GIDARA - 41

276 38 5
                                    

Langkah kaki Adara berjalan tergesa-gesa meninggalkan lokasi, gadis berwajah tegas itu hendak menuju ke rumah Gibran dengan motor sport nya. Dilain sisi, Kevin pergi mengamankan benda tersebut. Irshad dan Noah mengurus Ayla dan pria tulen itu untuk dibawa ke ruang tahanan bawah tanah.

Adara turun dari motor kemudian berjalan dengan langkah tegas dan tegap, ia mengetuk pintu rumah Gibran beberapa kali hingga nampak sepasang kaki tengah berdiri di depan nya.

"Lo!" pekiknya terkejut.

"Lo ngapain di rumah gue?!" ucapnya tak suka, namun entah mengapa ada rasa kerinduan secara tiba-tiba.

Grepp

Deg deg deg deg

Jantung keduanya berdetak dengan cepat, Gibran terdiam mematung melihat tindakan Adara. Ia dengan cepat melepaskan pelukan nya dan menatap tajam gadis itu, menghiraukan detak jantung yang tiba-tiba berdebar hebat hanya karena pelukan singkat yang sengaja ia lepas.

"Lo apa-apa'an sih hah!" sentak Gibran tak terima.

Adara menetralkan deru nafas yang tiba-tiba tidak teratur, ya dia tengah emosi saat ini. Namun ia berusaha untuk tidak merusak moment dan juga merusak kediaman Gibran.

Dengan pikiran liciknya, Adara berjalan mendekat hingga Gibran mundur beberapa langkah, tangan Adara bergerak meraih rambut Gibran sembari mengelusnya bak kucing yang langsung terdiam mematung.

"Sampai kapan lo lupain gue?" tanya nya dengan ekspresi sedih.

"Lo gak haus? Selama lo amnesia, lo minum apa?" tanya Adara mendesak.

"Lo gatau tersiksa nya gue?" kata Adara tanpa mau berhenti.

"Sampai kapan lo lupain pacar lo ini, huh? Seru ya main lupa ingatan?" cerocos Adara dengan nafas menggebu-gebu.

Gibran menatap Adara dengan tatapan syok. "Pa-pacar? Gue punya pacar cewek badas kayak lo?" tanya Gibran tergagap.

"Dan apa maksud lo minum? Gue, tentu gue minum susu." cetusnya secara tidak sadar.

"Ohh lo udah normal? Udah bisa minum susu? Susu apa yang lo minum?" tanya Adara sembari menyudutkan Gibran lebih dekat lagi.

"Gak perlu tau!" ketusnya tak suka sambil menatap segala arah.

Bisa bahaya jika gadis ini tau kalo sebenarnya Gibran minun susu asi, bisa di tertawakan oleh gadis bar-bar seperti dia. Oh tidak! Gibran tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Adara dengan santai mengangguk mengiyakan, Gibran meneguk ludahnya kasar.

"Jaga batasan lo, dan satu hal lagi. Gue gak mungkin pacaran sama cewek barbar kayak lo." ucapnya membantah sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Oiya?" tanya Adara menyeringai.

Adara menutup akses Gibran untuk keluar dari kungkungan nya, ia menatap Gibran dengan tatapan familiar, ada tatapan rindu dan juga kesal disana. Gibran sedikit mengerti, walau ia tidak yakin bahwa apa yang diucapkan gadis itu benar adanya.

"Cewek bar-bar ini bisa lakuin apapun, Iban. Lo gak bakal bisa lari lagi setelah ini. Tunggu dalang dibalik kecelakaan lo mati, lo akan mohon dan ngemis-ngemis ke gue buat minta maaf." ucap Adara tersenyum miring.

Adara berjalan mundur setelah mengatakan itu, matanya menatap lelaki yang baru saja turun dari tangga.

"Oh hai Om, masih hidup aja. Hati-hati om, kadang orang yang Om percaya sepenuhnya bisa membusuk di belakang." katanya menyeringai.

Kemudian pergi dari sana dengan mimik wajah datar. Meninggalkan Gibran dan Satya yang terdiam membisu.

"Apa maksud nya?" gumam mereka.

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang