19• Selesai

3.7K 536 68
                                        

what goes around
comes around

what goes aroundcomes around

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




[SEMBILAN BELAS]

"LES apa kata lo?"

Dari balik bulu mata lentiknya, Al dengan rambut terkuncir itu terdengar bertanya. Mencoba memastikan pendengarannya yang ia yakini adalah salah. Harus.

"Matematika, sama Derren." namun ketika dengan santainya Shanin menjawab, tak ada lagi alasan bagi Al untuk bersikap tenang.

"Lo mau buat gue gila, Nin?" Raynzal, dengan gelengan cepatnya tentu menolak.

Sama halnya dengan Richard dan Arkan yang juga tak menyukai ide buruk Shanin. Memilih menggelengkan kepala tidak setuju.

Penolakan yang mau tak mau memancing Shanin untuk mengeluarkan jurus andalannya; berpura-pura sedih.

"Padahal Shanin lakuin ini biar kita bisa dapet nilai bagus dan masuk kampus berkualitas sama-sama." Ucapnya sembari memanyunkan bibir.

Berhasil membuat Raynzal hampir melayangkan botol air mineralnya tepat diwajah menyebalkan Shanin. Selalu merasa kalah telak jika gadis itu sudah merubah ekspresinya menjadi sendu.

"Tapi ternyata cuman Shanin yang punya pikiran buat terus bareng-bareng kalian. Ya, Shanin bisa apa?"

Sesudah mengacak rambutnya frustasi, Richard mematikan puntung rokoknya. Terlihat melirik wajah menggemaskan itu dengan hembusan napas panjang.

"Oke." Katanya diakhir. Menjadi orang pertama yang menyetujui ide buruk ini.

"Seminggu sekali tapi, ya?" Tawar Raynzal akhirnya, yang dengan cepat gadis itu respon melalui anggukan setuju.

"Satu jam?" Ikut Al mau tak mau.

"Dua jam?" Balas Shanin dengan senyuman, mencoba melobi cowok berambut keriting itu.

"Satu setengah?"

Shanin menggeleng, "Dua jam setengah?"

"Lah, kok naik?" Gemas Al diikuti dahi bertautnya, menyerah saat kerlipan manik Shanin kembali terpancar, "Oke, dua jam."

Berhasil dengan orang ketiga, Shanin beralih pada sosok Arkan yang saat ini tengah duduk dihadapannya. Sosok yang sampai saat ini terlihat tak banyak bicara, hanya menjawab apa yang ditanyakan dengan hiasan sedikit luka dibagian sudut bibirnya.

Sosok yang belum juga menceritakan perihal alasan dibalik kehilangannya sehari kemarin.

Dan tidak seperti yang lain, khusus untuk Arkan, Shanin hanya mengembangkan senyum termanis yang dirinya punya. Memohon dalam diam.

Membiarkan Arkan menatapnya singkat, sebelum mengakui kekalahan telaknya.

"Fine." Ucap cowok itu diakhir, menghadirkan tepukan tangan penuh rasa bangga dari arah Shanin.

Shanin's Diary II (Open Pre Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang