GIDARA - 39

225 34 2
                                    

Selama perjalanan pulang Gibran hanya diam tak berbicara, bahkan Lea pun tak berani mengucapkan sesuatu. Namun dalam hatinya berbunga-bunga lantaran Gibran membolehkan nya menaiki motor kesayangan dan duduk berboncengan dengan laki-laki berjakun itu.

Sampai saat nya tiba di rumah, Gibran turun dari motor bersama dengan Lea. Gibran membolehkan Lea ke rumahnya lantaran sang Ayah menyuruhnya membawa gadis itu untuk ke rumah.

"Ada apa?" tanya Gibran dengan ekspresi datar.

"Duduklah." titah Ayah.

Gibran pun duduk dengan Lea yang duduk berjarak sedikit jauh darinya. Satya dan juga Ayla terlihat menatap keduanya dengan tatapan misterius masing-masing.

"Ayah sudah memutuskan untuk kamu bertunangan dengan Lea." ucap Satya yang mampu membuat Gibran tersentak kaget.

"Apa-apaan ini!" sentaknya tak terima. Ia bahkan hampir berdiri dari duduknya.

Ayla pun ikut menyahut. "Ini demi kebaikan kalian, bukan kah kamu harus berterimakasih kepada Nak Lea karna sudah menolong mu?" terang Ayla.

"Lebih baik kau diam." cegah Gibran menatap dingin wanita yang menjadi ibu nya.

"Gibran!" bentak Satya. Gibran menatap datar keduanya.

"Gibran menolak keras pertunangan ini, jika ingin mengucapkan terimakasih, cukup beri dia uang." elaknya angkuh dan tidak terima.

Lea hanya diam, jujur ia merasakan sakit karena tolakan Gibran, gadis itu begitu mencintai Gibran walau dia memang menyukai nya karena uang dan popularitas.

Lea menatap Ayla dengan tatapan memohon, Ayla menatap Gibran dengan tak kalah angkuh.

"Kau terima pertunangan ini, atau.... Kau dilarang bersekolah lagi dan keluar dari gengster mu itu!" ancam nya menatap Gibran dengan tatapan nyalang.

"Kau!" sentak Gibran tidak berkata-kata lagi.

"Ayah, sampai kapan pun aku tidak mau bertunangan dengan Lea atau gadis manapun, Ayah gak bisa paksa aku untuk melakukan hal itu. Jika tujuan Lea untuk uang, beri dia uang. Jangan korban kan aku demi rasa terima kasih mu!" tolak nya mentah-mentah.

"Lalu siapa yang kau ingin hah! Gadis berontak dan tidak tau aturan itu?!" sentaknya tak kalah tegas.

"Siapa yang Ayah maksud?" tanya Gibran dengan tatapan tegas.

"Siapa lagi jika bukan kekasih berontak mu itu, huh! Kau masih berhubungan dengan gadis tak tau etika itu?" jawab Satya dengan nada tak suka.

Gibran mengernyitkan dahinya bingung. "Siapa yang Ayah maksud?" batin Zidan bingung.

Tiba-tiba kepala Gibran berputar-putar sangat pusing dan dunia nya berkeliling, bagaikan kaset rusak pecahan pecahan memori itu berputar dalam otaknya.

"Arrghhh, siapa itu?" jerit Gibran sambil memegang kepalanya.

Kepalanya terasa nyeri dan sangat sakit. Satu persatu memori itu masuk kedalam ingatan nya secara acak.

"Balikin punya gue Gibran!"

"Lo cantik."

"Balikin atau gue tendang masa depan lo!"

"Mulai detik ini, lo jadi pacar gue."

"Dia bukan pacar gue, cuma lo pacar gue."

"Hiks hiks jangan tinggalin Iban atau pintu itu bakal mati menggenaskan!"

"Gue sayang sama lo."

"Iban."

Memori itu begitu acak berputar, membuat pandangan Gibran buram dan tidak bisa melihat apa-apa.

Brukk!

"Gibran!!" pekik Satya terkejut, ia langsung menggendong Gibran dan menaruhnya di sofa.

Ayla dan Lea saling pandang seolah berbicara lewat tatapan mata, Ayla mendekat ke arah suaminya.

"Ada apa dengan Gibran? Apa dia masih trauma atas kejadian kecelakaan itu?" tanya Ayla dengan ekspresi yang dibuat sekhawatir mungkin.

Satya menggeleng tak tau, "Entah lah. Aku akan menghubungi Dokter untuk mengecek Gibran." ucapnya langsung menghubungi Dokter pribadinya.

