Siapa yang tak mengenal Shanindya Violetta?
Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali.
Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...
akan ada masanya dia yang dingin menjadi cair. semua hanya tentang waktu, tentang bagaimana kita membantu dan memutuskan untuk menjadi satu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[SATU]
SUARA langkah kaki berbalutkan flatshoes putih itu berhasil mencuri pandang setiap siswa yang berpapasan dengannya dilorong utama sekolah. Bagaimana dulu, setahun lalu lebih tepatnya, seluruh tatapan mata itu hanya terlihat mengasihaninya, menganggap dirinya hanyalah sebagai 'pesuruh Abby'.
Lain halnya dengan saat ini, tatapan hangat nan manis kini mengarah pada gadis bername-tag Shanindya Violetta itu. Tak sedikit bahkan yang menjuluki si cantik berambut ungu terang itu sebagai 'Heather'. Seorang primadona yang dekat dengan ke-enam pangeran tampan incaran para kaum hawa disekolahnya.
Dari pintu masuk yang mengarah menuju kantin belakang sekolah, gadis bermanik cokelat itu berhasil menemukan ke-enam sosok laki-laki yang pada siang menjelang sore hari ini terlihat duduk berkerumun disalah satu meja kantin.
Sesekali tawa renyah dari perkumpulan itu terdengar, membuat beberapa pasang mata melirik. Semakin terpikat dengan para mostwanted kesayangan mereka, bersyukur karna berkat wajah-wajah tampan itu, sekolah terasa bersinar dan hidup.
Dengan senyuman yang semakin mengembang, Shanin dengan rambut tergerainya terlihat melangkahkan kaki, berjalan mendekat. Berhasil mencuri perhatian seluruh penghuni kantin kala kursi yang ditujunya adalah kursi yang diisi oleh para malaikat tanpa sayap.
Beberapa bahkan dengan terang-terangan mencibir kehadiran Shanin, tak menyukai keakraban yang tercipta. Merasa iri karna gadis itu dapat dengan beruntungnya menjadi 'anak emas' dari gerombolan yang kehadirannya selalu menjadi pusat perhatian.
"Kalian kangen Shanin, gak?"
Arga, yang saat ini berposisi paling dekat dengan Shanin, terlihat tersenyum sembari menarik kursi disampingnya. Meminta gadisnya untuk duduk disana. Sebuah senyuman yang membuat para penggemarnya hampir saja terkena serangan jantung. Bayangkan sosok menyeramkan yang selalu menampilkan wajah gahar itu, kali ini nampak bersikap semanis itu.
Beralih pada penghuni selanjutnya yang berada tepat disamping Arga, dia adalah Raynzal, Al dan Richard. Ketiga makhluk tampan yang kini tengah sibuk bermain game dalam ponsel masing-masing, hanya memilih menganggukan kepalanya singkat sebagai jawaban atas pertanyaan tak berbobot Shanin. Tak mau ambil pusing, lebih tepatnya.
Kemudian dihadapannya, terlihat makhluk manis berkacamata, Derren, yang kini tengah meminum jus alpukatnya sembari sibuk mengerjakan beberapa soal dalam buku matematika. Setahun sudah ia mengenal cowok itu, sampai detik ini Shanin masih juga tak paham perihal apa yang membuat Derren sangat terobsesi dengan pelajaran satu itu.
Kembali dengan pengenalan, penghuni terakhir di dalam circle ini adalah Arkan, Oppa berkulit putih yang tengah duduk manis di hadapannya dengan sebuah topi hitam yang bertengger di kepala. Sosok yang senyumannya tak pernah membuat para kaum hawa bernapas normal.