GIDARA - 37

238 37 3
                                    

Jam istirahat berbunyi sebagian murid pergi ke kantin mengisi perut mereka, dan sisanya pergi berpencar entah kemana.

Saat ini Adara tengah di bujuk oleh Vio dan juga Jenny, berbagai macam cara mereka lakukan untuk membujuk Adara agar keluar dari kelas, bahkan tatapan heran teman sekelasnya tak mereka hiraukan.

"Ayolah Ara, lo tenang aja. Masalah dia biar gue yang urus! Lo cukup ikutin kita buat ngisi perut, yayaya!" pinta Clarissa dengan berbagai cara.

Adara memutar bola matanya jengah, kedua tangan nya ia lipat dimasing-masing lengan dan matanya menatap ketiga teman nya dengan tatapan malas.

"Gue males keluar kelas." singkatnya tak minat, bisa di dengar jika kini mood Adara sangat buruk, tapi bukankah ia selalu buruk dalam mengontrol emosi? Bahkan sebelum berpacaran dengan Gibran gadis itu selalu ketus, cuek, judes bahkan nada nya selalu seperti orang yang tengah memarahi.

Menghela nafas bersamaan Clarissa menarik tangan Adara dengan keras tak peduli jika sang empu marah berakhir membentak nya, Clarissa tetap tidak peduli.

"Sialan, udah gue bilang! Gue males keluar a*jing!" sentak Adara dengan nada keras, sedetik kemudian ia menghela nafas pelan.

"Mending lo bertiga keluar aja, gue di kelas. Jangan lupa tutup pintu." ucap Adara yang langsung terduduk sambil melipat kedua tangannya diatas meja.

"Lo gak asik tau gak! Masa gara-gara si b*jingan itu lo jadi kayak gini?!" ketus Clarissa yang tak tahan dengan sikap kasar Adara.

"Gue males ribut!" Kata Adara seolah mematikan pembicaraan.

"Cabut!" titah Clarissa kesal sambil menghentakkan kakinya brutal karena merasa kesal dengan sikap Adara.

"Udah, jangan memperkeruh suasana, mungkin Adara emang lagi gak mau diganggu." lerai Jenny.

"Tapi gak gitu juga dong Jen, walaupun si singa itu lagi hilang ingatan seenggaknya dia harus inget sama Adara. Kalo tau gini gue jadi kasian sama Adara, liat aja dia emosinya naik turun." Sahut Vio pelan sambil berjalan melangkah keluar kelas.

Clarissa sudah pergi dulu karena ia memang lapar juga kesal, dan dibelakang nya diikuti Vio juga Jenny.

Sampainya di kantin mereka bertemu dengan Gibran dkk, Kevin melihat kekasihnya berjalan memasuki kantin ia pun memanggil Jenny dengan kode tangan nya.

Jenny mengangguk kemudian menghampiri kekasihnya diikuti Vio, Kevin menarik tangan Jenny untuk lebih dekat dan berakhir duduk disamping nya.

"Kenapa sama muka lo pada?" tanya Kevin penasaran.

Jenny dan Vio saling pandang lalu menatap Gibran sekilas dan menggeleng bersama.

"Pasal Adara ya?" tanya Kevin berbisik, Jenny terdiam sebelum akhirnya mengangguk membenarkan.

Kevin terlihat terkekeh pelan. "Udah biarin aja. Dia pasti baik-baik aja, sekarang disamping Gibran ada Lea yang nemplok kayak cicak, mending kalian bersikap seperti biasa aja netral oke." bisik Kevin yang dimengerti mereka berdua.

Jenny menoleh ke arah Lea yang sedang bergelayut manja di lengan Gibran, sedangkan Gibran seolah tidak terusik dengan tindakan Lea disampingnya.

"Jijik banget sama mukanya, astagfirullah." batin Jenny.

"Astagfirullah, gue lupa kalo kristen." batin nya langsung tersadar.

Kevin memperhatikan kekasihnya yang terlihat asik dengan pemikiran nya, "Laper gak?" tanya Kevin.

Jenny menggeleng, Kevin mengangguk. Ia menoleh ke arah seorang siswa yang kebetulan anggota nya, "Minta tolong beli bakso satu mangkok buat cewek gue, inget pedes biasa aja." tindakan nya membuat Jenny langsung menyengol lengan Kevin sambil melotot.

"Udah diem, lo harus makan walau pun tergolong bukan nasi yang penting ke isi." ucapnya penuh perhatian.