Tak butuh berapa lama akhirnya Dokter yang dihubungi pun datang, Dokter itu segera memeriksa kondisi Gibran yang masih pingsan.

Setelah memeriksanya dokter pun angkat bicara. "Sebaiknya jangan terlalu menyudutkan pasien, karna kondisi pasien dan emosional nya masih tidak stabil, ini menyebabkan otot syaraf nya terkejut hingga pingsan. Saya akan beri resep obat, tolong untuk rutin meminum nya." jelas Dokter Rian.

"Dokter, apa amnesia putra saya bersifat permanen?" tanya Ayla dengan penuh perhatian.

Dokter Rian menggeleng pelan, "Syukur nya pasien tidak mengalami amnesia akut, namun amnesia yang dialami nya tidak bisa ditentukan, ini hanya perlu pasien mengingat secara perlahan memori-memori yang hilang. Dan mungkin saja, pasien jatuh pingsan akibat ia merasa memori yang hilang secara perlahan kembali dalam ingatan." Jelasnya dengan ramah.

"Baik terimakasih Dokter." sahut Satya.

Dokter Rian mengangguk kemudian bersiap pergi dari sana. Ia sempat bertatap muka dengan gadis remaja dan tersenyum kecil, Lea yang sempat menunjukan raut tak rela pun langsung tersadar dan tersenyum kikuk.

"Bisa gawat jika ingatan Gibran kembali dengan cepat, rencana ku akan gagal." batin Ayla cemas.

"Ehm, sayang. Biarkan Gibran istirahat dulu di dalam kamar." kata Ayla.

"Baiklah, mungkin dia syok. Aku lupa jika Gibran hilang ingatan." ucap Satya dengan sendu.

"Maafkan Ayah Nak, Ayah membuat mu seperti ini." batin Satya merasa bersalah.

Satya pun menggendong Gibran untuk dibawa ke kamar, menyisakan Ayla Dan Lea yang bertukar pandang. Melihat Satya meninggalkan mereka berdua Lea langsung mendekat ke arah Ayla.

"Bagaimana jika ingatan Gibran kembali dengan cepat? Rencana ku untuk memilikinya akan pupus!" ucap Lea dengan cemas.

"Tenanglah, aku punya satu cara. Aku akan meminta teman lama ku untuk memberinya obat, obat yang mampu membuat siapa saja yang meminum nya akan hilang ingatan selama nya, dan juga menjadi patuh terhadap orang yang memberinya obat itu." seringai Ayla.

"Aku yakin kali ini rencana kita akan berhasil, kita bisa menguasai harta Satya." bisik Ayla dengan senyum miringnya.

Lea pun tersenyum namun ia langsung bersikap biasa ketika melihat Satya berjalan ke arah mereka, Ayla pun dengan lihai bersikap cepat seolah mereka tidak pernah mengatakan apa-apa.

"Kalo gitu Lea mau pulang dulu ya Om, biar Gibran istirahat dulu." pamit nya dengan senyum manisnya.

Satya pun mengangguk. "Om akan suruh pak Joko untuk mengantarkan mu pulang." ucapnya.

"Terimakasih Om. Kak, aku pulang dulu." Pamitnya dengan senyum penuh arti. Ayla pun mengangguk.

Lea pun pergi dari rumah menuju rumahnya, sedangkan Satya dan Ayla masih terdiam di sofa ruang tamu.

"Aku terlalu menyudutkan putra kita." ucapnya menghela nafas pelan.

Ayla mengelus dada suaminya dengan lembut, "Tidak perlu menyalahkan diri, aku juga merasa bersalah dengan putra kita, seharusnya aku tidak menyudutkan nya untuk bertunangan dengan adik sepupu ku." ucap Ayla dengan ekspresi menyesal.

"Aku harap Gibran memaafkan aku setelah ini. Tapi, aku tidak mau jika Gibran berhubungan lagi dengan gadis nakal itu." ucapnya yang langsung dengan ekspresi tak terbantahkan.

"Aku akan buat perhitungan jika dia menganggu anak kita." ucap Ayla tersenyum kemenangan.

"Lihatlah Adara, setelah ini. Jangan harap bisa mengambil Gibran, dia akan selamanya melupakan mu. Hahaha sampai saat ini kau berada jauh dibawah ku." batin Ayla tersenyum licik.

Follow
Tiktok : @si_oncom_reseekk🤙🏻
Instagram : @bocah_reseekk
Wattpad : @kiau_gibran

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang