatan udah aman, tadi gue beli di apotek." Kata Derren singkat yang Arkan balas dengan anggukan kepala samar.

"Botol minum?" Shanin, yang entah dari mana muncul memeluk 8 botol minum berukuran 600ml dengan berbeda warna.

Shanin's Diary II (Open Pre Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang