Siapa yang tak mengenal Shanindya Violetta?
Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali.
Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[TIGAPULUH TUJUH]
ADA yang tak beres dengan Shanin, dan baik Arga juga Arkan tentu merasakan hal itu.
Gadis yang 24/7 selalu berada dalam pantauan mereka, mendadak menjadi sosok yang paling sulit untuk ditemui, lebih sulit dari sang Kepala Sekolah malah.
Ia bahkan sudah beberapa hari ini tak pernah memunculkan diri di kantin sekolah, menolak tawaran saat di ajak makan bersama. Dengan alasan yang berbeda-beda tentunya; 'Shanin sakit perut', 'Shanin lagi diet', atau sampai alasan konyol seperti 'Tadi lidah Shanin ke gigit jadi gak bisa makan.'
"Ada yang buat salah sama Shanin gak sih?" Dari balik asap rokok yang mengelilingi sekitar, Richard menatap satu persatu rekannya yang tengah asik dengan kegiatan masing-masing.
"Gue enggak." "Apalagi gue." "Gue ngomong aja males, gimana bisa bikin salah?"
Respon cepat yang berasal dari arah Raynzal, Al dan Derren terdengar secara bergantian.
Meninggalkan kerlipan mata Arga dan Arkan yang di malam minggu ini hanya memilih duduk tenang sembari meminum minuman beralkohol dihadapan mereka.
Menjadikan sebuah café ini sebagai tempat perkumpulan dimalam indah yang hanya datang satu kali dalam seminggu. Kehadiran ke-enam sosok tampan yang tentu selalu berhasil menarik perhatian para kaum hawa yang berlalu-lalang.
"Kedap-kedip aja lo berdua kayak orang cacingan, jawab gila." Desak Richard seraya melemparkan kulit kacang yang isinya baru saja dirinya telan.
"Buat salah ya lo berdua?" Timpal Raynzal penuh selidik.
Membuat manik Arga dan Arkan sempat bertemu di satu titik, sebelum keduanya memilih memutus kontak setelah beradu tatap beberapa detik.
"Bukan gue." Ucap Arkan setelah berdeham singkat, berusaha melancarkan kerongkongannya yang terasa tercekat.
"Mungkin karna gue-" Timpal Arga sembari mengusap sisi gelas kacanya dengan jari telunjuk, "Dia ngehindar."
"Lo abis ngapain Shanin?" Tembak Arkan dengan nada tak bersahabat, merasa ancaman kembali mendekat.
Berhasil menarik naik pandangan Arga yang kini beralih menatapnya tajam, "Bukan urusan lo. Ini urusan gue sama mantangue."
"Udah-udah!" Lerai Raynzal gemas yang sudah hapal bagaimana keadaan ini akan berakhir jika dirinya diamkan, "Malem minggu cuman sekali, jangan dirusak."