Siapa yang tak mengenal Shanindya Violetta?
Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali.
Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"LOMBOK!!"
Raynzal, dengan carrier bag di punggunggnya bersuara lantang dengan kedua tangan yang cowok itu rentangkan di udara. Tak memperdulikan tatapan para pengunjung di dalam Bandara Internasinal Lombok ini yang tengah memperhatikannya dengan tatapan aneh.
Menjadi yang paling bersemangat, padahal sebelumnya dirinya yang paling tak menyukai ide gila ini.
Menatap ke arah delapan orang yang baru saja menginjakan kakinya di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat ini. Tak lupa dengan masing-masing carrier bag yang kini sudah terpampang nyata di punggung mereka.
Satu jam lewat lima puluh lima menit tepatnya, pesawat yang mereka tempuh dari Jakarta menuju Lombok, bersyukur karna tidak ada keterlambatan dalam penerbangan. Jadi, mereka dapat sampai di Lombok dan bersiap tepat pukul 8.10 WITA.
"Berat, gak?" Arkan mencoba mengangkat tas besar dipunggung mungil Shanin, menimbang apakah sekiranya gadis itu mampu menopangnya.
"Enggak, enteng kok." kata Shanin yang pagi ini tengah mengenakan sebuah jaket padding berwarna kuning dengan bulu-bulu dibagian kerahnya.
Paksaan yang tentu berasal dari para penjaganya, sebut saja Arga dan Arkan. Oh, tak lupa Raynzal yang terus menerus mengancam akan melempar dirinya dari atas gunung Rinjani kalau gadis itu tak menurut barang sekalipun selama perjalanan.
"Jadi, dijemput jam berapa, Al?" Shanaya, yang sempat mereka lupakan kehadirannya bersuara. Memecah kehangatan yang sempat terjadi.
Al refleks mengangkat jam tangannya sebelum menatap sekitar, memperhatikan satu persatu mobil yang berhenti dihadapannya untuk mengangkut atau sekedar menurunkan penumpang.
"Itu!" Seru cowok berambut keriting itu saat sebuah mobil hitam dengan plat yang sama seperti yang diberikan kepadanya muncul dalam pandangan.
Berjalan menghampiri mobil itu dan berakhir memasukkan barang bawaan mereka dan beberapa koper ke dalam bagasi. Di bantu oleh seorang driver yang dengan sigap menaikkan perlengkapan mereka ke dalam mobil.
Al, yang duduk paling depan dengan posisi tour guide mereka pada hari ini dan empat hari ke depan nampak sibuk berbicara dengan sang supir sepanjang jalan. Bertanya tentang apa saja kesulitan saat mendaki, sampai harga jajanan yang nantinya berada di atas gunung.
Tidak dengan para penumpang lain yang memilih untuk tidur selama kurang lebih dua sampai tiga jam perjalanan menuju Pos Registrasi via Sembalun. Karna memang mereka akan menaiki gunung Rinjani melalui jalur Sembalun dan turun di jalur Torean.
"Nin? Udah sampe, bangun." Arga, yang untungnya berada di samping gadis itu menepuk wajah Shanin singkat untuk membangunkannya dari tidur sesaat.
Tak tega sebenarnya, apalagi harus melibatkan gadisnya untuk hal segila ini. Untuk mencari tahu hal yang belum tentu juga mereka dapatkan meski sudah bekerja sekeras ini.