Sikap Kevin membuat Jenny diam-diam bersemu merah, perhatian Kevin memang secara tiba-tiba, darah psycho seperti Kevin ini mengerti cara menyenangkan seorang gadis juga.

Irshad berpindah posisi yang awalnya disamping Noah kini disamping Vio, ia mendekat ke arah gadis yang memang sudah jadi tambatan hatinya.

"Clarissa kenapa? Gak biasanya itu anak ekspresinya kayak senggol b*cok?" lirih Irshad sambil menoleh sepenuhnya ke arah Vio yang terdiam mematung karena merasa salting.

Vio menoleh ke arah lain dan menatap Clarissa yang memasang wajah dingin nya sambil memainkan hp.

"Dia marah karna Adara gak mau diajak keluar ke kantin, mungkin karna dia tau-"

"Si lampir sama Gibran." Lirihnya sambil menatap sembunyi-sembunyi ke arah Lea dan Gibran.

Irshad mengangguk mengerti, ia menoleh ke arah Gibran yang tengah memainkan hp nya tanpa peduli sikap Lea yang berusaha mencari perhatian nya.

"Gue juga enek sebenarnya, tapi mau gimana lagi? Si Bos ngebiarin tuh cewek di sampingnya. Gue gabisa apa-apa, apalagi dia gak suka gue interaksi sama Bu Bos." bisik Irshad.

"Di tabrak boleh gak sih? Biar ingatan nya pulih?" bisik Vio dengan cengiran bodohnya.

Irshad menggeleng pelan dan menyentil dahi Vio gemas, Vio mengerucutkan bibirnya kesal dan itu membuat Irshad gemas dengan tingkah Vio.

Gibran sebenarnya mendengar perbincangan mereka, namun ia memilih acuh dan diam saja. Toh obrolan mereka tidak penting baginya, dan sebenarnya Gibran sedikit tidak nyaman jika berdekatan dengan Lea ada perasaan asing yang memasuki relung hatinya, namun ia tidak bisa mengusirnya lantaran sejauh ini yang ia ketahui adalah bahwa Lea penyelamatnya.

Selama mereka berada di kantin hanya ada interaksi unfaedah dari mereka ada juga yang menyibukkan diri sendiri. Noah juga berusaha membujuk Clarissa agar mood nya kembali membaik, laki-laki itu tak sungkan untuk memberi nasihat kepada gadis pujaan nya.

Sedangkan di kelas Adara hanya tertidur dengan mata yang tak terlelap, ia mengacak rambutnya frustasi seolah menyadari sikap nya selama ini.

"Bodoh banget lo Ara! Harusnya lo berusaha buat Gibran ingat lagi sama lo, bukan nya malah ngikutin cara sahabat b"ngke nya!" geram Adara.

"Aisshh sial! Sakit banget dada gue, udah ke hitung berapa minggu dia gak minum. Huwaaa sial! Dia yang lupa ingatan gue yang nanggung beban. Dasar bayi besar sialan!" Gerutunya mengumpat kasar.

Karena merasa frustasi dengan dirinya akhirnya Adara memutuskan untuk keluar kelas, beruntung di jelas hanya dia seorang diri jika terdapat murid lain entah gosip apalagi yang akan mencuat keluar hingga booming.

Selama Adara berjalan seorang diri menuju toilet, tak sedikit yang menyapa nya. Adara hanya mengangguk mengiyakan, kedua tangan nya ia simpan di kedua saku rok, cara jalan yang terlihat sangat jauh dari kata feminin ini membuat kaum hawa juga merasa iri.

Penampilan nya yang terkesan swag ini mampu menarik perhatian seluruh siswa SMA 1 JAKARTA, mereka begitu terpesona dengan aura Adara yang memang terlihat badas, bahkan sikapnya yang terkesan bermain aman namun sungguh mematikan tidak membuat gelar primadona jatuh.

Dibalik sikap Adara yang memang keras, ceplas-ceplos, emosian, nakal, dan perkataan yang tidak pernah di saring itu nyatanya hanyalah gadis yang rapuh yang membutuhkan kasih sayang. Ia harus bersikap kuat, dewasa dan tegar agar kelak ia tidak mudah dijatuhkan oleh seseorang yang iri dengan kehidupan dan kepribadian nya. Gelar cewek badas, serta swag memang patut di sematkan padanya.

Follow
Tiktok : @si_oncom_reseekk🤙🏻
Instagram : @bocah_reseekk
Wattpad : @kiau_gibran

VERSI (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang