GIDARA - 27

288 36 3
                                    

Karena melihat rengekan Gibran lewat tatapan mata itu, Adara menghiraukan nya. Ingat! Ini di area sekolah apalagi ada pak Zikri bisa-bisa ia di ceramahi karna gak niat membersihkan perpustakaan.

Adara sendiri lupa jika pak Zikri sendiri tidak akan berani menegurnya, sebab karna ada Gibran anak pemilik sekolah dan Adara sendiri orang yang memiliki mulut pedas beracun.

Gibran hanya cemberut melihat respon Adara yang seolah mengacuhkan nya, akhirnya selama pembersihan perpus Gibran hanya diam dengan tatapan yang tak mengenakan, beberapa murid dari kelas lain pun sedikit mulai berdatangan entah karena ingin meminjam buku karna disuruh guru atau sekedar ingin bersantai-santai disana.

Gibran yang merasakan jika ada murid yang bersantai-santai di perpus langsung mengusirnya dengan nada yang tak mengenakan.

"Pergi lo sialan! Ga usah tiduran di perpus bukan nya pinter makin g*blok lo entar."

"Minggir lo kalo mau pacaran ga usah di perpus, ini tempat belajar. Punya otak gak lo!"

"Awas ngehalangi jalan aja lo!"

"Shit!"

Kurang lebih seperti itulah kata-kata yang terlontar dari bibir Gibran. Makhluk sempurna yang tak memiliki banyak suara, kini dengan mudahnya malah memaki mereka dengan kata-kata yang tak mengenakan. Apalagi Gibran termasuk manusia yang tak peduli dengan sekitar. Tapi kini, ia malah selalu mengusir dan mengusik mereka yang terlihat berduaan di perpus. Benar-benar kekanakan.

Adara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir, begitupun dengan Pak Zikri yang terkejut karena Gibran mengeluarkan suara yang begitu terdengar marah. Bahkan, sikap Gibran membuat mereka semua heran ada apa dengan Gibran sebenarnya?

Karena melihat Gibran yang selalu marah-marah dan selalu mengusir para murid yang berduaan pak Zikri pun mengambil tindakan untuk menyuruh mereka keluar jika tidak berkepentingan.

Setelah membersihkan perpustakaan akhirnya Adara pun bernafas lega karna ia mengerjakan dengan sempurna bahkan lebih rapih dan bersih, lalu ia melihat ke arah Gibran yang terdengar kesal dengan wajahnya cemberut, Adara melihat Gibran tengah bersantai dan bersandar pada lemari buku, menghampiri dan menghadap ke arahnya lalu menyentuh pipi Gibran yang masih terlihat kesal.

"Kayak anak kecil deh kamu kalo gini, gak malu sama Pak Zikri dan yang lain?" tanya Adara berbicara pelan namun bisa didengar oleh Gibran.

Gibran hanya diam namun tangan nya mengelus tangan Adara yang memegang pipinya, Adara tersenyum kecil dalam situasi seperti ini seakan bumi hanya milik mereka berdua bahkan Gibran tak mempedulikan tatapan iri dari beberapa siswi yang masih standby disana.

"Habis nya kesel Iban lihat mereka berduaan di perpus, padahal kita lagi bersih-bersih perpus malah mereka cari tempat buat berduaan." gerutunya pelan sambil mengelus tangan Adara di pipinya.

Adara pun menyahut. "Yakin cuma itu doang?" ucap Adara mengintimidasi. Gibran mengangguk yakin.

"Bukan karna kamu gak ku peluk?" sindirnya

Spontan Gibran langsung memeluk Adara sehingga Adara bersandar di dadanya. "Ini udah di peluk." celetuknya membuat Adara terkekeh.

Para siswi-siswi hanya bisa iri melihat sikap Gibran pada Adara, berbeda dengan Pak Zikri hanya bisa mengelus dadanya sabar. "Sabar sabar, istri saya masih dirumah, nanti minta jatah selesai." gumam nya dalam hati

"Gumush banget sihh hmm." godanya pelan. Gibran tersenyum tipis hampir tak terlihat kemudian mengelus kepala Adara sayang dan memeluknya erat.

Ekheemm

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang