GIDARA - 43

756 61 18
                                    

Jam istirahat berbunyi, tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada pergi ke kantin dengan memborong semua makanan lezat disana, right!

Semua makanan yang tersedia sering kali membuat para siswa-siswi betah berlama-lama disana, ada yang menjual batagor, bakso, mie ayam, bubur ayam, cilok, dan masih banyak lagi kategori makanan terlezat di kantin.

Hari ini sengaja Gibran tidak menampakan wujudnya di kantin, karena biasanya laki-laki itu sangat senang sekali berada di kantin, namun hanya Gibran saja yang tidak ada disana karena sahabatnya tengah asik berbincang dan bergurau di tempat mereka biasanya.

Jenny, Clarissa dan Vio pun sudah tiba di kantin. Mereka langsung memesan makanan dan memilih tempat duduk yang kosong, Irshad yang menyadari keberadaan mereka tanpa Adara pun segera menghampirinya.

"Hai." sapanya dengan senyum manis.

Vio diam-diam tersenyum malu, ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

Kemudian Irshad duduk di samping Vio sembari menatap ke tiga perempuan itu bergantian.

"Adara mana? Tumben gak bareng kalian?" tanyanya dengan raut wajah penasaran.

"Gatau, katanya ada urusan." celetuk Clarissa menghendikkan bahunya acuh.

Irshad kembali mengorek informasi yang mungkin saja berguna baginya.

"Ngomong-ngomong lo tau gak? hubungan antara Adara sama si sapa tuh! Lupa gue?" tanya nya dengan raut wajah seolah bingung.

Jenny menatap Irshad dengan tatapan curiga, "Kenapa tiba-tiba lo tanya?" balasnya dengan raut wajah curiga.

Irshad menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Anu, gue cuma tanya aja sih." alibinya sambil berusaha bersikap biasa.

"Mana temen lo yang satu itu?" tanya Clarissa memperhatikan tempat diujung sana dimana Clarissa tidak melihat keberadaan Gibran.

"Ada urusan, nanti juga gabung." jelasnya yang ia sendiri tidak mengerti.

"Yaudah kalo gitu gue balik dulu, Vio, gue balik ya." ucapnya sambil mengacak rambut Vio gemas.

Vio terdiam mematung mendapati perlakuan tersebut, ia hanya melotot lucu ke arah Irshad yang tersenyum tak berdosa.

Clarissa menyenggol lengan Vio dengan tatapan menggoda, Vio hanya menutupi malunya dengan mencubit lengan Clarissa sedikit keras.

"Sadis amat mbak, saltingnya." celetuk Clarissa mengejek.

Vio tentu menggubris ucapan teman nya itu, Jenny pun mengambil handphone dan mengetik sesuatu disana.

"Gue coba buat ngechat si Ara, apa dia ketemuan sama Gibran?" ucapnya dengan penasaran.

"Mungkin aja sih, ya udahlah mending kita makan dulu." sahut Clarissa yang sudah kelaparan sejak tadi.

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk menyantap pesanan mereka, hingga akhirnya setelah selesai menghabiskan makanan mereka bertiga pun segera meninggalkan lokasi.

"Lo gak berhak ya ngatur-ngatur hidup gue, lo gak berhak sekalipun dan apapun itu!" suara debatan itu terdengar ditelinga mereka bertiga.

Dengan rasa penasaran Vio dkk pun mencoba mendekati asal suara tersebut hingga semakin dekat dengan sumber suara, semakin jelas yang mereka dengar.

"Apa yang bisa dibanggain sama dia ha? Gue lebih mapan, gue lebih segalanya dibanding cowok itu. Apapun gue usahain buat bahagiain lo." balasnya dengan intonasi yang berat namun terselip rasa kecewa. Sudah jelas itu suara laki-laki.

Vio mengintip sedikit lebih jelas lagi dan tanpa dosa nya mereka juga ikut menguping perdebatan antara kekasih itu.

"Lo nanya?" tantang cewek tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang