GIDARA - 08

334 17 0
                                    

Keesokan paginya Gibran menjemput Adara sesuai ucapan kemarin pulang sekolah terkait hukuman karna di bodohi Adara Gibran masih belum membalasnya, tapi ia pastikan akan membalas perbuatan Adara tentunya dengan keuntungan yang sangat besar.

Turun dari motor tak lupa menyugar rambutnya menjadi tak terarah namun membuat cowok yang dijuluki Raja singa itu semakin tampan berkali-kali lipat.

Ia berjalan menuju pintu rumah kediaman Adara tak lupa mengetuk pintu beberapa kali hingga muncul Adara yang sudah siap dengan pakaian seragam nya, tampilan Adara pun tidak jauh berbeda yakni berpenampilan bad girl dengan jaket kulitnya.

"Ayo." ajak Adara membuyarkan lamunan Gibran yang terkesima, ia baru menyadari jika melihat Adara sedekat ini sangatlah cantik benar-benar cantik.

Gibran menatap kedalam rumah bermaksud pamitan dengan Ayahnya. Namun Adara mencegahnya, karna sudah tau jika Gibran menjemputnya, membuat Adara langsung mengajaknya berangkat sekolah.

Tangan Gibran bergerak mengambil helm yang sudah ia siapkan, memakai nya ke kepala Adara dengan pelan-pelan. Dari jarak sedekat ini aroma parfum mereka sangat tercium masing-masing, dengan usil. Gibran mengambil ciuman di sudut bibir Adara sebagai bonus.

Adara spontan menampar lengan Gibran dengan sedikit lembut, Gibran hanya acuh saja namun sudut bibirnya tersenyum kecil.

Gibran menaiki motor nya Adara juga langsung menaiki nya tak lupa memeluk pinggang Gibran posesif, menyalakan motor dan langsung membelah jalan menuju sekolah SMA JAKARTA 1.

Beberapa menit kemudian suara deru motor memasuki area parkiran sekolah, membuat para siswa/siswi langsung menatap mereka dengan pandangan iri.

"Masuk dulu atau tunggu disini?" tanya Gibran sambil menyugar rambutnya acak.

"Kita nunggu siapa? Temen kamu?" tanya Adara.

Gibran mengangguk dan sedikit merapikan anak rambut yang menutupi mata Adara dengan lembut, perlakuan kecil seperti ini membuat jantung Adara berdetak dengan cepat. Namun karna masih di area sekolah, membuatnya harus menepuk tangan Gibran untuk menyingkir selain karna malu ia juga takut jika jantung nya semakin tak bisa diajak kompromi.

Gibran pun bersikap biasa, ia menatap tajam mereka yang menatap Gibran dan Adara sehingga mereka pun langsung pergi karna takut terkena amukan Raja singa.

Tak berapa lama suara deru motor pun mulai terdengar memasuki area parkiran, Irshad, Noah dan Kevin mereka salaman ala laki dan saling tatap.

"Udah gini doang? Gak rencana mau bolos?" tanya Kevin dengan siasatnya.

"Lo aja yang bolos, dasar murid nakal." dengus Irshad kesal.

"Eitt anaknya bapak menteri, monmaap bisa di perhalus dikit gak bahasanya? Panas nih telinga gue." sarkas Kevin menatap sinis Irshad.

"Sorry anaknya bapak tukang kuli, lidah gue emang udah halus, gak kasar kaya punya lo." cetusnya sengit.

"Yaelah, gue yang anak bapak angkasa. Biasa aja tuh." celetuk Noah yang ikut-ikutan.

Jadilah mereka adu mulut tentang kekayaan dan profesi yang dimiliki Ayah mereka.

"Bacot! Gue yang anak direktur perusahaan ternama no 1 diem aja." celah Gibran yang greget dengan pertikaian mereka.

Adara hanya terkekeh melihat perdebatan mereka yang terdengar lucu seperti saling bersaing antar kekuasaan siapa yang paling berkuasa. Dasar bocah!

"Udah-udah, ayo masuk." lerai Adara sebagai penengah sekaligus. Siapa yang berani membantah Ratu singa? Tidak ada. Bahkan mereka langsung menurut bagaikan anak itik.

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang