13• Ruang Kosong

3.4K 514 89
                                        

tak ada yang lebih menyakitkan selain menyadari kalau kini, bukan kamu lagi yang menjadi alasan baginya untuk tersenyum

tak ada yang lebih menyakitkan selain menyadari kalau kini, bukan kamu lagi yang menjadi alasan baginya untuk tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




[TIGA BELAS]

"ARGA disini, udah kurang lebih dua jam."

Berdasarkan informasi yang Arkan terima dari salah seorang barista yang dirinya kenal bernama Gea, membuat Arkan tiba di sebuah bar yang keberadaannya cukup terpencil dari jalan utama.

Bar yang memiliki lokasi di dalam sebuah gedung tua dengan dihiasi dedaunan yang rontok di sepanjang jalan. Membuat suasana malam terasa semakin menakutkan.

Bersyukur karna setelah beberapa jam mencari sosok itu dengan menghubungi hampir seluruh barista yang dirinya kenal, ia berhasil menemukan keberadaan Arga.

Bertempat di sebuah bar mewah yang sempat dirinya dan para sahabatnya jadikan sebagai bar favorit karna keunikan dalam pemilihan tempatnya, Arkan nampak memasuki bangunan tua itu setelah mendorong pintu kayu yang menghalangi.

Terlihat sibuk menajamkan penglihatannya dari beberapa pengunjung yang pada malam hari ini sudah ikut memenuhi tempat ini.

Hingga lambaian tangan dari arah seorang barista membawa dirinya untuk mendekat.

"Halo, Ge."

Dari posisinya yang terhalang oleh meja bar, Arkan menyapa gadis bername-tag Gea itu. Seorang barista yang sudah dirinya kenal lebih dari lima tahun lalu.

"Hei, Arkan," sapanya tak kalah ramah sebelum maniknya menunjuk ke salah satu pelanggan malamnya, "Tuh, anaknya dipojok. Udah hampir tepar."

Membuat Arkan sontak berpaling, mendapati sosok berjaket kulit hitam yang saat ini tengah sibuk meneguk gelas kecil ditangan kanannya dengan tangan lainnya yang ia jadikan bantalan untuk menopang dagu agar tak jatuh. Sosok yang terlihat duduk diatas sofa merah yang keberadaanya di ujung ruangan.

"Pesen apa dia? Old Fashioned?"

Pertanyaan yang segera Gea respon dengan anggukan itu, membuat Arkan menghembuskan napas lelah. Paham kalau kadar alkohol di dalam minuman itu sangatlah tinggi, menandakan kalau niat Arga datang kesini memanglah untuk mabuk. Bukan hanya minum dan menyendiri seperti yang biasa cowok itu lakukan.

"Gue bawa, ya. Thanks, Ge." Pamit Arkan setelah selesai dengan pemikirannya.

Berjalan menghampiri Arga sebelum berdiri tepat disamping sosok itu.

"Ga, balik." Ucap Arkan setelah maniknya menangkap jelas satu botol minuman beralkohol yang sudah kosong diatas meja.

Sudah berniat untuk membopoh tubuh cowok itu agar meninggalkan tempat ini, sebelum dorongan kuat menyapa bahunya ditemani manik memerah dan tatapan tajam, seakan meminta Arkan untuk tak menyentuhnya.

Shanin's Diary II (Open Pre Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang