GIDARA - 34

224 30 1
                                    

Suasana menjadi hening, Gibran yang sibuk membuka handphone nya tapi tak kunjung terbuka. Sedangkan sahabatnya hanya menatap tanpa melakukan apa-apa, mereka ingin tau apa yang sedang dilakukan oleh Gibran dengan handphone itu.

Lea beberapa menit yang lalu sudah pergi mencari makan seorang diri. Entah benar mencari makan atau ada hal lain yang tidak diketahui.

"Kenapa gabisa di buka?" gumam Gibran mengotak-atik handphone miliknya.

"Kata Lea ini hp gue. Tapi kenapa gabisa ke buka?" lanjutnya bergumam.

Kevin menatap gerak-gerik Gibran yang terlihat kebingungan, ia pun mendekat ke arah Gibran.

"Kenapa lo?" tanya Kevin penasaran.

Gibran mendongak sekilas lalu kembali menatap handphone miliknya, "Gue gabisa buka ini hp." ucapnya dingin.

Kevin terlihat tersenyum miris, "Sandinya tanggal jadian lo." ujarnya dengan nada yang terkesan cuek. "Lo sendiri yang ganti sandinya." lanjutnya sambil menatap Gibran yang terlihat mengernyit.

"Lo sahabat gue kan?" tanya Gibran datar.

Kevin dengan santai mengangguk, "Jadi lo pasti tau sandi gue?" tanya Gibran.

Daniel menatap Noah dan Irshad bergantian lalu kembali menatap Gibran.

"Gue mau lo ingat sendiri sandi nya." ujarnya acuh tak acuh.

Gibran mengumpat kesal, "Sialan!" geram nya.

Kevin terkekeh merasa sedih melihat kondisi Gibran yang melupakan semuanya. Tak hanya Kevin, bahkan Noah dan juga Irshad ikut merasakan kesedihan yang sama.

Gibran menatap ketiga laki-laki asing yang dikatakan bahwa mereka adalah sahabatnya, "Gue siapa?" tanya Gibran tiba-tiba.

Irshad dengan raut wajah datar menjawab, "Lo sahabat kita, Gibran Nuraz Aryasatya. Lo ketua gengster RED FIRE. Lo gak mungkin lupa dengan julukan raja singa yang melekat di diri lo kan?" tanya Irshad mengintimidasi.

Gibran terlihat terdiam seolah berusaha mengingat kemudian ia pun menjawab dengan anggukan.

"Gue inget julukan itu. Gue yang julukin nama itu dalam diri gue." ujarnya membuat Irshad menatap haru.

Ia berdiri dan menepuk pundak Gibran. "Gue seneng lo inget dengan julukan lo sendiri. Tapi, apa lo udah ingat sama kita-kita?" tanya Irshad penuh harap.

Gibran menatap Irshad yang menatap nya penuh harap, Gibran terlihat tersenyum canggung. "Sorry, kasih gue waktu untuk kenal lo semua lebih jauh." ringisnya dengan nada tak enak hati.

Noah tersenyum miris, begitupun dengan Kevin. Dalam hatinya ia mengeram marah, ingin sekali ia menangkap pelaku dibalik kecelakaan Gibran lalu dibawa nya diruang eksekusi.

Tanpa kata Kevin pergi dengan aura yang seram. Ia keluar dengan telinga yang memerah karna terlalu kesal, geram dan juga marah.

Noah yang melihat Kevin pergi pun menyusul meninggalkan Gibran dan juga Irshad yang berada di dalam ruangan.

Gibran menunduk tak enak hati, ia memukul kepalanya terasa sakit, merasa kesal dan juga marah karena tidak mengingat semuanya.

Irshad dengan sikap mencegah tindakan Gibran yang menyakiti dirinya sendiri.

"Berhenti Gib! Jangan nyakitin diri lo sendiri a*jing!" sentak Irshad memeluk Gibran yang terlihat kesal juga marah.

Sekilas Gibran seperti merasa dejavu dengan perkataan Irshad, seolah sebuah kata yang terputar di memori otaknya membuat Gibran menjerit kesakitan.

Irshad dengan sigap menekan tombol darurat dan tak lama Dokter pun tiba untuk memberi obat penenang.

Irshad menghela nafas berat, ia menatap kasihan dengan Gibran. Ini semua bukan salah nya yang tidak mengenali mereka, melainkan kejadian yang menimpa ketua mereka yang membuat Gibran melupakan mereka dan semua orang yang berkaitan dengan nya.

"Gue gak bisa ngelindungin lo bos, kalo aja gue tau siapa pelakunya. Gue janji akan buat dia lenyap di dunia ini, Karena dia penyebab hilang ingatan nya lo ke kita dan Adara." gumam Irshad menutup wajahnya sambil menghela nafas frustasi.

