Siapa yang tak mengenal Shanindya Violetta?
Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali.
Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...
jangan terlalu berharap, kamu tidak sepenting itu dihidupnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[EMPAT BELAS]
"RICHARD?"
Dengan ditemani senyum menawannya, sosok bertubuh jangkung yang pagi ini terlihat tampan dengan balutan jaket jeans biru itu, nampak melambaikan tangan saat Shanin baru saja muncul dari balik pintu utama rumahnya.
Hampir mengira kalau ini adalah mimpi sebelum suara klakson mobil yang tiba-tiba terdengar, menyadarkan Shanin sepenuhnya.
Berpaling menatap mobil sport biru tua yang saat ini tengah mencoba untuk memasuki garasi kediamannya. Menyatu dengan mobil putih milik Shanin yang mulai berdebu karna tak pernah digunakan akibat insiden burung merpati beberapa tahun silam.
Masih berusaha untuk menyelesaikan pemikirannya atas kedatangan tiba-tiba mereka sampai sosok Raynzal memunculkan diri dari dalam mobil mewahnya. Disusul Al dan Derren yang pagi ini sudah nampak mempesona meski hanya mengenakan kaos hitam polos biasa.
"Hai!"
Sapaan pertama datang. Sapaan manis dengan diikuti lambaian tangan kanan penuh semangat dari arah Al. Sedang tangan kirinya, cowok itu pergunakan untuk menenteng sebuah kotak putih bertuliskan PS5 di depannya. Hanya melihat Al sekilas memang, karna sedetik kemudian, sosok itu sudah lebih dulu menghilang ke dalam rumah Shanin. Pergi melewatinya tanpa permisi.
"Pagi, Tuan Putri." "Baru bangun?"
Richard dan Derren ikut menyapa singkat dengan tangan kiri masing-masing yang sibuk menenteng dua buah kantong kresek putih berisi cemilan. Kedua sosok yang sempat mengusap puncak kepala Shanin secara bergantian sebelum akhirnya mengikuti jejak Al.
"Udah dari tadi, Shanin lagi nonton doraemon." Balas Shanin atas pertanyaan Derren meski sosok berkacamata itu tentu tak akan mendengarnya.
"Baru bangun?" Pertanyaan kedua datang dari arah Raynzal sesaat setelah cowok bertato memperhatikan piyama bunga-bunga yang masih Shanin kenakan, "Anak gadis bangun siang, ck."
Atas ucapan itu, Shanin mendengus, "Ini masih jam delapan ya, Raynzal. Lagian Shanin lagi nonton doraemon! Udah bangun dari tadi!"
Melihat bantahan yang semakin membenarkan tebakannya, Raynzal hanya memilih untuk menganggukan kepala paham. Sebelum dirinya berjalan menuju gerbang dan membuka lebar-lebar kedua pintu itu.
Sempat melipat lengan jaket jeansnya, Raynzal nampak berjalan sedikit ke arah depan. Menunggu sesuatu dengan tak sabar, sebelum kehadiran sebuah truck besar berwarna putih itu mampu membelalakan mata Shanin dalam waktu hitungan detik.
"Ya, Pak, disini!" Seru cowok itu bersemangat sembari membantu sang supir truck untuk menemukan posisi yang tepat agar dapat mempermudah pekerjaannya.