GIDARA - 36

234 32 2
                                    

Adara baru saja sampai di area parkiran sekolah, ini sudah terhitung berjalan hampir 2 minggu lebih setelah kejadian itu. Setiap paginya Adara tidak lagi di jemput oleh Gibran. Sebab, laki-laki itu selalu membawa gadis yang katanya menyelamatkan nya dari kejadian kecelakaan tersebut.

Adara pun sudah tau apa yang akan ia lakukan untuk hari-hari berikutnya, Adara walau begitu menyayangi sang bayi kecilnya namun sekarang sudah berbeda, kekasihnya telah melupakan dirinya. Bahkan, saat Adara dan Gibran tak sengaja bertemu di koridor Gibran hanya menatap dingin dirinya, bahkan seakan tatapan musuh.

Dirinya sempat tak kuasa untuk menghajar kekasihnya agar ingatan kembali, namun ia masih mempunyai hati untuk tidak menyakiti dan mempersulit ingatan nya.

Seseorang berjalan mendekat dan merangkul pundak Adara dengan sedikit erat sehingga tubuh mereka hampir menempel. Adara menoleh sekilas sebelum melepas sarung tangan yang ia pakai.

"Kenapa? Pagi-pagi udah nyamperin gue aja lo." ucap Adara sedikit sensi.

Menyengir kuda dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue juga gatau, gue cuma mau jemput bu bos aja." ucap Irshad tersenyum hambar.

Adara mengernyitkan dahinya sedikit. "Vio belum tau?" tanya Adara sambil berjalan menuju koridor.

"Dia tau kok, gue udah jelasin dari awal. Lo tenang aja Bu bos, dia gak bakal salah faham sama kita. Lagian berita si Gibran hilang ingatan udah menyebar luas seantero sekolah." ucap Irshad.

Adara mengangguk mengerti, ia sedikit merasa bersalah karena tidak memberi tahu sahabat nya tentang renggangnya hubungan dengan Gibran.

Irshad dan Adara pun berjalan berdampingan, Adara sedikit heran dengan makhluk disampingnya. Kenapa dia datang dan mendekati Adara, bukan kah dia tau jika Adara begitu ganas? Atau ucapan nya kurang manjur?

Entahlah, Adara tak ambil pusing ia pun berjalan hingga melewati setiap koridor. Disana, ia melihat Gibran dan Lea tengah berbincang santai bahkan Gibran terlihat senang berbincang dengan Lea.

Irshad yang melihat interaksi antar keduanya pun berdehem pelan melirik Adara. "Tenang Bu Bos, santai. Jangan kepancing ya, anggap aja mereka itu setan, eh enggak maksud gue cukup si lintah aja." bisik Irshad yang tak dihiraukan oleh sang empu.

Lea melihat Adara melewati lantai koridor kelas nya sebelum ke lantai kelas IPS, ia tersenyum ramah seolah menyapa.

"Wah apa-apa'an ekspresi nya itu?" batin Adara jijik.

"Hai Adara." sapa Lea ramah.

Adara hanya menatap Lea tanpa minat lalu menatap Gibran yang menatap Adara dan Irshad datar dan dingin.

"Minggir, lo ngehalangi jalan kita." ketus Adara tak minat.

Lea menunduk sedih kemudian menatap Adara dan Irshad bergantian, "Kalian kelihatan nya deket banget. Adara, bukan nya kamu tau ya? Kalo Irshad itu punya Vio?" tanya Lea dengan wajah yang dibuat sepolos dan seramah mungkin.

Lihat lah nada penuh sindiran itu, bukan kah dia hanya ingin menyulut emosi Adara dan membuat citra Adara buruk dimata Gibran?

"Bukan urusan lo! Minggir, gue mau lewat." ketus Adara sedikit menyentak.

Irshad hanya mengelus punggung Adara seolah menenangkan, ia juga ketar-ketir takut jika Adara tak terkontrol hari ini apalagi di depan Gibran yang melupakan siapa kekasihnya.

Gibran hanya acuh tak peduli apa yang sedang mereka debatkan, namun ia mendekat ke arah Lea dan tangan nya mengelus bahu Lea lembut.

Perlakuan Gibran membuat Lea diam-diam tersenyum kemenangan, namun ia dengan cepat merubah mimik wajahnya menjadi sedih dan seolah tersakiti akibat perkataan Adara.