Tak berapa lama Kevin dan Noah pun kembali datang mereka melihat Gibran yang terlelap dengan damai. Kevin yang menatap dingin dan datar sedangkan Noah yang menatap datar namun masih terlihat bahwa Noah sedikit lebih melembut.

"Kenapa?" tanya Noah dengan khawatir.

Irshad menghela nafas pelan. "Kayaknya dia berusaha ingat siapa kita. Dan gue rasa, dia ngerasa dejavu dengan perkataan gue karna tindakan dia yang sebelumnya, sama persis dengan apa yang dia lakuin barusan, walau beda tindakan." lirihnya menatap hampa Gibran.

Irshad menatap Kevin yang berubah 180°. "Dia gak salah Vin, kejadian itu yang buat dia hilang ingatan. Kita harus cari pelaku dari biang masalah ini secepatnya." Jelasnya dengan serius.

Kevin menatap Irshad. "Tanpa lo kasih tau, gue emang udah bertindak. Gue emang marah sama Gibran karna lupain kita. Tapi, gue lebih gak trima dengan pelaku dibalik kecelakaan Gibran." jelasnya tak kalah serius.

"Cepat atau lambat, dalang dibalik kejadian ini harus di eksekusi mati oleh tangan gue sendiri." ucapnya menyeringai devil.

Noah menatap Irshad. "Terus si Adara gimana?" tanya Noah khawatir.

Kevin menyahut, "Gue rasa kita gak perlu kasih tau. Sebelum pelaku ini tertangkap kita biarkan Adara jadi umpan." ucapnya yang membuat Noah dan Irshad melotot tak percaya.

"Lo gila? Lo tau kan gimana ganas nya Adara kalo sampe dia tau Gibran amnesia dan bukan nya ngebantu Adara untuk dekat sama Gibran, Lo-"

"Diem bodoh!" Sergah Kevin secepatnya.

"Biarkan ini semua berjalan secara alami, tujuan kita buat nangkep dalang dan cecunguknya. Gue mau tau siapa pelaku dibalik ini semua." Ujar Kevin.

"Dan untuk Adara, gue mau Gibran dan Adara untuk waktu yang gak ditentukan ini jadi asing, ini kesempatan buat kita untuk tau siapa pelaku utama nya." Lanjutnya dengan otak cemerlang.

"Maksud lo Lea?" Sela Noah cepat tanggap.

Kevin menjentikkan jarinya, "Of course. Gue dari awal emang narget dia, gue ngerasa dia adalah otak dari kejadian ini, atau mungkin masih ada otak lain yang menjalankan rencana ini." jelas Kevin mengangkat satu alisnya.

"Jadi maksud lo, kita seolah dukung kedekatan Gibran sama Lea. Karna menurut Gibran, Lea yang bantu nolongin Gibran saat itu jadi biarkan si cewek itu ngerasa senang dulu dengan kedekatan nya sama Gibran." Ucap Noah.

Irshad dengan cepat menyahut, " Dan Adara sebagai jalan untuk menangkap si pelaku?" tanya Irshad dengan nada ragu.

Kevin mengangguk ringan, "Kita mungkin kejam dengan Adara, tapi gue mau rencana ini berjalan dengan lancar. Ada untungnya juga Adara bisa jauh dari Gibran, sekalian buat pelajaran biar gak terlalu tolol dalam percintaan." ucap Kevin yang masih sempat-sempatnya untuk menyindir ketua mereka.

Mereka pun akhirnya mengangguk dengan setuju, target utama mereka adalah Lea, mungkin dengan ini semakin membuat pintu untuk mereka menemukan dan menangkap pelaku nya.

"Kita tangkap otak utama di balik kejadian ini, gue rasa selain Lea otak utama nya yaitu ibunya sendiri." jelas Kevin dengan raut wajah seram nya.

"Ayla!" seru mereka pelan. Kevin mengangguk.

"Lo ingat kan? Waktu gue kasih tunjuk potret foto Ayla sama siswi SMA 1 JAKARTA, gue curiga dia otak utama nya." gumam Kevin menghela nafas pelan.

"Kehidupan Gibran begitu suram anjir, gue kasian sama dia. Dapat ibu tiri yang kek anjing banget kelakuan nya." geram Noah dengan ekspresi dan kedua tangan seolah sedang meremas sesuatu.

Setelah perbincangan itu, mereka pun kembali terdiam dan istirahat di kamar inap itu, menjaga Gibran tanpa masuk sekolah.

Follow
Tiktok : @si_oncom_reseekk🤙🏻
Instagram : @bocil_reseekk
Wattpad : @kiau_gibran

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang