Siapa yang tak mengenal Shanindya Violetta?
Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali.
Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...
jangan kembali pada perasaan yang seharusnya sudah hilang. ingatlah, cemburu tanpa hak itu tak ada obat
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[TIGA]
"GUYS, gue mau tanya penting!"
Perhatian ke-lima sahabatnya itu beralih, terlihat menatap Al dengan pandangan bertanya-tanya. Menunggu manusia berambut keriting itu menyelesaikan apapun itu ucapan tak berbobotnya.
"Pertanyaan lo mana pernah ada yang berkualitas, sih?" Tukas Derren malas.
"Skip." Ikut Richard sesaat setelah ia menghembuskan asap rokoknya ke udara.
Geram mendapati respon tak ramah, dilemparkannya kacang kulit yang sebelumnya berniat dirinya makan, "Seriusan, kampret."
"Yaudah, apa?" Malas Raynzal yang masih setidaknya memiliki sedikit hati nurani.
Respon menyenangkan yang tentu mendapati sambutan penuh kebahagiaan dari arah Al, bahkan cowok itu mulai membenarkan posisi duduknya.
"Emang kalo kita chattingan sama doi terus hati kita berbunga-bunga, hukumnya riba?"
Tepat saat Al mengatup mulutnya, lemparan gelas kosong bekas air mineral itu menyapa Al, bahkan Raynzal sudah nampak bangkit sebelum memasukan kepala Al ke dalam seragam sekolahnya.
Dan ya, tak ada lagi yang bisa membuat para penonton menunjukan gelak tawa selain manusia satu itu. Terlihat menonton acara perkelahian 'kecil' mereka dengan sesekali menggelengkan kepalanya.
Sementara dari tempat duduk yang berada persis di depan kaca pembatas makanan, Shanin ditemani diamnya, nampak sibuk mengaduk-ngaduk es teh manis yang sudah sepenuhnya mencair itu.
Sudah sedari mereka memasuki warung Mpok Onah sejak satu jam lalu, gadis yang biasanya memiliki mulut kaleng rombeng itu mendadak diam seribu bahasa.
Pandangannya kosong, seperti makhluk hidup yang tak bersemangat untuk hidup. Entah mengapa, kepalanya masih dipenuhi oleh kejadian yang menimpanya siang tadi. Kejadian yang membawanya masuk ke dalam ingatan menyeramkan atas kecelakaan yang menimpanya setahun lalu.
Bagaimana akibat pembullyan yang dirinya terima, membuatnya harus menjalani koma selama hampir enam bulan lamanya.
Kenangan menyakitkan yang tiba-tiba saja menyerang pernapasannya, membuat dadanya sesak, seakan tercekik oleh tangan tak nyata.