"B*cot lo! Tinggal milih jalan lain apa susahnya, cewek kayak lo itu emang harus dikasih pelajaran." kata Gibran dengan emosi yang meledak-ledak, lihatlah mampus sudah jika Gibran sudah menganggap demikian.

Adara menatap Gibran dengan tatapan permusuhan, seolah tatapan ini ia layangkan untuk Gibran ketika masa dulu sebelum berpacaran.

"Lo buta! Jalan sempit kayak gini lo suruh milih jalan lain! Otak lo dimana!" sentaknya penuh emosi, apalagi Gibran seolah mendukung Lea membuat darahnya mendidih.

Lea meraih tangan Gibran dan mengelusnya mencari perhatian, "Udah Gibran. Ini emang salah kita, biarkan dia lewat." katanya dengan nada lembut.

Gibran hanya mendengus tak suka, ia pun menggeser tubuhnya membiarkan Adara dan Irshad lewat. Adara pun berjalan melewati mereka namun sebelum terlalu jauh Adara berhenti dan berbicara dengan lantang.

"Cuma orang bodoh yang gak ngerti mana yang harus di bela dan mana yang harus dilindungi." Setelah mengatakan itu Adara pun berjalan dahulu meninggalkan Irshad yang melongo ditempat.

Irshad berbalik arah kemudian menatap ke arah Gibran dan menyengir kuda, "Eh bos, kok bos disini? Kenapa gak masuk?" Pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja di mulut Irshad membuat Gibran menatap dingin sahabatnya.

"Jangan pernah lo berhubungan sama cewek kurang ajar kayak dia." ucapnya penuh penekanan sebelum pergi menuju kelas.

Lea hanya diam namun ia juga ikut masuk ke kelas meninggalkan Irshad yang menghela nafas pelan. "Kenapa juga gue yang pusing?" gumam nya pelan.

Mereka tidak tau saja, Irshad menahan mati-matian untuk tidak kencing di celana, karena perdebatan antara Adara dan Gibran ini seolah pertemuan antar keduanya di masa lalu yang memang sudah saling menatap sengit juga tatapan permusuhan.

Handphone berdering menandakan panggilan masuk, Irshad mengambil handphone tersebut dan mengangkat nya.

"Hah? Kenapa lo telfon? Lo lagi dimana anjir! Lo gatau apa gue ketar-ketir disini anjir!" Cerocos Irshad begitu ia mengangkat telfon nya.

"Gue lagi di warung sama si Noah, kenapa lo? Si Adara emosi?" tanya Kevin sedikit terkekeh.

"Bodoh! Ya iya lah b*go!" sentak Irshad pelan sambil menatap sekitarnya takut di dengar.

"Lo tenang aja, semua bakal baik-baik aja. Biarkan mereka menyemburkan api permusuhan dengan begitu kita semakin jelas menangkap siapa pelakunya, kamera cctv udah terkontrol di tangan gue. Heheh." jelas Kevin membuat Irshad mengangguk pelan.

"Buruan masuk, eh jangan lupa bawa cemilan buat gue." ucap Irshad sebelum menutup telfon.

"Sialan!" maki Kevin ditempat.

"Kenapa lo?" tanya Noah bingung.

"Gak." singkatnya.

"Coba lo retas cctv dirumah Gibran." titah Noah sambil memakan kacang polong.

Kevin mengangguk, ia pun langsung meretas cctv dirumah Gibran dimana seluruh cctv dirumah  Gibran terpantau oleh Kevin yang kini mencari sedikit demi sedikit bukti.

Kevin, Noah, juga Irshad bukan orang bodoh. Dari awal mereka bertiga memang tidak menyukai kehadiran Ayla, bagaimana bisa? Tentu dengan melihat sikap dan sifat Ayla yang seolah ingin mengontrol kediaman Gibran membuat mereka cukup mengerti. Sebenarnya selain mereka merestui Gibran dengan Adara, mereka juga memanfaatkan Adara untuk mengusir Ayla dari rumah. Tidak disangka dengan kecerdasan Adara tanpa disadari, Adara memasuki perangkap mereka.

Mereka melakukan semua ini karena mereka tidak ingin Gibran terjerat dan memiliki orang tua seperti Ayla, dan tanpa sahabat Gibran sadari, nyatanya memang Adara begitu membenci kehadiran Ayla terlebih saat Ayla adalah orang tua sambung Gibran, kekasihnya.

Follow
Tiktok : @si_oncom_reseekk🤙🏻
Instagram : @bocah_reseekk
Wattpad : @kiau_gibran

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang